D

6K 512 38
                                    

Selama ini Hinata selalu paham jika Sakura adalah sahabat kekasihnya, Naruto. Namun, apakah ia salah jika marah terhadap Naruto karena membuat Naruto kesal saat ia berteman dengan Sai. Sai hanya temannya tidak lebih, kenapa Naruto bisa semarah itu. Seharusnya ia juga harus mengerti karena Hinata dan Sai hanya berteman biasa tidak lebih. Bahkan menurutnya Naruto lebih parah darinya, namun Hinata tidak pernah marah kepadanya. Atau karena tempo hari Hinata sedikit menyinggung perasaan Naruto karena menyebut nama Sakura?.

"Maaf Hinata, lagi-lagi karena aku kita membatalkan kencan kita" Hinata tersenyum dan mengangguk paham.

"Apa yang terjadi dengan Sakura?" Naruto tampak memincingkan matanya tak suka.

"Kenapa kau menyinggung tentang Sakura?"

"Ah, tidak. Karena biasanya Sakura butuh bantuanmu" Naruto menghela napas panjang.

"Kau percaya padaku kan Hinata?" Hinata menatap Naruto sedikit terkejut saat Naruto menanyakan hal itu padanya.

"Tentu saja"



























"Kemarin aku melihatmu keluar dari perpustakaan kota dengan Sai. Apa yang kalian lakukan?" Tanya Naruto yang tiba-tiba duduk disamping Hinata yang sedang menyantap makanannya dikantin.

"Aku mengerjakan tugas bersama dengannya. Kebetulan aku dan dia berada dalam satu kelompok" jawabnya dengan senyuman.

"Hanya itu?"

"Ah, kita mampir sebentar untuk makan malam karena perut kami berdua merasa lapar" jawabnya lagi. Naruto mendengus tak suka.

"Aku tidak suka padanya..." rajuk Naruto manja dengan menyandarkan kepalanya pada bahu Hinata.

"Aku dan Sai hanya berteman, sungguh..."

"Tetap saja aku tak suka dengannya. Dia itu sangat mencurigakan kau tahu..." Hinata terkekeh dan mengelus surai Naruto pelan.

"Aku tidak suka jika kekasihku menghabiskan waktu lebih banyak lagi dengan pria lain. Aku cemburu..." Hinata menghela napas kecil.

"Kami benar-benar hanya mengerjakan tugas bersama Naruto-kun" Naruto berdiri dari duduknya dan menatap tak suka pada Hinata. Kenapa Hinatanya ini sangat keras kepala.

"Ayo lah Naruto-kun... Aku dan Sai hanya berteman saja, tidak lebih" ucapnya dengan menepuk-nepuk kursi disebelahnya untuk mengisyaratkan Naruto duduk kembali.

"Ya, kau mungkin hanya menganggapnya teman tapi tidak bagi Sai" Hinata menghela napas kecil. Sungguh, Narutonya ini sangat pencemburu. Hinata akhirnya menarik tangan Naruto dan mendudukkan dirinya disebelahnya.

"Baiklah-baiklah, aku akan menjaga jarak dengannya jika tidak ada keperluan lagi" ya, akhirnya lagi-lagi Hinata yang mengalah.

Naruto tentu saja tersenyum bahagia mendengar hal tersebut dari mulut kekasihnya, "Bagaimana jika nanti malam kita berkencan?" Ajak Hinata yang membuatnya merasa sangat senang.

"Baiklah, jemput aku ya!" Naruto mengangguk mengiyakan.




































Benar sekali dugaan Hinata, lagi-lagi Naruto tidak dapat menepati janjinya untuk menjemput Hinata karena Sakura membutuhkan bantuannya. Ya tidak apa, tidak masalah baginya. Lagi pula ia bisa berangkat ke kafe sendirian, bukankah hal itu sangat mudah, tidak perlu manja apalagi marah karena kekasihmu tidak menjemputmu.

Setelah beberapa menit akhirnya Hinata sampai di kafe tempat mereka bertemu. Entahlah, sepertinya taksi yang ditumpanginya kali ini menurunkannya diseberang kafe, jadi mau tidak mau ia harus menyerang terlebih dahulu untuk dapat sampai di kafe seberang. Dari sana ia melihat Naruto sedang menunggunya dengan melamun, ah lucu sekali wajahnya itu. Beberapa menit Hinata tersenyum sendiri karenanya. Hingga saat ia akan menyebrang jalan tiba-tiba tanpa diduga ia dikejutkan oleh orang yang sedang menyapanya, "Ah, Sakura?" Sakura memang sahabat Naruto, namun ia tidak begitu dekat dengan perempuan cantik yang terkenal dikampus itu. Tentu saja, walaupun mereka berdua, Hinata dan Naruto memiliki ikatan sepasang kekasih tetapi itu tidak merubah keadaan. Bahkan masih banyak orang yang menjodohkan Sakura dengan Naruto, lebih cocok kata mereka.

"Kau akan pergi menemui Naruto 'kan?" Hinata melamun sebentar sebelum ia mengangguk. Sakura tersenyum lebar dan segera menggandeng lengan Hinata.
























"Kita kesana bersama ya. Aku juga diundang oleh Naruto" tawanya. Entahlah, aku rasa dibalik senyumnya yang tulus itu ia terlalu polos atau berpura-pura tak mengerti jika ini adalah kencan sepasang kekasih. Aku benar-benar harus berpikir positif karena menurutku kepercayaan adalah hal yang penting dalam segala hal. Tetapi, Sakura bergabung dengan kencan kami. Aku tersenyum dan memikirkan sesuatu yang masuk akal. Mungkin saja Sakura belum makan malam, maka dari itu ia mau ikut dengan kami, ya pasti karena itu.

Ia menarikku begitu saja untuk menyeberang dan tangan yang satunya ia gunakan untuk melambai pada Naruto yang melihat kita berdua. Rasanya ada yang aneh. Entah, apa karena jalan Sakura yang terlalu pelan atau aku yang terlalu memikirkan hal yang rumit, tiba-tiba saja truk dari arah kiri jalan melaju dengan cepat dan membuat Naruto diseberang berdiri dan memekik keras menghampiri kami berdua, sepertinya... hingga...

"SAKURA AWAS!" Ya, beruntung aku selamat, Sakura juga selamat karena Naruto menolongnya dengan cepat. Aku sangat beruntung karena sekarang aku tak merasakan sakit secara fisik, tetapi entah kenapa tiba-tiba dadaku yang merasakan sesak. Bahkan sampai saat ia melihat bahwa Sakura tak memiliki bekas luka pun ia belum menoleh dan bertanya padaku yang masih tersungkur di tepi jalan. Sekalipun.

"Syukurlah kau baik-baik saja. Ayo kita kedalam terlebih dahulu, tenangkan dirimu" ucapnya dengan menenangkan Sakura yang masih menangis. Aku hanya bisa melihat mereka berjalan kedalam dengan keadaanku yang masih terduduk. Entahlah, rasanya benar-benar menyesakkan. Apa aku tak terlihat olehnya?

"Kau harus mengobati lukamu" tiba-tiba suara itu menginterupsi.

"S-Sai?" Aku bahkan tak tau jika Sai sudah berada dihadapanku. Sejak kapan ia berada disini.

"Kenapa kau ada disini?" Anak itu hanya tersenyum kecil dan menggeleng. Ia membantuku berdiri dan membawaku duduk dikursi depan kafe.

"Aku bekerja disini. Baiklah, pertama obati dulu lukamu" Sai meninggalkanku dan masuk kedalam kafe, mungkin untuk mengambilkan obat untukku.

Saat aku melihat kedalam kepada mereka berdua. Aku melihat raut kekhawatiran Naruto terlihat jelas saat Sakura memeluknya dan menangis akibat shock yang menerpanya. Bukankah ini sudah keterlaluan.

"Hinata, maaf hari ini Sakura memintaku untuk menemaninya"

"Tidak apa Naruto"

"Hinata, Sakura adalah sahabatku kau juga harus melindunginya"

"Iya aku paham"

"Hinata bekal yang kau berikan aku beri pada Sakura, dia belum sarapan kau tahu?"

"Ah, ya"

"Hinata..."

"Ya, Naruto?"

"Gelang yang kau berikan dari kuil kemarin, Sakura ingin memilikinya. Jadi aku berikan..."

"Hinata?"

"Ya?"

"Kau tidak marah 'kan?"

"Ah, y-ya. Kapan-kapan aku bisa berikan lagi..."

"Tapi kau bilang gelang itu memang sudah menjadi milikku karena ada doa untukku disana"

"Kalau begitu kenapa Naruto berikan?"

"Karena dia menginginkannya Hinata. Aku tidak bisa menolaknya"

"Ah..."










Boleh aku mengatakan... aku membencimu, Uzumaki Naruto.

















NEXT...

DUMB [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang