Ardagra present ...
____________________________________________
Copyright & Disclaimer
_________________________
This story is only for entertainment. There are some harsh words, violence or others. Not to be imitated. The names of figures who are similar to public figures are only for entertainment and have nothing to do with them in real life.
____________________________
©copyright All Rights Reserved | Ardagra 2020
____________________________________________
***
Jisoo tahu bahwa ada yang tidak beres dalam hidupnya. Memorinya terhenti saat usia lima tahun, seorang gadis kecil bergaun merah tampak berlari kecil pada padang rumput dengan mahkota bunga di kepala. Dari kejauhan tampak pula seorang bocah lain melambaikan tangan, memanggil, dan berusaha menggapainya.
Si gadis berusaha berlari mendekat. Namun, semua justru terasa kian menjauh, menghilang, tak berbekas. Jisoo mengerjap sesaat, semua berubah. Pandangannya mengedar pada sebuah ruang kamar. Dua jendela besar dengan gorden putih melambai mencuri perhatian. Sementara itu, suara ketukan terdengar dari luar.
"Cepat bangun, Ji! Atau kau ingin aku menyeretmu keluar," teriak seseorang dari luar.
Jisoo berdecak. Dalam dua sekon, tampak dirinya menyibak selimut dan balik berteriak, "Iya!! Aku bangun. Dasar cerewet!"
Sayup-sayup terdengar si pengetuk ikut misuh-misuh tak jelas mendengar teriakan Jisoo. Di sisi lain, kepala Jisoo terasa berat.
Semua terasa familiar. Pun aroma panekuk hangat yang kian menguar kala dirinya keluar kamar. Takdir seakan mempermainkannya. Membisikan kata bahwa ini adalah kehidupannya. Tak ada yang salah sepertinya. Meski jelas tertulis ada yang tak benar di dalamnya.
Pandangannya kembali mengedar, sesosok pemuda jangkung tengah menggantung celemeknya. Berlanjut menata piring makanan di atas meja. Seakan tersihir, Jisoo langsung membuka suara di sana.
"Kakak masak apa? Kenapa baunya harum sekali?" ucapnya tak sadar. Jisoo mengernyit sesaat. Mulutnya bergerak begitu saja. Sementara itu di sana, tampak pemuda itu mendengus menanggapinya.
"Tidak usah memuji, cepat mandi dan makan sarapanmu! Aku heran, seharusnya kau sebagai perempuan yang melakukannya, kenapa malah aku yang memasak, sih."
Jisoo terkekeh, pemuda itu menggerutu akan pekerjaan yang terus saja ia lakukan meski mengumpat dalam setiap gerakan. Aneh, begitu pikirnya.
"Iya, Kak. Kapan-kapan aku yang memasak, deh."
Lagi, semua seakan mengalir begitu saja. Menuruti permintaan pemuda yang dipanggil kakak itu. Jisoo membersihkan diri hingga berakhir duduk bersama di depan meja makan dengan panekuk yang masih panas sudah terhidang di sana.
Semua terlihat normal. Pun dirinya menyantap makanan dengan nikmat, pemuda itu pandai memasak rupanya. Jisoo merasa dekat dengannya. Hingga semua selesai dengan aktivitas pagi hari. Si pemuda lanjut berkata, "Ji, jangan lupa untuk pergi ke Vivliopistimt. Namjoon sudah memintamu ke sana, bukan?"
Jisoo mengangguk. "Iya, aku akan ke sana nanti. Pukul sembilan aku berjanji padanya," ucap Jisoo.
Baik, semua semakin aneh pada dirinya. Ia familiar dengan semuanya. Kehidupannya serasa normal tanpa cela. Dalam satu jam ke depan, ia harus melakukan pertemuan. Sebuah wawancara pekerjaan.
Sebuah toko buku besar menantinya. Pun si pengelola yang notabene sahabat kakaknya. Jisoo merasa tak ada yang aneh, gadis itu akhirnya hanya bisa menghela napas pasrah. Hingga dalam sekon berikutnya, sebuah suara mengusik rungunya.
"Start the game. As you wish, Lady."
Sial
KAMU SEDANG MEMBACA
Eukasia (VSOO)
Fanfiction[Alternate Universe] VSOO Jisoo tahu bahwa ada yang tidak beres akan kehidupannya. Keping memorinya terhenti di usia lima dan kembali pada usia dua puluh. Gadis itu selalu berusaha mengingat apa yang hilang dari ingatannya. Hingga suatu saat seorang...