Cring!
Suara lonceng membuat pandanganku terbuka, menatap dua sosok yang duduk di singgasana tepat di hadapanku. Dahiku berkerut menatap keduanya, wajah mereka benar-benar mirip satu sama lain. Hanya saja, salah satu dari mereka memiliki rambut berwarna merah cerah, sementara yang lainnya memiliki warna rambut biru tua.
Dan yang paling penting, aku merasa seperti sedang bercermin ketika memandang mereka.
"Apa kau ingin bertanya siapa kami?" Pemuda berambut merah bertanya.
Dia mengenakan jubah merah yang terbuka, menunjukkan satu set zirah emas lengkap dengan sebuah pedang di pinggangnya. Salah satu kakinya terangkat di atas kaki lainnya, menimbulkan kesan arogansi yang besar saat dia menatap.
Bersandar di sisi kiri singgasananya, sebuah perisai besar dengan ukiran naga api membuat pandanganku teralihkan.
"Hei-hey, apa kau bodoh? Sejak sebulan lalu, bukankah dia sudah membangun ingatannya?" Dengan nada kesal, pemuda berambut biru tua berteriak.
Ketika aku memandangnya, dia memancarkan aura yang jauh lebih bersahabat dari pada si pemuda berjubah merah. Dia tidak mengenakan jubah, hanya sebuah set zirah keperakan lengkap dengan sebuah pedang dua tangan yang bersandar di sisi kiri singgasananya.
Tatapannya terasa seperti tatapan seorang teman lama ketika melihatku, dan itu membuatku bertanya-tanya.
"Aireina Renka, apa kau masih mengingat nama itu?" Si pemuda berjubah bertanya, membuatku terdiam ketika potongan-potongan mimpi yang kualami sejak sebulan lalu mulai bermunculan.
Terakhir kali mimpi itu muncul adalah ketika dua orang yang kini duduk di depanku bertarung satu sama lain.
Masih terbayang jelas kala itu keduanya mengalami luka parah akibat pertarungan yang mereka lakukan selama berhari-hari. Armor dan pedang sosok berambut biru mengalami kerusakan berat dengan munculnya retakan-retakan besar yang membuat peralatan itu terlihat bisa hancur kapan saja.
Pemuda itu terduduk menatap lawannya yang juga dalam kondisi yang sama buruknya. Perisai, pedang, dan zirah pemuda berambut merah itu juga mengalami kerusakan serupa. Hanya saja, dia terlihat lebih baik jika dibandingkan dengan pemuda berambut biru yang menatapnya.
Pemuda berambut merah itu juga terduduk, matanya menatap lawannya dengan tajam sebelum sebuah senyum kepuasan muncul perlahan di bibirnya.
"Avrient, kau benar-benar kuat." Setelah menghembuskan napas, pemuda berambut merah itu berkata pada lawannya.
"Yah, tapi aku masih saja kalah! Aireina Renka, kau memang cocok dengan reputasimu." Dengan senyuman luas terukir di bibirnya, Avrient menjawab.
![](https://img.wattpad.com/cover/237571290-288-k710446.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Eclipse
FanfictionSebuah panggilan dari dunia lain mengharuskan dirinya mengakhiri karirnya dan pergi ke tempat dimana dia pernah menjadi pahlawan. Namun, kali ini dia tidak kembali untuk menyelamatkan dunia seperti sebelumnya. Tujuannya kembali kali ini hanya satu- ...