7. 4419

581 55 7
                                    

Hyunjin.

Hwang Hyunjin.




Kekanakan jika aku berteman dengannya sebab marga kami sama. Atau terasa menggelikan ketika anak-anak lain mengira kami sedarah, yah... sebenarnya memiliki adik seperti Hyunjin tidak begitu buruk.



Dia manis, semangatnya tinggi, tawanya menular, namun mentalnya lemah, seperti kaca yang mudah pecah, sepertiku. Mungkin karena itu kami dekat; dia mengetuk pintu gerbangku dan aku membiarkannya masuk. Lebih masuk akalnya; dia meminta duduk di sebelahku dan aku mempersilahkannya.





"Pagi, Cantik." sapa Hyunjin dengan senyum mata segaris andalannya. Kemudian duduk tepat di sebelah kiriku yang memang masih kosong.

Kali ini aku duduk di bus bagian paling belakang, pojok kanan dekat jendela. Jarang sekali aku mendapatkan tempat strategis ini. Jika tidak diisi anak sekolah lainnya, biasanya sudah ditempati para wanita karir yang selalu senyum-senyum mengamati ponselnya. Kupikir benar bahwa alasan duduk paling belakang adalah agar leluasa bermain ponsel, mengurangi kecemasan diintip orang.




"Bahasa inggris? Apa hari ini kelasmu ujian?" tanya Hyunjin mengalihkan pandangannya dari catatan verb yang berada di pangkuanku. Lantas ia mengeluarkan hair band warna merah tua berlogo singa.

"Begitulah," kututup buku catatanku lalu memasukkannya kembali ke ransel. "Kau sendiri ada latihan sepakbola? Tapi hari ini bukan sabtu?" mengingat bahwa ia selalu membawa penghalang rambut itu ketika akan bermain bola membuatku bertanya demikian.

Ternyata Hyunjin menggeleng. "Bermain voli di rumah Jisung. Dia punya lapangan baru, dia kan tidak bisa menendang bola." ucapnya diakhiri kekehan kecil.

"Eh, Jisung... Kau tau teman-temanku, kan? Mau ikut sekalian?" tanyanya beserta tawaran.

Aku mengangguk kecil. Fokusku pada pertanyaan mengenai temannya. Teman yang ia maksud teman sebayanya, kan? Anak-anak tingkat satu dimana adik Mina juga berada, Kang Chani.





Lucu memang, setidaknya begitu komentar Mina setiap kali aku menjawab pertanyaannya tentang hubunganku dengan Hyunjin. Hubungan pertemanan kami memang agak aneh, nyentrik, dan cukup menonjol.

Kami sama-sama memakai seragam royal blue dengan dua jahitan bintang di dada kiri yang artinya tingkat dua. Padahal banyak yang tahu itu bukan tempat kami. Tunggu, bagaimana?




Terdapat satu dua alasan yang membuatku menunda satu tahun sekolah menuju SMU. Sedangkan Hyunjin, bukan rahasia umum lagi jika pemuda itu memiliki otak di atas rata-rata sehingga tidak perlu membuang waktu, ia bisa loncat kelas.

Aku tertinggal teman sebayaku sementara Hyunjin meninggalkan teman sebayanya. Akhirnya kami bertemu di tingkat dua dengan para angkatan 99 seperti Mina, Yuqi, Mark, Lucas, dan Dino.


Kami tidak sekelas, terlalu jauh bahkan jarak kelas unggulan Hyunjin dengan kelas reguler yang aku dan Lucas tempati. Yang aku ingat, kami pertama kali bertemu di bus sekolah 4419 berwarna hijau ini. Sekitar empat bulan yang lalu, awal musim semi.


4419

Empat hari kemudian aku dan Hyunjin dapat bertemu kembali di  bus sekolah saat kepulangan kami menuju rumah masing-masing. Sudah satu bulan belakangan Hyunjin memang sering tidak kutemui baik di bus atau di sekolah. Kemarin aku melihatnya berjalan tergopoh-gopoh melewati lapangan utama sembari menyeret tas armynya sampai menyentuh permukaan bawah. Kupikir ada sesuatu yang mendesak yang mengharuskannya izin pulang, namun ternyata Dino yang bersebelahan dengan kelasnya berkata pemandangan seperti itu sudah biasa, tidak sekali dua kali. Artinya Hyunjin sering pulang lebih dulu?


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NUTRISINBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang