"Hei, Ran kau menemui Viole baru-baru ini 'kan?" Pemuda yang tengah memainkan PSP di tangan bertanya santai. Tatapannya fokus pada game di depannya, menghiraukan Ran yang meliriknya dengan dengusan.
"Aku ingin melawannya lagi."
Hachuling menghentikan gerakan tangannya seketika. Ia menoleh ke arah pemuda yang tengah memerhatikan pemandangan di balik jendela dengan malas.
Pintu ruangan kemudian terbuka, menunjukan 3 orang wanita yang memiliki mata biru tua dengan penampilan yang berbeda-beda.
Yang paling tinggi dan tua, membawa seberkas laporan dan memberikannya pada Ran. Sementara dua wanita lain terdiam seolah tengah memikirkan sesuatu.
"Sekuat itu Viole?" Maschenny--kakak perempuan Ran--bertanya dengan senyuman.
Ran mengangguk sambil memeriksa data orang yang telah mengkhianati perusahaan A.A.
"Hm," Maschenny menggumam lalu sedikit menyeringai. "Kudengar Ayah kita akan menghadiri pesta hari jadi salah satu perusahaan terbesar." Ia melirik Hachuling yang tertawa ketika mendapatkan pesan tersirat dari sepupunya.
"Ya, A.A juga akan pergi kesana bersama Viole." Hachuling mengangkat bahu santai.
Kiseia dan Maria yang sedari tadi diam kini beraksi. Mereka menatap Hachuling dengan tatapan berbinar meminta penjelasan.
Mendapati tatapan dari sepupunya, Hachuling kembali memainkan game di PSP. "Sepertinya A.A sedang melakukan rencana tertentu dengan Viole, mereka menjadi topik panas di seluruh negeri bahkan foto-foto mereka pun sangat terlihat ambigu." Jelasnya tak peduli, dirinya malas untuk menjelaskan lebih jauh. Sepupunya pintar, mereka pasti akan mencari tahu sendiri mengenai kebenarannya.
"Viole? Bukankah dia selalu mengabaikan A.A? Apa yang dia mau?" Kiseia bertanya, tangannya mengambil ponsel dan melihat beberapa foto A.A dan Viole.
Hachuling melempar pertanyaan tersebut pada Ran. "Tanyakan saja pada Ran."
Semua tatapan pun tertuju pada pemuda yang sibuk membaca berkas. Ia mendongkak saat merasakan tatapan dari sepupu dan saudaranya. "Viole berubah, bahkan aku tidak percaya dia bisa melawan semua seranganku."
Maschenny tersenyum--mendekati seringai--matanya berkilat, jelas ingin memberikan 'salam' lagi. "Ho? Sepertinya aku akan ikut ke pesta itu juga."
"Kami juga ikut!" Maria dan Kiseia berkata bersamaan.
Melihat sepupu-sepupunya yang bersemangat, Hachuling kembali menggerakan jemarinya di PSP. Mereka memang bukan saudara dari ibu yang sama, namun dari dulu mereka selalu memperhatikan A.A diam-diam. Mengingat A.A adalah satu-satunya Omega lelaki di keluarga besar mereka. Makanya dia dan yang lainnya cukup kepo pada kehidupan A.A. Yah, selama mereka tidak mencampuri urusan pribadi A.A dan hanya memperhatikannya jika dia dalam bahaya. Itu sudah cukup, toh dia percaya jika A.A bisa menjaga dirinya sendiri.
.
.
.
Di sisi lain, Jinsung tengah menghela napas panjang seraya duduk di kursi kerjanya. Ia menatap beberapa dokumen yang perlu ia tanda-tangani seraya memijit keningnya.
Matanya kemudian melihat sebuah undangan pesta dari perusahaan kenalannya. Inginnya dia tidak pergi, hanya saja dia akan mendapat masalah jika menolak datang.
Hwa Ryun yang tiba dengan dokumen lain mengerjap, ia menyimpan tumpukan kertas di atas meja dengan raut datar. Setelah itu dia merogoh ponselnya dan memperlihatkannya pada Jinsung.
"..."
"..." Jinsung terdiam lalu mengerjap, mungkin ia terlalu banyak bekerja sampai matanya buram. Menciptakan ilusi Viole dan Khun yang tengah berfoto mesra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misplacement Heart
Fanfiction[BL] Alpha! Baam x Omega! Khun fanfiction Stupid! Bodoh! Dumbass! -- adalah pemikiran Baam saat dia bangun di dunia berbeda ditemani tunangan cantik, bernama Khun Aguero Agnis. Tower of God © SIU Picture not MINE