"Nanti kau akan tahu kalau aku benar-benar menginginkan nyawamu!" dengus Satria Pemali.
Begitu selesai kata katanya manusia setengah singa ini tiba-tiba kembali menerjang. Kali ini bukan Banu Keling saja yang menjadi sasaran, tapi juga kawan-kawannya yang terdiri dari pemanah-pemanah pilihan.
"Hraaa! Grauuung...!"
Tangan-tangan manusia setengah singa yang berkuku runcing dan berjumlah cukup banyak ini menyambar-nyambar ke arah para pengeroyoknya dengan dahsyat. Pada satu kesempatan, manusia setengah singa berhasil meraih salah seorang anak buah Banu Keling.
"Akh...!"
Dengan dipenuhi nafsu amarah, Satria Pemali langsung mencabik-cabik anak buah Banu Keling. Terdengar suara tulang berpatahan, disertai lolong kematian yang demikian memilukan. Darah kental membasahi bumi. Namun itu tak membuat semangat mereka surut.
"Dia tidak mempan senjata, Ketua!" teriak anak buah Banu Keling mulai bingung.
"Pergunakan senjata apa saja!" teriak Banu Keling, berusaha memberi semangat anak buahnya.
Tapi apa yang diucapkan Banu Keling tampaknya akan sia-sia. Karena selain manusia setengah singa itu kebal terhadap senjata tajam, juga tampaknya nyali mereka berubah menciut. Malah beberapa di antara mereka malah hanya dapat bergerak menjauh, menghindari serangan Satria Pemali yang semakin menggila.
"Bangsat! Manusia iblis ini rasanya sangat sulit kujatuhkan. Apa akalku sekarang? Aku tidak mungkin dapat mengalahkannya tanpa mengetahui di mana letak titik kelemahannya. Tapi jika aku menghindar, rasanya percuma jika kembali ke Partai Tengkorak Darah! Salah seorang harus pulang. Mungkin ketua dapat bersikap sedikit lunak padaku," pikir Banu Keling.
Pada saat Banu Keling berpikir, mendadak datang serangan kaki manusia setengah singa. Namun dengan cepat Banu Keling menjatuhkan diri dan langsung ber-guling kesamping. Ujung pedangnya langsung ditusukkan kebagian telapak kaki, ketika manusia setengah singa terus mengejarnya.
Sementara pada saat bersamaan, tiga orang anak buah Banu Keling membabat tangan manusia setengah singa. Sedangkan tiga orang lainnya melompat sambil melakukan tusukan ke bagian rusuk kiri dan rusuk sebelah kanan.
Terpaksa Satria Pemali menghentikan cecarannya pada Banu Keling. Sebagai gantinya, sekarang tubuhnya berbalik dan menyerang anak buah Banu Keling dengan ayunan tangan bergerak ke segala arah. Orang-orang Banu Keling kontan terpepet setengah mati. Apalagi mengingat tangan raksasa yang menyambar ke arah mereka seakan berubah menjadi banyak.
"Hiyaaa...!" Tubuh Satria Pemali melesat ke depan kemudian menghantamkan tanjunya ke lima penjuru.
Brak! Buk..!
"Aaakh..!"
Disertai teriakan melengking tinggi, lima orang anak buah Banu Keling jatuh terpelanting di tanah dengan dada melesak ke dalam dihantam tinju Satria Pemali. Bahkan dua di antaranya ada yang hancur kepalanya. Semuanya bergeletakan roboh, tanpa mampu bangkit lagi.
Melihat kenyataan ini, semakin bertambah ciutlah nyali Banu Keling. Apalagi mengingat hanya tinggal dirinya sendiri, bersama salah satu anak buahnya. Maka tanpa membuang buang waktu lagi, secara diam-diam dia melarikan diri, ketika Satria Pemali lengah.
Pada saat Satria Pemali menyadari apa yang terjadi, Banu Keling telah jauh meninggalkan pertempuran. "Keparat! Dia meloloskan diri!" dengus laki-laki setengah singa ini.
Dan kini kepala Satria Pemali berpaling ke arah anak buah Banu Keling yang tinggal satu-satunya ini. "Ha ha ha...! Sekarang hanya tinggal kau saja yang berada di sini. Maka, terimalah kematianmu!"
Satria Pemali tiba-tiba saja mengangkat sebongkah batu sebesar kerbau di sampingnya. Batu itu kemudian dilemparkannya kearah anak buah Banu Keling, dengan kecepatan dahsyat.
Laki-laki berpakaian hitam ini berusaha berkelit menghindar, namun gerakannya kalah cepat. Tidak pelak lagi, batu itu menimpanya. Tidak terdengar suara lolongan kecuali suara hancurnya tulang belulang tertimpa batu.
Manusia setengah singa ini menarik napas panjang. Dipandanginya mayat mayat yang bergelimpangan yang terdapat di sekelilingnya.
"Aku tidak mungkin terus bertahan di sini. Satu-satunya jalan adalah datang ke markas orang-orang Partai Tengkorak Darah, sebelum mereka menyerang kemari," gumam manusia setengah singa bertangan tujuh itu.
Tidak lama setelah mempertimbangkan segala sesuatunya, Satria Pemali menjejakkan kakinya ketanah. Seketika terdengar suara menggemuruh, dan tanan dibawahnya menguak lebar. Satria Pemali segera melompat ke dalamnya. Begitu tubuhnya menghilang, lubang itu menutup kembali. Dan dibawah permukaan tanah langsung terlihat gerakan gerakan sangat aneh. Seakan ada sesuatu yang berjalan cepat dibawahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
143. Pendekar Rajawali Sakti : Iblis Tangan Tujuh
ActionSerial ke 143. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.