U

4K 439 18
                                    

Setelah Sai mengobati luka Hinata, ia segera berdiri dan memberikan segelas air pada Hinata. Hinata yang terlihat sedari tadi hanya melihat kearah Naruto dan Sakura hanya tersenyum kecil. Sai juga mengetahuinya, pasti sesak bukan?.

"Apa lututmu tidak terasa sakit?" Hinata menggeleng kepada Sai.

"Tidak, aku tidak merasakan sakit" kemudian Sai menoleh kearah Naruto dan Sakura didalam sana.

"Bukankah aneh jika yang Naruto pedulikan hanya Sakura, bahkan ini sudah lebih dari setengah jam dan dia tidak bertanya bagaimana dengan keadaanmu?"

Hinata tertawa kecil mendengar pertanyaan Sai, "Kau ternyata banyak bicara ya. Ngomong-ngomong  terimakasih karena telah mengobati lukaku dan menyelamatkanku"

"Pengalihan topik" Hinata tersenyum.

"Maaf karena menarikmu terlalu kuat hingga membuatmu terluka"

"Ah, tidak masalah. Jika kau membiarkanku tanpa luka, mungkin aku sudah tidak berada didunia ini"

"Jangan bicara sembarangan" Hinata terkekeh kecil. Kemudian ia melihat mereka berdua didalam sana. Apa ini mimpi, Hinata menunggu Naruto keluar untuk menanyakan keadaannya. Namun apa, harapannya memang tinggal harapan belaka.

Beberapa menit kemudian, Hinata masuk kedalam diikuti dengan Sai. Hatinya sudah tak dapat lagi merasakan sesak seperti ini. Naruto yang melihatnya malah kesal kepada Hinata karena Sai berada dibelakangnya.

"Kau kemana saja, kenapa tidak membantu Sakura. Dia shock Hinata, kau tahu itu. Aku sudah memintamu untuk menjaga Sakura Hinata. Dan Kenapa kau pergi dengan Sai?" Sai yang akan protes dengan pertanyaan Naruto segera dihentikan oleh Hinata. Hinata mendekat kearah Naruto.

"Kau tadi melihatku bersama Sakura bukan?" Naruto mendegus, "Tentu saja. Maka dari itu aku bilang padamu kenapa kau tidak membantunya dan-"

"Kau sadar jika kami berdua yang akan terkena truk itu?"

"Tentu saja Hinata dan kau baik-baik saja. Itulah kenapa aku-" Naruto tidak melanjutkan kalimatnya karena mendengar Hinata berdecak. Ia kaget sungguh, baru kali ini ia mendengar Hyuuga Hinata mendengus kesal.

"Kau hanya menyelamatkan Sakura dan hanya melihatku. Tidak-tidak... bahkan kau tak melihatku, aku yakin itu. Aku selamat karena Sai, aku bahkan tidak tahu jika tidak ada Sai apa aku akan selamat dan masih hidup seperti ini. Aku paham Sakura adalah sahabatmu, tetapi tidak bisakah kau juga menyelamatkanku?" Naruto menatap Hinata tidak percaya. Teganya dia berbicara seperti itu.

"Maksudmu menyelamatkanmu dan meninggalkan Sakura?" Hinata tersenyum. Namun, raut wajahnya menampilkan kesedihan.

"Bukankah kita berdua berdiri berdekatan? Kau bisa menarik kami berdua. Tapi kau malah meneriakkan nama Sakura dan menggendongnya meninggalkanku. Sakura bahkan ia selamat. Tidak apa... aku ikut senang karena sahabatmu selamat. Tetapi setelah ini, setelah kau menyadarinya Naruto. Aku harap kau jangan pernah lagi khawatir kepadaku" mata bulan itu berkabut saat mengatakannya. Naruto yang melihat keadaan Hinata sedikit iba saat melihat banyak perban di kakinya karena Sai yang menariknya sangat kuat saat itu karena sisa waktu yang sangat sedikit. Apa dia salah, apa Naruto salah mengkhawatirkan sahabatnya. Lagipula ia telah melihat Sai datang membantu jadi ia harus memilih menyelamatkan Sakura.

"Kau tahu kan Hinata, Sakura adalah sahabatku. Dia sangat penting bagiku. Dia lebih banyak menghabiskan waktu untuk mendukungku" Hinata tersenyum dan mengangguk, "aku sangat paham. Maka dari itu, mulai sekarang... jangan pernah khawatir lagi kepadaku...

... Ku rasa sampai disini hubungan kita, Naruto" kemudian Hinata pergi dari kafe tersebut. Ia terlihat menyeka sudut matanya. Untunglah tidak ada banyak orang di kafe sehingga pertengkaran mereka tidak terlalu menjadi bahan tontonan.

Sai mendekati Naruto, "Kau tahu Naruto, terkadang sahabatmu sendiri pun dapat menghancurkan kehidupanmu" Naruto menaikkan alisnya tak mengerti.

"Apa yang kau katakan Sai... Sakura tidak mungkin merusak hubunganku dengan Hinata. Ia berteman baik dengannya"

"Menurutku, jika benar ia tidak merusak hubungan kalian. Ia tidak akan ikut dalam kencan ini"

"Apa maksudmu?"

"Tanya saja pada perempuan itu. Jangan menjadi laki-laki yang bodoh!" Naruto hendak memprotes, namun Sai sudah pergi dari sana. Kembali kearah dapur. Naruto menoleh panik menatap Sakura.

"Kau sungguh tidak apa-apa?" Sakura menggeleng kecil sambil terisak pelan.

"Ja-jadi hubunganmu dengan Hinata sudah berakhir karena diriku?"

"Ah, tentu tidak. Dia memang selalu begitu, terlalu berperasaan. Dan lagipula ku sangat mencintainya, bagaimana bisa aku melepaskannya. Aku merasa bersalah saat melihatnya tadi Sakura, bahkan aku kesal saat  Sai yang mengobati lukanya"

"Kau menyesal telah menyelamatkanku?" Naruto tersentak, "Tentu tidak Sakura" Sakura memeluk Naruto, membuat pria itu sedikit terkejut.

"Naruto, aku menyukaimu"

"Ha?"

"Aku menyukaimu Naruto...

... kau sudah berakhir dengan Hinata. Maka dari itu, lindungilah aku. Pikirkanlah hanya namaku Naruto... Aku mohon..." ucapnya dengan memelas. Kemudian Naruto melepas pelukan Sakura.

"Ta-tapi aku sudah mengatakan padamu Sakura, aku menyukai Hinata. Baiklah, ayo biar kuantar kau pulang. Aku setelahnya ingin menemui Hinata dan meminta maaf"

"Meminta maaf atas apa?"

"Atas segalanya. Mungkin benar kata Sai. Sakura, kau sudah dewasa. Persahabatan kita juga harusnya saling mengerti satu sama lain. Ayo, biar kuantar kau pulang" tiba-tiba Sakura berdiri dari duduknya. Ia melihat Naruto dengan air matanya yang akan keluar.

"Bahkan aku sudah mengatur skenario ini. Kenapa kau tetap peduli padanya?" Demi iblis, wanita ini berbicara apa?

"Apa yang kau katakan?" Ya, Sakura bergumam namun masih terdengar.
Seketika itu Naruto segera beranjak dari kafe itu. Gadis itu menggeleng, ia malah menangis semakin kencang. Naruto berdiri dari duduknya.

"Kau... pulang sendiri ya Sakura. Maaf, sampai kapanpun kau hanya kuanggap sebagai sahabat. Ini memang kesalahanku karena tidak pernah bisa tegas menjadi laki-laki. Naruto brengsek kau..." gumamnya pada kalimat terakhir.











"Sasori-kun, nanti jika aku sudah menyeberang jalan. Kau lajukan truk milikmu ya"

"Baiklah, apapun untukmu"

"Jika kita berdua berhasil. Aku akan mengajakmu berkencan denganku"

"Bagaimana jika kau terluka"

"Kau tidak akan membiarkanku bukan?" Sasori memgangguk.

"Tentu saja..."

"Arigatou, Sasori-kun"

Sasori, kakak tingkat yang menyukai Sakura Haruno dan dimanfaatkan olehnya.














Next...

DUMB [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang