Prolog

670 78 31
                                    

Prolog : Neighbour From Hell

TANPA mengalihkan pandangan dari berkas-berkas yang berserakan di atas meja di hadapanku, aku meneguk kembali latte-ku yang sudah dingin. Rasa manis dan lembut dari campuran kopi dan susu dalam minuman itu seketika memenuhi tenggorokanku yang kering. Kenikmatan yang dihadirkan mungkin sudah tidak begitu terasa seperti dua jam yang lalu ketika minuman ini baru disajikan. Tetapi karena aku sedang tidak memiliki waktu untuk pergi ke kafe di seberang jalan dan memesan yang baru, aku terpaksa harus berpuas diri dengan minuman ini.

"Malam yang sibuk, Agent James?"

Aku tersentak dan dengan reflek mendongak untuk menatap pemilik suara tersebut. Berdiri di sebelah mejaku, seorang pria berperawakan jangkung yang kukenal dengan nama Kevin Wood memandangku dengan tangan bersedekap. Tidak seperti biasa, lelaki itu terlihat berantakan. Setelan jas yang dia kenakan tampak kusut dan tidak terpasang dengan benar, begitupun dengan rambutnya yang acak-acakan. Bau alkohol yang menyengat tercium dari mulutnya. Seketika aku tahu di mana dia menghabiskan waktu sebelumnya.

"Aku bisa menanyakanmu pertanyaan yang sama," balasku setengah bergurau.

Kevin tertawa. Parasnya yang tampan seketika terlihat lebih muda. Aku tidak bermaksud mengatakan bahwa dia terlihat tua ketika tidak sedang tertawa; dia tampak seperti pria berusia tiga puluh tahun pada umumnya. Hanya saja jiwa mudanya selalu terpancar setiap kali dia tertawa ataupun tersenyum, entah dia menyadari hal itu atau tidak.

"Biar kutebak, kau masih berusaha memecahkan kasus perampokan JPMorgan Chase?" tanyanya sambil melirik sekilas pada berkas-berkas di meja kerjaku.

Aku menghela napas mendengar tebakannya yang tepat sasaran. Tanganku seketika bergerak menuju kepalaku yang mulai terasa pening karena tak kunjung mendapatkan apapun yang bisa membantu memecahkan kasus itu.

Beberapa hari yang lalu terjadi sebuah perampokan di The Met,  museum seni terbesar di USA. Sejumlah perhiasan kerajaan yang tersimpan di museum itu lenyap tak bersisa. Setelah terlibat aksi kejar-kejaran dan baku tembak dengan para pelaku, kami akhirnya berhasil meringkus salah satu dari mereka. Dia adalah seorang pria kulit hitam yang berusia sekitar empat puluh tahun, Frank Lawrance. Dia mengaku tidak tahu kemana mereka akan membawa perhiasaan itu, katanya dia tidak tahu detail rencana mereka karena dia hanya sebatas anak buah. Tapi dia tahu kalau mereka berencana untuk beraksi lagi, kali ini di sebuah bank. Berdasarkan yang dia dengar, bank tersebut akan mengadakan Gala Dinner malam ini. Dan mereka berniat menggunakan kesempatan itu untuk melancarkan aksi kedua mereka.

Hanya dalam beberapa menit setelah mendengar informasi tersebut, kami langsung mendapati kalau Valley National Bank yang berlokasi di New Jersey adalah bank yang dimaksud. Segera saja atasanku yang bertanggung jawab dalam kasus ini mengirimkan semua unit untuk berjaga-jaga di sekitar bank.

Aku tidak tahu kenapa rasanya sangat sulit untuk mempercayai kata-kata yang keluar dari mulut kriminal itu. Meskipun agak masuk akal alasan mereka memilih bank tersebut sebagai target selanjutnya, tapi aku tetap merasa ada yang ganjil. Maka dari itu aku berinisiatif mencari bank lain yang memiliki aktivitas tertentu pada waktu yang sama dengan Gala Dinner tersebut. Disaat itulah aku menemukan fakta bahwa JPMorgan Chase, bank dengan total aset terbesar di USA, berencana memindahkan seperempat aset mereka ke kantor cabang yang baru dibangun. Dan berdasarkan perhitunganku, seperempat dari total aset milik JPMorgan Chase masih berkali-kali lipat lebih besar dari seluruh total aset milik Valley National Bank.

Aku mencoba memberitahukan hasil penemuanku ini pada atasanku, tapi dia bilang itu mustahil mereka bisa tahu tentang rencana pemindahan aset milik JPMorgan Chase. Itu adalah informasi yang sangat rahasia. Hanya direktur JPMorgan Chase dan FBI yang tahu soal itu.

Chasing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang