🌼🌼🌼🌼🌼
Dua bulan kemudian ...
Xiao Zhan masih tetap bertahan menjadi pesuruh Yibo. Setiap hari di kampus Yibo akan selalu menyuruhnya melakukan ini dan itu, seperti membeli makanan dan minuman atau mengerjakan tugas.
Yibo bahkan menyuruh Xiao Zhan membawakan tasnya ketika mereka berpindah ruang kelas. Setelah pulang dari kampus Yibo sering kali menyuruh Xiao Zhan untuk memasak di apartemennya. Yibo juga meminta nomor ponsel Xiao Zhan agar ia bisa menyuruh Xiao Zhan membelikan makanan untuknya di malam hari, tanpa peduli pukul berapa pun itu. Sedangkan Xiao Zhan hanya patuh melakukan semua hal yang diperintahkan Yibo padanya.
Bagi Xiao Zhan, dua bulan ini bagaikan neraka untuknya. Yibo seperti sengaja selalu mengerjainya dengan menyuruhnya melakukan banyak hal. Xiao Zhan seringkali terlambat bekerja karena Yibo menyuruh pemuda itu melakukan sesuatu. Dia juga sering di-bully oleh Qing Luan dan kawan-kawannya karena terlihat dekat dengan Yibo.
Seperti halnya yang terjadi kemarin, Qing Luan dengan sengaja mengunci Xiao Zhan di lab akuntansi ketika pemuda itu mengembalikan beberapa bahan untuk materi kuliah. Kampus sudah sepi, Xiao Zhan menggedor pintu untuk meminta bantuan, tetapi tidak ada satu pun orang yang mendengar.
Xiao Zhan mencoba menghubungi Yibo, tetapi ponsel Yibo tidak aktif. Xiao Zhan yakin Yibo sedang ada pemotretan waktu itu. Hingga hari hampir malam, seorang petugas keamanan kampus menemukannya dan mengeluarkan Xiao Zhan dari tempat itu. Suhu udara di lab sangat dingin, pemanas ruangan mati sejak siang dan pagi ini Xiao Zhan terpaksa absen karena tubuhnya agak demam.
Xiao Zhan berbaring di dalam kamar, menatap langit-langit kamar berwarna putih. Pemuda itu merindukan kedua orang tuanya. Setidaknya jika tinggal dengan orang tua, akan ada yang merawat ketika sakit seperti ini. Xiao Zhan merindukan bubur buatan ibunya. Kapan pun dirinya sakit seperti, sang ibu pasti akan selalu membuatkan bubur ayam.
Bertahanlah Xiao Zhan, sebentar lagi libur natal, kau bisa pulang ke Chongqing saat itu.
Xiao Zhan memejamkan mata. Pemuda itu hanya ingin tidur sekarang dan berharap akan baikan setelah bangun nanti.
*****
Getar ponsel membangunkan Xiao Zhan dari tidurnya. Xiao Zhan melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Wang Yibo?
"Ha-halo?”
"Kelinci, kau ke mana saja? Kau bisa bolos kuliah juga ternyata,” ucap Yibo.
"Maaf, Yibo. Aku tidak enak badan,” jawab Xiao Zhan.
"Benarkah? Di mana rumahmu?" tanya Yibo.
"Ke-kenapa kau menanyakan
rumahku?" Xiao Zhan balik bertanya."Cepat jawab!" seru Yibo, terdengar kesal.
"Di komplek apartemen Lianhua. Lantai 5. Nomor 523,” Xiao Zhan menjawab dengan sedikit ragu.
Kemudian sambungan telepon terputus. Hanya itu, Yibo tidak mengatakan apa pum dan langsung menutup telepon.
Xiao Zhan menghela napas panjang, bahkan mendengar suara Yibo saja cukup membuatnya senang.
Merasa bodoh, Xiao Zhan bertanya-tanya pada diri sendiri, entah sampai kapan ingin terus begini. Bertahan dengan cinta yang tidak mungkin terbalas. Lelah, pemuda itu memilih untuk memejamkan mata dan tidur.
*****
Ting tung ...
Tiba-tiba bel pintu apartemen berbunyi. Xiao Zhan perlahan bangun dari ranjang, mengenakan kacamata tebalnya dan melangkah gontai menuju ke arah pintu.