prolog

1K 167 129
                                    

-ERA-

You never know there's a murderer standing next to you. You never know there's a psychopath sitting next to you.

You never know there's a vampire around you.

Heeseung meraih sebuah benda dari saku celananya, memencet tombol kecil sampai besi berujung tajam mencuat keluar. Kedua sudut bibirnya terangkat tersenyum dingin sangat yakin kalau pisau ini pasti akan memuluskan aksinya sebentar lagi.

Tanganya kembali terulur meraih smartphone lalu menyapukan jarinya sampai muncul sebuah obrolan grup di layar, "sip!" gumamnya pelan, lagi-lagi menyesap sepuntung rokok dalam-dalam.

Sudah dua jam sejak ia duduk di atas tembok pembatas belakang sekolah, menyender pada potongan besi ditengah bangunan. Tapi jalanan sempit dibawahnya tetap saja sepi, orang yang ditunggunya masih belum datang.

Statusnya sebagai pangeran kerajaan Victorie membuatnya bisa dengan bebas berkeliaran dibumi tanpa takut akan ancaman. Ah! salah! Dialah ancaman yang sesungguhnya untuk manusia.

Tak lama matanya berubah memicing, dia tersenyum puas melempar sisa puntung rokok tadi secara asal kemudian melompat. Sangat mulus sampai orang yang dimaksudpun tidak sadar.

"WOY BANGSAT!!" teriak Heeseung.

Yang dipanggil terlonjak kaget, ditambah bahunya yang sekarang sudah dirangkul paksa. "udah siap?"

Sang pangeran memperlihatkan smirk andalannya, tanpa sadar ikut menghentikan langkah kemudian melepaskan rangkulan tangannya.

Pemuda yang baru saja melewati belokan di sebuah gang sempit belakang sekolah itu langsung menciut tapi tidak diperlihatkan, "LO?!!" matanya membelalak. Bagaimana mungkin Heeseung tau kalau dia bakal ngelewatin jalan sempit kaya gini.

"mau kabur? Udah telat!"

"gue gak ada urusan sama penghianat macam lo!!" saut si pemuda dihadapannya menantang.

Heeseung hanya tertawa, dia meludah tepat disamping sepatu Felix, teman satu angkatan yang juga memiliki badge berangka XII di lengan kiri seragam osisnya.

"lo pikir lo siapa?" rahangnya mengeras, "penghianat?"

"lo sendiri yang mutusin buat cabut. Lo udah bukan boss gue lagi, gak ada alasan buat gue respect ke elo." Jelasnya tajam, "dan.. sekarang lo mau nyerang gue?"

Ketahuilah, Felix ini hanya seorang vampire kelas rendah, dia lahir dari rahim manusia. Bisa-bisanya dia mengatakan hal yang lancang di depan pangeran?

Ada empat kasta dalam klan vampire, klan campuran, klan murni, klan bangsawan, dan klan kerajaan. Mereka semua dikirim ke bumi tanpa terkecuali sejak usia sepuluh sampai dua puluh tahun. Barulah setelahnya mereka dikembalikan ke Victorie, sebuah dimensi lain yang hanya dapat dimasuki kaum Vampire.

Heeseung menggerakkan kakinya mundur sampai punggungnya menabrak tembok di sisi lain gang sempit itu, tembok lusuh dengan sentuhan gravity berwarna-warni, "nyerang ya? Gue pikir--- lo yang udah nyerang gue kemaren." Heeseung menutup matanya sekaligus melipat tangan didada.

Felix semakin menciut, Heeseung dapat merasakan aura ketakutan cowok itu berkat indra penciumannya yang sangat kuat. Jantung Felix terpompa lebih cepat oleh karenanya bau darah semakin menyerungai di sekitaran Heeseung.

"lo pasti kangen nyokap lo. gue bakal bantu biar lo cepet-cepet ketemu dia."

Betapa terkejutnya Felix mendapati mata Heeseung berubah warna menjadi merah.

Buugh!!

Satu pukulan mulus mendarat di pipi kanan milik Felix, bukannya tidak berdaya untuk melawan tapi Heeseung sepuluh kali lebih kuat darinya.

"lo yang bunuh temen gue?" tanya Heeseung to the poin meski dia sudah tau kebenarannya.

"gue disuruh.." nadanya memelas, sayangnya Heeseung sudah terlalu diselimuti kemarahan.

Netranya beralih memandang langit sekilas, ingin rasanya Heeseung mengeluarkan jantung cowok ini sekarang juga. Dia kembali menatap tajam menghujani umpatan dalam diam, "Kalo gitu--- gue juga disuruh tuhan buat ngambil nyawa lo." ujarnya menarik kasar kerah si pemuda.

Sebenarnya bisa saja Heeseung langsung mematahkan leher cowok itu, tapi membunuh dengan perlahan dirasanya lebih menyenangkan, dia suka menikmati jeritan dari kesakitan yang dibuatnya, dia suka melihat luka satu persatu muncul akibat pukulan atau sayatan tangannya, dia suka mendengar permohonan disaat menghabisi nyawa.

Felix semakin tidak berkuasa, Heeseung juga memakai kelebihannya menggunakan kontrol dari pikiran untuk membuat felix tidak dapat bergerak, dia menatap Heeseung nanar satu-satunya yang bisa digerakan hanya mulut dan suara, "tolong lepasin gue, gue janji ga bakal ganggu lo dan temen-temen lo lagi."

Heeseung tersenyum miring, "ngomong gitu ke boss baru lo! tapi nanti di neraka!"

Tanganya kembali memukul cowok itu berkali-kali menciptakan suara dentakan berirama yang sangat terdengar nikmat di telinganya. Sudah lama Heeseung tidak menikmati kegiatan seperti ini.

Disaat Felix sudah tidak berdaya Heeseung mengeluarkan pisau kecil dari saku celana abu-abunya, dia mengarahkannya ke hadapan Felix, tersenyum lalu menggoreskan pisau tersebut sampai darah segar mengalir dari ujung jidat lurus melewati hidung sampai ke dagu.

Dapat dia dengar jeritan yang tertahan dari mulut Felix, cowok itu belum sepenuhnya tidak sadar, "lepasin gue Seung." Ujarnya memohon membuat senyum Heeseung semakin merekah, bukannya menyudahi ia justru semakin bersemangat.

Heeseung bangkit, dia mengambil jarak membuat Felix bertanya-tanya, "mau pergi?" tawar si pangeran, "silahkan."

Merasa diberi kesempatan Felix mencoba berdiri dengan susah payah. Dia meringis merasakan darah masih mengalir bahkan menetes dari pangkal hidungnya, melirik Heeseung sekilas lalu memutar badan tergopoh menjauh secepat mungkin.

Ketika langkahnya sudah menciptakan jarak cukup jauh, saat itu juga pemuda malang itu seketika terhenti. Berdiri menegak di tempat dengan pandangan kosong ke depan.

Badanya menegang, nafasnya tersenggal lalu jatuh tersungkur ke tanah berbarengan dengan bibir Heeseung yang tersenyum puas.

Dikira semudah itu Heeseung melepas? Ucapannya hanya pengecoh dan cowok itu terlalu bodoh.

Heeseung mendekat, menatap datar ke arah punggung si cowok, seragam putihnya sudah berubah menjadi merah berkat pisau tajam yang tadi Heeseung lempar tepat mengenai tulang belakang.

Kakinya tergerak menendang kecil lengan Felix yang sudah lemas tak berdaya.

Bagaimana bisa secepat itu? Tentu berkat pisau suci pemberian ayahnya sewaktu kecil dulu. Pisau tersebut mampu mengeluarkan racun yang dapat membunuh kaum Vampir hanya dalam hitungan detik dengan catatan menembus hingga ke tulang.

Punggung tegap Heeseung membungkuk, mencabut paksa pisau tersebut sampai tercipta bunyi yang sangat merdu.

"selamat bertemu tuhan."

Heeseung - The first prince

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Heeseung - The first prince

-ERA-

Astaghfirulloh.. kalian ini berdosa banget kalo enggak vote dan komen :)

Heeseung | Royal BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang