1

420 65 7
                                    

.
.
.
.
Happy reading
.
.
.
.
.

Genangan darah membasahi lantai putih yang sering ia tapaki, lantai penuh kenangan dengan kakaknya, orang tuanya dan kakeknya. Keluarganya tempat ia tumbuh berlimpah kasih sayang.

Lantai putih itu bernoda darah dari orang-orang yang selama ini memberinya kasih sayang, memberinya pelukan kala duka. Darah dari keluarga yang ia kasihi.

Rasa takut terus menyeruak dalam hatinya kala menatap semuanya telah terbujur kaku di lantai yang dingin.

Kakinya melangkah mendekati seseorang di depannya yang tengah terbaring telungkup dengan tangan sedikit tetangkap seolah hendak menggapai sesuatu.

Matanya membulat tercengang. Orang didepan matanya tidak lain adalah kakeknya. Tubuhnya turun tanpa tenaga dan akhirnya jatuh terduduk dihadapan kakeknya

Air mata memberontak keluar dari pelupuk matanya. Rasanya ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat dan menurutnya ini hanyalah mimpi buruk belaka. Saat ia membuka mata nanti, bukan pemandangan ini lagi yang ia lihat tapi wajah ibunya yang tengah tersenyum padanya.

Saat ia hendak menutup matanya, suara kakeknya lemah dan sarat akan rasa sakit mengalun ditelinganya.

"Sasuke, syukurlah kau selamat,"

Anak yang berumur dua belas tahun itu tidak lain adalah Sasuke.

"Ka-kakek?"

Sasuke segera membalikan tubuh kakeknya yang penuh dengan luka  dan darah lalu memeluk tubuh tua ringkih itu.

Madara, kakek Sasuke menyentuh wajah Sasuke dengan tangannya yang sudah keriput penuh kasih sayang.

"Sasuke...hukshh...jaga..lah dirimu...nak...uhuksshh...maaf ini semua salah kakek..."

Mata tajam Madara menatap cincin yang tengah dikenakan Sasuke. Cincin bertahtakan giok hitam yang merupakan warisan dari generasi ke generasi di keluarga uchiha.

Cincin yang hanya bisa dipakai oleh keturunan uchiha yang menderita penyakit hati dingin.

"Jaga..lah...dirimu...huksshh...ingat...pakai..lah...selalu...hukss..cincin itu."

Tangan Madara menjauh dari pipi Sasuke dan jatuh terkulai tanpa daya di atas lantai.

Bagaikan di hantam batu, Sasuke beberapa kali berusaha membangunkan kakeknya dengan cara menggerak-gerakan tubuh tua itu.

"Kakek!!! Kakek!!! Bangun!! KAKEK!!!!!"

Mata Sasuke terbuka yang disertai lelehan air mata. Sasuke duduk dari berbaringnya dan mengingat kembali gambaran peristiwa yang ia lihat tadi. Ternyata ia bermimpi buruk. Mimpi yang selalu hadir setiap malamnya dan hal itu membuat dirinya tidak pernah mendapatkan tidur yang nyenyak.

"Hei!!"

Sasuke yang sedang termenung tiba-tiba mendengar suara anak kecil. Saat ia mengedarkan pandangannya Sasuke baru menyadari kalau dirinya ternyata berada di rumah sakit.

"Hei tuan! Aku berada di sebelahmu"

Suara anak kecil kembali terdengar. Sasuke yang berada di bangsal umum menjadi bingung. Ia mengintip apa yang dibalik tirai di sebelah kirinya dan hanya melihat bangsal kosong.

"Di sebelah kananmu bodoh!"

Perempatan muncul di dahi Sasuke. Sialan anak kecil itu berani-beraninya mengatainya bodoh, batin Sasuke.

Legacy Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang