We are the champion, my love!

1.8K 135 44
                                    

Setelah bertanding tiga hari berturut-turut, tim putra dan putri sama-sama masuk final kejuaraan Basket SMU Se-Jawa Bali. Hari ini jadwal pertandingan kosong sebelum menyambut final yang diadakan besok pagi. Setelah latihan fisik di pagi sampai menjelang tengah hari, coach Adi memutuskan semua anggota tim boleh beristirahat hingga makan malam.

Yasmin memanfaatkan momen yang sebentar itu untuk belanja bersama beberapa anak lainnya di sekitar penginapan. Ega justru malas pergi kemana-mana dan lebih memilih menikmati ac kamar sambil browsing-browsing tanpa tujuan dengan tabnya.

Tok tok tok

Ega menghela nafas malas menuju ke pintu. Cepet bener Yasmin kembali, batinnya.

"Del? Lo ngapain di kamar mulu?" Aldo berdiri berkacang pinggang di depan kamar Ega. Ega menatapnya sekilas, lalu berbalik dan menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur, duduk bersandar pada sandaran tempat tidur. Tangannya kembali sibuk memegang tab.

"Males kemana-mana. Capek. Lo kok juga disini?" Ia melirik ke arah Aldo yang dengan tenang masuk ke kamar, melintasi ruangan dan membiarkan pintu kamar terbuka.

"Lagi males juga. Capek juga." Aldo nyengir. Ia sudah meletakkan pantatnya di salah satu kursi di pojok kamar.

"Ga kreatip." Ega memutar mata mendengar kata-kata Aldo.

"Jalan aja yuk. Ke taman samping hotel ini nih." Aldo mengacungkan telunjuknya ke satu arah. Ega tampak menimbang-nimbang ajakan Aldo.

"Boleh deh kalo cuma kesitu aja." Jawab Ega bangkit dari tempat tidur. Ia mengikat rambutnya ke belakang dan menyisakan sedikit anak rambut membingkai wajah manisnya.

"Ga perlu ganti baju kan?" Tanya Ega menyadari kalau ia hanya memakai celana basket dan kaos ungu kebesaran berlogo LA Lakers di punggung. Ia mengamati Aldo yang juga mengenakan celana basket dan kaos merah Chicago Bulls. Ya sebenarnya sih nggak ada yang mengharuskan anak basket pakai kaos basket melulu, saking aja mereka berdua penggemar fanatik tim NBA itu.

"Ganti baju pesta kek. Gaun yang agak seksian dikit gitu." Aldo mengedipkan mata. Ega menyipitkan mata melempar pandangan - belum pernah dicium dementor ya - pada Aldo. Aldo terkekeh.

"Gitu aja baper lo. Yuk ah." Aldo bangkit dan merangkul Ega untuk keluar dari kamar. Ega melepas tangan Aldo yang melingkar di bahunya dengan jengah. Ia buru-buru membalik badan untuk mengunci pintu....dan menyembunyikan pipinya yang menghangat karena sentuhan Aldo barusan. Ck! Sial!

Mereka berjalan beriringan menuju taman sebelah hotel tapi lalu memutuskan duduk-duduk di kursi di pinggir kolam renang.

"Enak kali ya berenang hari gini." ujar Aldo sambil mengenakan kacamata hitamnya yang sejak tadi menggantung di bagian depan kaosnya lalu menyelonjorkan kakinya di kursi malas itu. Ega gagal paham, ngapain juga cowok itu bawa-bawa kacamata hitam kalau tadinya cuma mau duduk di taman. Sok iyes banget gayanya. Eh...tapi sumpeh deh...dilihat dari sudut manapun - bahkan gaya kelelawar kebalik di pohon- Aldo emang ganteng. Ditambah kacamata hitamnya yang bertengger di hidungnya yang mancung, Aliando Syarief mah lewaaattt....

"Ngeliatin gue mulu, ntar lama-lama jatuh cinta lho lo." Tiba-tiba Aldo menyeringai jahil. Blush! Pipi Ega langsung memerah begitu menyadari dari balik kacamata hitamnya, dari tadi Aldo juga meliriknya dan tahu kalau Ega tak berkedip menatap Aldo.

"Apaan sih..ge er aja lo." Ega berujar sebal lalu menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi malas di sebelah Aldo. Aldo makin terbahak. Aldo tak ingin membuat gadis itu lebih malu karena ketahuan menatapnya sedemikian rupa. Ia lalu membuat perbincangan menjadi lebih ringan dengan cerita-cerita seru tentang pertandingan yang mereka lewati beberapa hari ini. Mereka tertawa bersama saat membicarakan tim-tim lawan yang sudah mereka libas.

Tunjuk Satu BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang