Day 7

1 0 0
                                    

Bagaimana kabarmu di sana?
Semoga Allah selalu mempermudah jalan dakwahmu. Ah ... di sana kau juga tak sendiri. Banyak teman jamaah lainnya menyertaimu.

Tak terasa sudah sepekan berlalu sejak kepergianmu.
Kepergian yang dulu aku anggap sepele. Aku sadar, dinginnya sikapku waktu itu kini menjadi sesal.
Aku berlagak biasa saja saat kau mengatakan kau akan pergi.

Tapi ...
Faktanya sekarang aku tak biasa saja.
Terkadang aku mencarimu.
Aku mencari jejak-jejak rekaman suaramu pada pesan yang kau kirim.

Aku membongkar kembali file lama tentangmu yang tersimpan.
Kau tahu, aku membuat folder khusus pada gawaiku untuk menyimpan semua data tentang dirimu.
Berlebihan?
Aku rasa tidak.

Aku tlah lama membuatnya.
Jauh sebelum kau pergi.
Tak ada maksud apa-apa.
Waktu itu aku sengaja membuatnya karena kau banyak mengirimkan gambar tentang dirimu.
Masih ingatkan?
Alasan kau mengirimkanku semua itu.
Masalah editing video.
Video bayanmu.

Saat membuka folder itu.
Aku menemukan rekaman video hitam.
Kau bernyanyi dengan diiringi petikan gitarmu.
Video itu kau kirim di akhir juli.
Saat gitarmu masih elok.
Saat bulan pertama kita dekat.

Seketika kerinduanku kepadamu terkikis.
Suaramu itu menjadi obat rindu.
Terima kasih telah mengirimkanku video itu.
Meskipun tanpa gambar.

Aku menghafal nada lagu yang kau nyanyikan.
Aku ikut bernyanyi.
Bahkan membuat rekaman cover.
Cover suaramu dan suaraku.
Memang tak menyatu.
Aku terlalu memaksa.
Maafkan aku.

Bagiku, membuat video perpaduan suara kita berdua adalah hal yang membahagiakan.
Bak menemukan harta lama yang terpendam.
Saking bahagianya, aku menggunggahnya pada beberapa media sosialku.

Aku sengaja tak mencantumkan namaku dan namamu di sana.
Agar kesalahpahaman tak terjadi.
Maafkan aku yang tak izin denganmu.

Perlahan engkau pun menjauh dari diriku ...
Melupakan semua yang tlah terjadi ...
Jika harus meninggalkan diriku untuknya ...
Tak rela ...

120 Hari MerinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang