Elang : Risty, Kinan dan Alana

425 77 15
                                    

Elang membuang muka, lagi-lagi perempuan itu datang dengan senyuman secerah mentari pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elang membuang muka, lagi-lagi perempuan itu datang dengan senyuman secerah mentari pagi. Mengusik dirinya, amat sangat mengusiknya karena saat melihat wajah perempuan bersweater beige itu, kenangan tentang Risty seolah menyeruak, menari-nari di kepalanya hingga lagi lagi hatinya berdenyut pedih.

 Mengusik dirinya, amat sangat mengusiknya karena saat melihat wajah perempuan bersweater beige itu, kenangan tentang Risty seolah menyeruak, menari-nari di kepalanya hingga lagi lagi hatinya berdenyut pedih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mamaaa..." Kinan tertatih, mencoba bangkit dari duduknya walau si mungil itu berkali-kali limbung. Kaki kecilnya menghentak-hentak lucu diatas lantai berlapis karpet bulu yang lembut. Alana buru-buru menaruh sekantong belanjaan di atas meja lalu berjongkok, merentangkan tangannya dan Kinan dengan sekuat tenaga mencoba menghampiri. Tetapi sebelum Kinan sampai dipelukan sang 'mama', Elang dengan secepat kilat membawanya dalam gendongan hingga si kecil memberontak tak suka.

"Cuci tangan dulu, saya ngga mau Kinan kenapa-napa."

"Mamaaa hiks... mama..." Kinan menangis tergugu di gendongan Elang, ia rindu sekali pada 'mama' tapi papa tampaknya tidak setuju dengan rasa rindunya.

"Sebentar anak mama." Alana buru-buru mencuci tangannya, tidak tega mendengar rengekan keluar dari bibir mungil Kinan.

"Sini sayang..." Tangan lembut itu terulur dan langsung disambut oleh Kinan dengan suka cita, pelukan mama memang yang terbaik. Si mungil itu mengusakkan wajahnya diceruk sang ibu, membaui aroma lembut yang menguar dari rambut pendek seseorang yang ia panggil 'mama', yang nyatanya perempuan bernama Alana itu bukanlah mama Kinan. Lalu si mungil terkekeh kecil, kegelian karena ujung rambut Alana mengenai wajahnya, menusuk-nusuk dikulitnya yang lembut.

"Kinan sudah makan mas?" Lebih dari sekedar menanyakan hal itu, sebenarnya Alana juga memendam pertanyaan apakah Elang sudah menganjal perutnya atau belum. Dari yang Alana perhatikan semakin hari Elang semakin kurus, garis rahangnya semakin terlihat tajam, pipinya juga menirus dan kantung matanya benar-benar mengganggu Alana.

Elang tidak menjawab tapi Alana tidak berniat untuk bertanya kembali, ia beranjak mengambil sekeping biskuit dan memberikannya pada Kinan sebelum terjun ke dapur, mengolah bahan mentah menjadi sesuatu yang dapat dimakan, untuk Kinan dan Elang.

"Mama..." Kinan memeluk kaki jenjang Alana, berniat melepas rindu karena dua hari ini Alana tidak datang pada Kinan.

"Apa sayang? Sebentar mama masih masak..." Elang beranjak dari sofa ruang tengah yang berada di samping dapur, memilih untuk masuk kedalam kamarnya. Menghindari Alana karena itu adalah yang paling baik untuk saat ini.

.

.

.

"Mamaaa..."

"Sebentar sayang, mama masih repot."

"Yaudah sini gendong."

Suara rengekan Kinan membuat Elang mau tidak mau keluar kamar, setelahnya ia disuguhi pemandangan Alana yang sibuk mengaduk sesuatu di atas kompor dengan Kinan di gendongannya. Kinan tampak nyaman bersandar di dada Alana, sesekali perempuan itu juga mengecup lembut puncak kepala Kinan.

"Sini Kinan sama papa." Ajak Elang sembari mendekat, tangannya terulur tapi tidak mampu membuat Kinan berpaling, Kinan masih rindu mama yang tidak datang ke Kinan hari kemarin.

"Ayo sini..."Elang mengambil Kinan dari gendongan Alana walau si cantik itu merengek keras, siap menumpahkan air matanya. Alhasil, Elang kini berdiri di belakang Alana dengan Kinan digendongannya karena putrinya itu tidak mau jauh dari Alana.

"Dapat salam dari ibu, mas."

"Salam kembali buat ibumu." Alana mengangguk kecil dengan senyuman di bibir cantiknya, entah kenapa terasa menyenangkan saat Elang bicara padanya.

Saat keduanya terjebak dalam keheningan, bel tiba-tiba berbunyi.

"Biar saya saja." Elang kemudian beranjak untuk membuka pintu, Kinan di gendongannya sudah lebih tenang.

"Eh ada Alana..." Alana yang masih sibuk seketika menoleh kebelakang. Ada Adnan disana dengan sebuah kardus ditangannya.

"Eh Mas Adnan, apa kabar mas?" Alana buru-buru membasuh tangannya lalu menyambut salah satu sahabat Elang yang sudah ia krnal beberapa bulan ini.

🌼🌼🌼

Ngga tau deh tiba tiba ingin up ini walaupun ngga jelas banget isinya, puendek buangeeet tapi ngga papa😆

Maaf sekali blom bisa up yg lain, tp dlam waktu dekat kayaknya The Heirs dulu yg up😙

Terima kasih atas dukungannya dan maaf atas segala kekurangan❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The DurenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang