Bab 4. Bungsu Orlena
"Hosh ... hosh ... hosh ...."
"Hei! Berhenti kau!" teriak segerombolan pemuda yang tengah mengejar seseorang.
"Jalang! Kembali kau kemari!"
"Sialan!'
"Hwee ... ayo kejar aku pemalas!" seru gadis yang tengah dikejar oleh segerombolan pemuda yang tengah marah karena keusilannya.
Gadis itu --Orva Orlena-- menatap geli para pemuda yang mengejarnya. Dengan cepat dia terus berlari melewati jalanan yang penuh dengan orang-orang yang sedang berlalu lalang, tak segan kadang dia pun sampai menabrak mereka. "Maaf!"
"Dasar gadis nakal!" teriak beberapa orang yang ditabrak gadis muda itu. Sementara Orva hanya mengucapkan maaf dan terus berlari.
***
Sementara itu, di sebuah pelataran rumah kecil teriakan-teriakan terdengar menggema dari rumah satu-satunya di sana.
"ORVA!"
"ORVA!"
"Di mana anak itu?!"
Dua gadis cantik tampak kesal sembari memanggil nama Orva. Mereka mengelilingi rumah kecil itu sembari mencari ke sudut-sudutnya namun hasilnya nihil. Gadis yang mereka cari tidak ada dimana-mana.
"Apa kalian sudah menemukannya?" tanya seorang wanita paruh baya pada dua gadis itu.
"..."
"Anak-anak?"
"Anu ... i-itu ... ah, Ibu sepertinya Orva pergi ke danau seperti biasa," jelas gadis cantik berambut ikal pada ibunya.
"Benar apa yang dikatakan Mauve, Bu. Orva pergi ke danau mencari ikan untuk makan malam. Ternyata, dia menulis pesan di meja tadi." Aamber meyakinkan sang ibu yang tampak ragu sambil menujukkan sebuah kertas kecil yang entah didapatnya dari mana.
Rubiena merasa kedua putrinya sedang menyembunyikan sesuatu pun hanya menghela nafas dan berkata, "baiklah, jika memang adik kalian ke danau sekarang jemput dia. Katakan hari sudah mulai petang dan kita harus segera makan malam." Mauve dan Aamber pun mengangguk mengetahui sang Ibu percaya akan ucapan mereka.
"Sekarang Ibu akan kembali ke dalam dan menyiapkan makan malam. Jangan lupa segera pulang, ingat lah sebentar lagi prajurit kerajaan akan mulai melakukan penjagaan."
Setelah Rubiena masuk ke dalam rumah, kedua gadis cantik itu tampak panik dan bergegas mencari kembali sang adik yang entah ada di mana sekarang.
Kedua gadis itu berjalan terburu menuju danau tempat Orva bersembunyi biasanya. Mereka berharap gadis itu benar-benar ada di sana. Ditelusuri pinggiran Danau Lacgrad yang luas dengan jalanan setapak berlapis bebatuan putih membuat jalan para gadis yang memakai dress itu kesulitan.
Mauve mulai terus menggerutu kesal dalam pencarian sosok adik bungsunya. "Aku lelah kakak! aku mau pulang," gerutunya.
Aamber yang mendengar gerutuan sang Adik pun berhenti dan menatap Mauve yang tampak kelelahan. Sebenarnya, dia juga lelah mencari adiknya yang paling nakal dan hiperactive itu, tapi sebagai kakak sulung yang baik dia harus menjaga wibawa dan harus menjadi contoh yang baik untuk adik-adiknya.
"Ayo, Veve!" ajaknya.
"Aku lelah, aku mau pulang, kak."
"Sebentar lagi, ya? jika 20 menit lagi kita masih belum menemukan Orva kita pulang, oke?" bujuk Aamber.
"Sedari tadi kau mengatakannya 20 menit ... 20 menit lagi ... dan terus begitu ... ah, Kak lihatlah matahari mulai tenggelam. Lebih baik kita segera pulang dan menunggu si pembuat onar itu di rumah."
![](https://img.wattpad.com/cover/235145985-288-k570855.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind: Red Riding Hood
FantasyMasih ingat cerita Gadis Bertudung Merah yang selalu diceritakan kepada anak-anak sebelum tidur? .