Esok harinya, di pagi yang tampak berawan.
"Hai, Natsumo! Tumben sekali kau datang lebih awal. Aku kalah cepat darimu!"
Natsumo membalas sapaan orang tua tersebut dengan lambaian tangannya. Ia tersenyum kecil, "Hai juga, Tuan Connor. Yah, tidak apalah jika Tuan Connor sekali-kali kalah dariku."
"Ahahaha, mana mau aku dikalahkan oleh anak kecil sepertimu. Aku sudah hidup 45 tahun lebih tua darimu, Natsumo. Berarti aku yang menang!"
Natsumo menggeleng pelan dan tertawa kecil, "Tuan Connor curang! Jangan kaitkan dengan takdir hidup, dong! Jadi kalau misalnya aku berdoa bahwa Tuan Connor mati di esok hari dan benar-benar terjadi, berarti aku yang menang. Aku dapat hidup lebih lama darimu!"
"Apa-apaan itu? Mana mau aku, hah! Kalau begitu aku akan meminta kepada Tuhan agar kau ikut mati bersamaku 1 detik sebelum nyawaku dicabut. Aku tetap lebih lama hidup darimu, Natsumo! Aku masih menang darimu!"
"Ma, mana bisa seperti itu? Seharusnya Tuan Connor yang mati. Aku kan masih muda!"
"Heh, terserah aku! Lagipula kau tak mesti mati di usia tua, Natsumo. Banyak orang yang mati di umur sepertimu."
"Hah? Benarkah? Tuan Connor jangan bercanda!"
"Tentu saja, Natsumo! Maut tidak pandang usia. Siapapun pasti akan merasakannya. Entah dia tua ataupun muda!"
Natsumo mengangguk mendengar kata-kata Tuan Connor. Selalu saja ia mendapatkan pelajaran baru yang tidak ia ketahui sebelumnya.
"Namun," Natsumo berkata pelan, "Aku akan tetap menang dari Tuan Connor! Karena aku pasti akan menjadi lebih hebat dari Tuan Connor!"
"Kau salah! Justru aku yang menang! Kau masih berhutang budi kepadaku. Aku ingin kau membayarnya dengan pengakuan kekalahanmi itu, Natsumo!"
"Apa? Mana mau aku membayarnya? Jangan seenaknya menagih dengan hal-hal yang aneh, dong!"
"Terserah aku. Aku kan pemenangnya!"
"Tidak mau, aku yang menang, Tuan Connor!"
"Bukan kau. Justru aku yang menang, Natsumo!"
Natsumo menatap pria itu dengan tajam. Ia sebal karena semua perkataannya dibalas mentah-mentah. Tuan Connor hanya membalas tatapan Natsumo dengan enteng. Setelah sekian detik saling bertatap wajah, Tuan Connor tertawa keras dan mengacak-acak rambut Natsumo.
"Baiklah, kali ini aku akan mengalah. Tapi lihat saja, esok hari aku akan datang lebih awal darimu, Natsumo!" Ucap Tuan Connor senang.
"Baiklah, akan kutunggu kehadiranmu, Tuan Connor," Natsumo mengeluarkan senyuman ejeknya.
"Hei, apa maksud dari perkataanmu itu? Kau masih tidak terima? Atau kau sudah merasa hebat hanya dengan datang lebih awal dariku sekali saja? Sombong sekali! Baiklah jika kau menantangku, Natsumo! Aku orang yang suka dengan tantangan, lho!" Tuan Connor melipat tangannya dan memasang ekspresi jengkel, "Ku pastikan kau akan menyesal!" Lanjutnya sambil terkekeh.
"Aku akan menjadi lebih hebat dari Tuan Connor dari sisi manapun!" Tegas Natsumo.
Tuan Connor kembali terbahak-bahak, "Itu adalah kalimat yang bagus, Natsumo! Namun jangan hanya berkata saja, buktikan! Buatlah kalimat itu terwujud!"
Natsumo mengepal kuat genggamannya, "Suatu saat akan ku buktikan bahwa aku ini lebih hebat daripada Tuan Connor! Tidak, bahkan lebih hebat dari orang-orang yang kukenal di desa ini dan juga di seluruh dunia!" Ia mengucapkannya dengan sungguh-sungguh.
"Dasar anak kecil. Boleh saja bermimpi setinggi langit, namun tetap harus memulai dari tahap yang terkecil. Memangnya apa yang akan kau lakukan jika kau sudah menjadi orang yang terhebat di dunia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Natsumo
FantasySeorang pemuda yang berpetualang mencari keluarganya yang hilang. Hanya dengan berbekal potongan memori, ia harus melewati berbagai rintangan dan halangan yang telah menunggunya di tengah jalan. Cinta, persahabatan, bahagia, kecewa, amarah, takut...