4. Pertemuan dengan wanita itu

1.1K 132 0
                                    

Pagi ini Irene bangun lebih pagi dengan gairah yang tidak biasa. Belum tepat pukul tujuh Irene sudah selesai mandi serta menghabiskan segelas cokelat hangat.

"nona, sudah cantik pagi-pagi begini. Mau pergi ya?" Tanya seorang pembantu begitu melihat Irene

"ne" jawab Irene singkat

"nona mau sarapan apa? Sandwich?" Tanya pembantu

"boleh, mom kemana? Sudah cuti kan?"

"ada di kamar. Sepertinya sedang bersiap-siap mau ke kantor"

"mwo? Ini sudah tanggal 30 dan mom masih bekerja?" seru Irene kencang.

Irene bergegas menuju kamar ibunya, mengetuk tiga kali, lalu masuk tanpa menunggu dipersilahkan.

"mom" tegur Irene pada eommanya yang sedang merapihkan rambut.

Ibunda Irene Nampak cantik dengan busana kerja berwarna oranye dan segera menoleh begitu mendengar suara Irene.

"ne, kamu sudah rapih?"

"mom, mau kerja? Tidak cuti? Dua hari lagi sudah tahun baru lho" Irene duduk di pinggir ranjang yang sudah rapih.

"ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal, kamu mau pergi Irene?"

Ada rasa hangat yang menjalar di dada Irene seketika. Entah sudah berapa lama ibunya tak memanggilnya Irene. Karena belakangan ini mereka menjadi orang asing yang hanya diselimuti kesunyian di dalam rumah.

"sisakan pekerjaannya untuk tahun depan mom"

"andwae, harus selesai hari ini"

"atau mom punya kencan?"

Untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun, bibir dan mata Tiffany tersenyum. "belum ada yang bisa membuat mom gemetar seperti anak kucing kedinginan"

Irene tak bisa menahan tawanya mendengar perumpamaan yang ibunya pilih. Anak kucing kedinginan?

"kamu mau pergi kemana malam tahun baru nanti?"

"aku akan menginap di vila milik temanku mom. Di Jeju. Tapi bukan dengan Wendy. Kami beramai-ramai, tapi aku belum tahu pasti berapa orang yang akan pergi. Mom tidak keberatan kan mengeluarkan izin untukku? Aku sudah memesan tiket pesawatnya"

Tiba-tiba Tiffany duduk di sebelah Irene dan menatap wajahnya lekat-lekat. Entah kenapa, Irene tak mampu membalas tatapan beliau. Tiffay memengang kedua tangan anak perempuannya dengan tangannya
"kamu banyak berubah Irene. Ini memang terlalu berat untuk dipikul oleh gadis semuda kamu. Mianhae, mom tidak bisa berbuat banyak untuk menolongmu dan Jisung. Mianhae karena mom hanya bisa melihat kalian menghancurkan diri. Mom terlalu lemah. Mom terpukul dengan pengkhianatan daddy"

Kalimat itu begitu tulus dan murni

Alangkah ajaibnya sebuah permohonan yang diucapkan ibunya. Semua kemarahan Irene terhadap ibunya mencair tanpa ampun. Air mata mulai mengalir di pipi kedua wanita itu. Irene memluk erat Tiffany.

Tiba-tiba sang pembantu memutus momen itu dengan sebuah kalimat. "nona, ada yang mencari. Namanya Kim Taehyong"

"siapa? Taehyong? Bukan Taehyung? Pria?" Tanya Irene bingung

"iya nona, pria" ujar sang pembantu sambil tersenyum lalu mengalihkan pandangannya kearah Tiffany. "orangnya tampan, tinggi dan sopan nyonya. Saya sampai terpesona" guraunya

Irene tertawa geli "kenapa harus lapor sama mom kalau dia tampan, tinggi dan sopan? Apa hubungannya coba?"

"cocok jadi calon menantu, nyonya" sang pembantu tak memperduilikan omongan Irene

Love Contract (VRene) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang