6. Summer Rain

654 71 3
                                    

••

"Cinta bisa datang secara tiba-tiba kepada siapa saja. Seperti hujan di musim panas ini."--SR

••

"There's a feeling of Christmas at the alley! Untuk waktu yang terbatas, nikmati minuman Cocoa Wonderland kami yang dibuat dengan 100% cocoa powder, ditaburi krim kocok segar dan dihiasi ceri."

Begitu pelanggan keluar dari pintu kaca, aku memundurkan diri untuk menenangkan jantungku yang rasanya mau lepas. Umji datang dari dapur dengan pandangan bertanya padaku. Yuna yang juga telah selesai melayani pelanggannya ikut bergabung.

"Bagaimana kalau pelafalan inggrisku tidak benar? Jika ternyata mereka menertawaiku di belakang bagaimana? Lalu mereka akan memberi ulasan buruk tentang kinerjaku, kemudian aku diberhentikan. Tidak. Aku tidak mau pengangguran lagi. Biaya sewa rumah sekarang sangat mahal." Ocehku yang kedengarannya terlalu berlebihan.

Aku sadar itu namun pikiranku bercabang kemana-mana sampai bisa jadi bayaranku di muka kemarin terancam ditarik kembali. Aku begitu buruk dalam berbahasa inggris. Meski seminggu ini aku telah berguru pada Umji pagi-siang-sore-malam, tetap saja ketika berhadapan langsung dengan pelanggan membuatku grogi dan entah apa yang kulontarkan benar atau salah.

"It's okay. Bos besar itu baik sekali. Tapi tidak dengan putri bungsunya." Ucap Umji ada baik ada buruknya.

Mati aku. Saat mengikuti arah pandang Umji, seorang perempuan berpakaian serba kekuning-emasan muncul dari daun pintu dengan aura kesombongan yang mutlak tidak dapat dinego. Perempuan dengan hak tujuh centi meter itu berjalan seperti model yang melintasi red carpet panjang. Dalam hati, aku berkomat-kamit agar dia tidak menuju meja bagianku. Hal tersebut terwujud setelah kaki jenjangnya berhenti di depan meja Yuna. Aku menghela nafas lega.

Perempuan yang kata Umji harus dipanggil Nona Sowon itu hanya mencari keberadaan ayahnya, Bos Junmyeon. Mendengar jawaban Yuna yang berterus terang tidak melihat Bos Junmyeon datang, dia lalu mengibaskan rambut warna-warninya dan beralih menatapku. Gawat.

"Hey, kau. Kau pegawai baru disini? Apa rekan-rekanmu tidak memberitahu bahwa penampilanmu kampungan sekali? Para pelanggan Daddyku bisa muntah saat ini juga."

Apa yang salah dengan seragam The Alley yang sama-sama kami pakai? Aku juga telah cukup merias diri agar tampak lebih menarik. Atau... mungkin yang perempuan itu maksud adalah rambut kepang duaku. Andai dia bukan anak bos, maka aku tidak akan membiarkannya melewati pintu sebelum kutarik surai panjang mengganggu mata itu.

Dengan hembusan nafas sabar, aku memasang senyum terbaikku saat ada seorang pelanggan masuk dan memesan satu Lychee Lulu padaku. Sambil menggesekkan kartu kreditnya untuk membayar minuman, aku memberanikan diri bertanya kepadanya tentang penampilanku. "Anda tidak perlu sungkan. Katakan saja pendapat anda yang sejujurnya. Saya terlihat aneh, ya?"

"Gerai rambutmu kalau ingin cantik. Tapi kepang dua membuatmu terlihat lebih manis."

Siapa yang tidak meleleh ketika mendengar kata-kata penuh gula itu? Terlebih jika kau melihat wajahnya yang melebihi tampan itu. Masih bisa menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dengan benar kau? Kalau aku tidak.

"Bi, kartu kredit siapa ini?" Aku melirik Umji yang di tangannya membolak-balikan kartu milik pelanggan tadi.

APA?!

NUTRISINBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang