01. Awal Pembagian Kelas

147 41 32
                                    

Ranselnya ia sampirkan di bahu kiri, dengan tenang laki-laki tersebut berjalan di tengah koridor sekolah yang sudah cukup ramai.

Tujuannya adalah mading sekolah. Ia ingin melihat di kelas mana kali ini ia akan ditempatkan. Karena setiap kenaikan kelas, selalu berpindah.

Keadaan di mading sekolah sangat ramai, membuat laki-laki itu kesulitan untuk melihat pengumuman. Tak peduli akan saling dorong, akhirnya ia menerobos masuk sampai tiba tepat di depan mading yang berisikan berbagai pengumuman.

Satu persatu daftar kelas ia lihat untuk mencari namanya. Sampai terhenti disatu titik, di kelas 11 IPS 2 terdapat namanya di sana.

Saganta Bintang.

Laki-laki yang kerap disapa Saga itu, perlahan mulai keluar dari kerumunan. Mengetahui ia akan berada di kelas mana saja sudah cukup baginya. Sampai sebuah tepukan di bahunya membuat Saga menoleh.

"Kelas mana lo?"

"Yeu kadal, kirain sape," sahut Saga kepada laki-laki yang dulu sekelas dengannya, Kenan.

"IPS 2 aing. Lo?" lanjutnya.

"Sekelas lagi dong, anjir!" celetuk Kenan memukul pundak Saga cukup kencang. "Kapan sih gue pisah sama lo bosen amat ketemu lo mulu."

Saga balik memukul. "Lo pikir gue mau sekelas terus sama titisan buaya putih macem lo?"

"Udah kaya film Suzana aja, buaya putih," celetuk seseorang tiba-tiba.

Saga dan Kenan sontak menoleh ke sumber suara, mendapati seorang gadis cantik sedang menahan tawanya akibat perkataan Saga tadi.

"Eh, Cacha-ku!" lantang Kenan menyapa perempuan tadi.

Cacha Berliana, gadis yang akrab dipanggil Cacha itu mendelik.

Saga yang melihat itu langsung pura-pura mual. Tetapi, Kenan tidak peduli. Ia malah mendekat ke samping Cacha.

"Apakah Adinda Cacha senang sekelas dengan Kakanda Kenan yang tampan nan rupawan ini?" tanya Kenan sembari menunjukkan senyuman manisnya, tetapi justru membuat Cacha jijik.

"Gue udah bersyukur waktu kelas sepuluh gak sekelas sama lo, tapi sekarang malah sekelas, sialan," sahut Cacha membuat Saga reflek tertawa.

Kenan tetap memasang senyuman di wajahnya. "Berarti itu tandanya jodoh."

"Amit-amit," kata Cacha sembari berlalu pergi meninggalkan Saga dan Kenan.

"See you Cacha-ku!"

"Ngegas amat sih lo!" Saga menabok kepala Kenan agar temannya itu segera tersadar.

"Iri bilang bos!"

"Gak iri pisan gue sama lo," kata Saga.

"Yuk ah cabut ke kelas," ajak Kenan.


*******


"SAMLEKOM!"

Sapa seseorang dari pintu kelas, membuat semua yang berada di dalam langsung menoleh tetapi kembali melanjutkan aktivitas masing-masing.

Seorang gadis berjalan memasuki kelas dengan riang. Langsung mengambil alih tempat duduk nomer tiga di barisan paling pojok.

"Gak ada yang asik kayanya," gumam gadis itu pelan.

"Buktinya gue salam kaya gitu aja gak ada yang komen," lanjutnya kemudian mendaratkan bokongnya diatas kursi.

Gadis bernama Afifah Ravelyn itu mendesah pelan, memilih untuk memainkan handphone sebelum bel berbunyi.

"Apip!"

Afifah menoleh ke pintu kelas, wajahnya langsung sumringah melihat teman kelasnya dulu kembali sekelas dengannya.

Gadis yang akrab disapa Netta itu segera menghampiri Afifah dan meletakkan tasnya di atas meja depan tempat duduk temannya itu.

"Hadeh... Janari lagi."

Sebuah suara menginterupsi, sontak seisi kelas langsung menatapnya.

Laki-laki yang disebut namanya itu jadi menghentikan aktivitas bermain finger spinner ditangannya.

"Yaelah lo lagi aja," kata Janari membuat Eliana mendengus.

Eliana menempati kursi kosong di depan Janari.

"Yang lain sekelas lagi?" tanya Eliana.

"Iya ceunah."


"YOU KNOW ME SO WELL."

"GIRL I WANT YOU."

"Salah, dongo!"

"Suka-suka gue lah! Gue yang nyiptain lagu!"

"Mabok terasi!"

Keributan yang diciptakan dua laki-laki yang sudah berada di depan kelas itu, sontak membuat suasana kelas menjadi hening seketika.

Bobbi dan Denis jadi saling pandang, ikut diam karena jadi tak enak hati sudah membuat kelas jadi hening.

"Lo sih ah!" Denis menabok Bobbi.

"Gue mulu, setan!" Bobbi balik nabok.

"Lo biang setan!"

"Lo nenek moyangnya!"

Yang lain hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan dua laki-laki yang sampai sekarang masih adu mulut. Bahkan, Denis saat ini sudah meniban badan Bobbi yang tersungkur di lantai.

Saga dan Kenan yang baru masuk ke kelas, langsung ikutan meniban badan Bobbi.

"WOY BADAN GUE NANTI HANCUR BERKEPING-KEPING!" teriak Bobbi dari bawah tapi tak dipedulikan oleh ketiga temannya.

Sungguh Bobbi yang malang.


Sungguh Bobbi yang malang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING CEMAN🖖🤙

SEMOGA SUKA YA, JANGAN LUPA TINGGALIN BINTANG ⭐ OKE? TJAKEP!!

-Justredgirll-
@afifahfkhryyh

Crazy Classmates [ HIATUS ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang