1. Perkara Pisang Goreng

19 2 1
                                    



•••


Bel berdering nyaring seantero sekolah, membuat murid kelas 11 IPA 6 panik setengah mati karena sebagian dari mereka belum selesai menjawab soal ulangan. Namun tidak dengan dua orang yang kini dengan percaya diri maju untuk mengumpulkan kertas jawaban mereka. Mereka adalah Ecan dan Nata, duo sahabat yang bisa dibilang sompral. Setelah mengumpulkan kertas ulangan, mereka bergegas pergi menuju kantin untuk membeli makan siang. Maklum kantin sekolah mereka kecil, jadinya harus buru buru kalau tidak mau antri dan tidak kebagian tempat duduk. Kalau kalian berpikir mereka telah menjawab semua pertanyaan ulangan, kalian salah. Justru karena mereka tidak tahu apa apa makanya mereka pasrah dan mengumpulkan kertas jawaban begitu saja. Mau minta tambahan waktu pun percuma, kan mereka tidak tau cara mencari jawabannya. Kalau kata Ecan sih buang buang waktu.

Setibanya di kantin, Nata dan Ecan berpencar. Nata menuju penjual kebab sementara Ecan menuju penjual gado gado. Lalu setelah mendapat apa yang mereka mau, mereka duduk di meja dekat penjual mie ayam yang kebetulan sudah di isi oleh teman teman Ecan.

"Halo Nata," sapa seorang cowok yang kini menaik turunkan alisnya sembari nyengir. Namanya Raka. Raka itu tampan, tapi kadang jayus.

Nata hanya membalas sapaan Raka dengan anggukan kecil lalu memulai makannya. Setiap jam istirahat kedua kalau Nata tidak membawa bekal, ia pasti membeli kebab. Namun disesuaikan dengan kondisi perutnya, kalau sangat lapar Nata akan beli ukuran besar, kalau tidak terlalu lapar ukuran sedang, kalau hanya ingin ngemil maka Nata akan membeli yang berukuran kecil atau malah tidak sama sekali.

"Nat, kenapa kamu cuma beli kebab buat makan siang?" Tanya Ecan yang entah sudah keberapa kalinya. Cowok itu selalu bertanya dan dijawab dengan jawaban yang sama juga oleh Nata. Ia tidak puas dengan jawaban sahabatnya itu.

"Enak." Nata menjawab asal, terlalu malas untuk memikirkan jawabanya yang lebih panjang. Dijawab panjang pun pertanyaan seperti itu akan keluar lagi dari mulut seorang Ecan.

Ecan mendengus lalu kembali memakan gado gadonya sementara Nata memakan kebab sambil bermain ponsel. Dapat Nata rasakan bahwa sekarang banyak pasang mata yang menatapnya dengan tatapan iri dengki. Ya bagaimana tidak, saat ini saja Nata duduk diantara manusia manusia famous sekolah yang fansnya cukup banyak, tidak hanya dari dalam sekolah tapi juga dari luar sekolah bahkan sampai ke kota lain.

"Aku mau ke IPS satu," ujar Nata sembari beranjak dari duduknya. Ia sudah tidak nyaman mendapat tatapan seperti itu lebih lama lagi.

Ecan menatap Nata heran. "Gak sholat dzuhur?" Tanyanya.

"Lagi engga," balas Nata lalu beranjak pergi. Dari kantin ke kelas temannya tidak jauh karena gedung kelas 11 IPS berdekatan dengan gedung kelas 12 dan kantin.

"Dari mana?" Tanya Nabila saat netranya melihat Nata yang baru saja datang dengan tangan membawa bungkus kebab dan juga tumbler. Disekolahnya tidak diperbolehkan menjual air mineral botol, hanya ada air mineral galon untuk isi ulang yang tentu saja bayar. Jadi setiap siswa diwajibkan membawa botol air sendiri. Ini sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.

"Kantin," balas Nata lalu ikut duduk bersama teman temannya yang membuat gerombolan didepan kelas 11 IPS 1.

"Nat, kok kamu keknya deket betul sama Ekhsan."

Nata melirik Yakut sekilas lalu kembali menatap ponselnya. "Jangan panggil Ekhsan nah. Kebagusan. Panggil Ecan aja," protes Nata. Setiap mendengar Ecan dipanggil dengan nama aslinya, Nata selalu geli. Mungkin karena terbiasa memanggil dengan sebutan Ecan saja.

"Kamu pacaran kah sama dia?"

Pertanyaan itu sukses membuat Nata tersedak daging kebab. Bisa bisanya temannya berpikiran seperti itu. "Aku sama Ecan kek orang pacaran kah emangnya?" Tanya balik Nata dengan Heran.

We Grow Up || HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang