Chapter 1 - Prolog (Hadiah)

15 5 0
                                    


Venesia. Jennie masih tidak percaya ia ada di Venesia. Padahal baru saja dua minggu lalu ia dan Jimin ada di Roma, sekarang ia sudah ada di Venesia. Ia tahu Jimin itu kaya raya, tapi ia tidak tahu pria itu sekaya ini, pergi semaunya kapan pun dan kemana pun. Jimin kali ini mengajak Jennie ke Venesia, bukan karena rapat atau pertemuan penting... tapi karena Jimin ingin Jennie berlibur. Suatu hal yang mengejutkan, namun Jimin dingin itu mungkin ingin membahagiakan Jennie juga. Jennie menelusuri jalan-jalan kecil Venesia yang tua dan klasik... bangunan-bangunannya indah dan warna-warni. Jika Jennie menoleh ke kanan, Jennie dapat melihat gondola-gondola yang mengapung indah di atas kota air ini. Di atas langit, awan-awan berkumpul dan matahari yang mulai terbenam di balik jembatan-jembatan legendaris Venesia. Jimin dan Jennie sampai di kota air ini pada saat hari sudah sore... lalu mereka berpencar. Jennie memang tidak ingin berjalan di dekat Jimin. sebentar lagi matahari akan terbenam, ia tidak ingin menonton sunset dengan pria yang egonya besar itu. Kalau berjalan dengan Jimin, sunset pertama Jennie di Venesia malah akan menjadi tidak indah nantinya.

"Tempat ini indah sekali ya Yeontan," Jennie menggendong anjing kecil itu, dari tadi Yeontan sangat hiperaktif dan selalu berlari ke café dan restoran, mau tidak mau Jennie harus menggendongnya, "apa kau sudah lapar Yeontan? Apa kau mau makan sekarang?"

Yeontan mengaung dan menjulurkan lidahnya, Jennie dapat melihat senyuman manis dari anjing yang sangat lugu itu. Kelihatannya itu adalah 'iya' versi Yeontan. Jennie benar-benar ingin memanjakan anjing itu, sungguh, tapi Yeontan rentan akan diabetes, jadi Jennie tidak boleh memberikan makanan manis kepada anjing yang manis ini. Jennie benar-benar hanya boleh memberikan makanan khusus anjing, agar Yeontan kecilnya ini tetap sehat. Wanita itu hanya bisa menoleh ke kanan dan ke kiri, mencoba untuk mencari pet shop di tempat yang sangat asing ini.

"Butuh bantuan?" Jimin tiba-tiba turun dari salah satu gondola dan berjalan ke arah Jennie, pria itu seperti sedang pamer saja, "kau tidak bisa Bahasa Italia bukan? Lebih baik kau berada di sampingku sebelum kau tersesat lagi."

"Aku baik-baik saja," Jennie memeluk Yeontam lebih erat, namun anjing kecil itu malah merengek-rengek ingin lepas dari pelukan Jennie, seakan-akan ingin langsung dipeluk oleh Jimin.

Jimin merebut Yeontan dari tangan Jennie, memeluk anjing itu dengan satu tangan, sedangkan tangan yang satunya menggandeng tangan Jennie. Wanita itu hanya bisa terkaget-kaget karena suaminya itu tiba-tiba menjadi sangat perhatian pada Yeontan dan Jennie.

"Kau masih mau pura-pura lagi? Memang ada mata-mata lagi ya?" Jennie membiarkan tangannya digandeng oleh Jimin.

"Tidak," Jimin menggelengkan kepalanya, "mereka tidak tahu kita menyelinap ke Venesia... jadi kita bebas hari ini."

"Tapi tanganmu-"

"Aku takut kau hilang," Jimin beralasan, "Venesia di bulan Maret sangat penuh dengan turis."

Jennie melihat sekitarnya dan tersadar turis-turis banyak sekali yang berbicara dengan bahasa mereka masing-masing. Jennie tahu Venesia itu memang paling nyaman dikunjungi pada bulan Maret. Temperatur Venesia di bulan Maret sangat baik karena suhunya lima sampai lima belas derajat, itu tidak terlalu dingin tapi tidak terlalu panas juga.

"Oh begitu ya," Jennie menatap wajah Jimin yang terlihat dingin seperti biasa, "Jimin, Yeontan kelihatannya lapar..."

Jimin menatap anjing kecil yang daritadi menatapnya dengan imut-imut. Sepasang bola mata bulat Yeontan, membuat Jimin jadi sedikit tersentuh. Anjing itu seperti sedang memohon-mohon dengan sangat. Seperti ada tulisan di wajah anjing itu, 'peluk aku, manjakan aku, beri aku makan'. Jimin sebenarnya lemah akan hal-hal seperti ini.

"Baiklah, kita beri dia makan," Jimin menuntun Jennie turun pelan-pelan untuk masuk ke gondola yang mengapung di dekat jembatan paling terkenal di Venesia, jembatan Rialto.

Marrying Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang