"Permisii" ujar seseorang berpipi gembul ketika menmasuki toko sembako milik keluarga Nusa.
Nusa pun refleks menyembulkan kepalanya dari bawah meja kasir.
"Eh, Afra. Mau beli apa, ra?" tanya Nusa dengan senyum kotak andalannya.
Yang di panggil Afra tersebut pun refleks memalingkan wajahnya. Blushing ceritanya.
"Em, anu.. a-aku disuruh beli gula sekilo sama kopi sama bunda" ujar Afra terbata - bata.
"Ah, yaudah tunggu ya. Gue ambilin dulu"
Nusa pun keluar dari meja kasir nya dan berjalan menuju rak tempat barang yang disebutkan Afra tadi. Setelah itu, ia kembali ke meja kasir dan menghitung total belanjaan Afra.
"Totalnya 17ribu, ra" ujar Nusa sambil memasukkan belanjaan tersebut ke sebuah kresek berukuran sedang.
Namun, Afra tak menjawab pertanyaan Nusa. Justru ia sibuk memandangi wajah Nusa yang terbilang cukup tampan dengan sorot mata tajam serta hidung bangir nya yang berhiaskan sebuah tahi lalat kecil di ujungnya.
Nusa pun memandang Afra dengan tatapan heran.
"Ra, lo gak kesurupan kan?" ujar Nusa sambil menepuk lengan Afra.
"Sa, kamu percaya gak, malaikat itu bisa dilihat?" tanya Afra.
Nusa pun mengerenyitkan dahi. "Belanjaan lo wei nih"
Afra pun tersadar dan langsung memalingkan mukanya.
"E-eh, a-aku permisi dulu.." ujar Afra langsung bergegas pergi dengan muka total memerah.
Namun, baru beberapa langkah, ia merasa tangannya seperti ditahan oleh seseorang. Ia pun menoleh, ternyata Nusa.
"Ra, jangan pergi dulu" ujar Nusa.
Afra kaget. Ada apa tiba - tiba Nusa menahannya untuk pergi?
"E-eh sa, k-kenapa?" ujar Afra tanpa menoleh ke arah Nusa.
Nusa pun membalikkan badan Afra sehingga pria itu berdiri tepat di hadapan Nusa.
"Ra, belanjaan lo belum di bayar. Lo mau gue di tendang ayah gue?" ujar Nusa sambil melirik ke arah belanjaan yang dibawa Afra.
Astaga, Malu banget. Batin Afra.
"O-oh? I-iyaa ya lupa hehe ini yaa.." ujar Afra sambil menyerahkan uang 20ribuan ke Nusa lalu berlari meninggalkan Nusa yang sedang menahan tawa nya.
Maheswara Afradhana, manja, sering dibikin nangis sama Kala, suka Nusa dari pas masih berbentuk sperma katanya.
***
"Hoi Ra! Lo abis darimana kek dikejar setan gitu" tanya Ashkala ketika melihat Afra yang berlari melewati rumahnya.
"Ih ! kenapa harus ketemu kamu disini sih?" ujar Afra sambil memasang wajah kesal nya.
"Lah ini kan rumah gue anjir. Lo yang kenapa lari - larian didepan rumah gue" Ujar Ashkala santai.
"Bukan urusanmu ! masuk kek, kata bunda gak baik diluar rumah sendirian nanti di culik penjahat pake mobil" ujar Afra.
"Yaelah, belum itu penculik gerak udah gue patahin duluan kakinya" ujar Ashkala lalu melanjutkan kegiatan 'menendang - nendang kecil' bola nya.
"Ih ! Nanti penculiknya ada duaaa.. memangnya kamu bisa lawan? kamu kan sendirii" tanya Afra yang mulai kesal.
"Kata siapa gue lagi sendiri? ada Willy noh lagi berkebun. Ya ga Wil?" ujar Ashkala sambil mengintip ke balik pagar rumahnya.
Iya, disana ada seorang pria bermata kucing yang sedang asyik merawat kebun bunga kecil nya.
Willy pun mendongak. "Hah? ngomong sama gue?"
"Yee anjir lo" ujar Ashkala sambil melempar Willy dengan kerikil kecil yang ia pungut dari bawah kakinya.
"u-um awas ya kamu Kala ! Aku doain diculik beneran kamu pake mobil !" ujar Afra kesal.
Ashkala pun terkekeh. "Kalo penculiknya ganteng, pake mobil Mercedes Benz, rela gue diculik kalo perlu dinikahin. Ya ga Wil?"
Willy pun berdehem pelan. Tipikal manusia es yang hanya akan berbicara jika sedang terdesak.
Afra yang bingung mau membalas apalagi pun sontak merasa kesal. Dengan pipi yang di gembungkan dan bibir yang di maju - majukan, Afra pun berlalu meninggalkan Ashkala dan Willy yang sibuk dengan urusan nya masing - masing.
Iya, ini Willy gaes. Lengkapnya William Ervandra Prajamukti. Hobby tidur, irit ngomong, dan dia ini satu - satunya teman curhat Ashkala yang bener - bener Ashkala percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
E N N E M I [VKOOK]
FanfictionSlice of life about Nusa dan Ashkala. Tadinya musuhan, apa selamanya bakal tetap musuhan?