4.3

723 83 2
                                    

"Kak Gun!" panggil Ciize saat Gun baru saja memasukki Ludens.

Setelah sekian lama, akhirnya lelaki manis itu kembali berkunjung ke bangunan yang penuh hingar bingar musik tersebut. Semester pendek sudah dimulai, waktu bersenang-senangnya kini kian berkurang. Seperti dugaannya, New tidak main-main dengan perkataannya. Setiap pulang kuliah, New pasti bertanya mengenai mata kuliah yang ia ambil dan memastikan tugas Gun selesai tepat waktu. Bahkan, untuk menyusup ke Ludens malam ini, ia harus membujuk New seharian penuh. Ia juga harus menghadapi Kit yang tidak kunjung berhenti mengomporinya. Rasanya Gun ingin cepat-cepat lulus saja.

Tanpa pikir panjang, Gun menghampiri Ciize dan dua orang yang sudah dikenalnya. Sorakan dan ledekan langsung menyapa telinganya saat lelaki manis itu mendudukan dirinya, membuat suasana hatinya kian memburuk.

"Akhirnya main ke sini lagi lo, Gun. Gue pikir lo udah tobat," ledek Ohm.

"Modelan kayak Gun gini tobat, nggak mungkin kayaknya," balas Nanon.

Mendengar seruan kedua temannya, Ciize juga ikut membuka suaranya. "Gimana Kak semester pendeknya? Asyik banget kayaknya sampe lupa main sama kita," ucap gadis itu, memperburuk suasana hatinya.

Ya, memang Gun sempat bercerita tentang semester pendek yang ia ikuti tahun ini. Bukannya prihatin, ketiga orang ini malah meledeknya habis-habisan. Sungguh, Gun menyesal menceritakan keluh kesahnya pada mereka. Tidak ada yang benar-benar bisa ia andalkan.

"Bacot ya lo pada," semprot Gun kesal.

Tawa Ohm meledak melihat reaksi yang lebih tua. "Galak banget sih lo. Kayak cewek pms tau gak," ucap Ohm yang mendapat delikan tajam dari lelaki manis itu.

"Lagian kak, iseng banget ikutan sp segala," ucap Ciize.

"Gue gak niat ikutan yah, gue terpaksa," keluh Gun lagi.

Senyum jahil terlihat di wajah Nanon. "Pasti ketauan Kak New kan nilai lo jelek?" tebaknya tepat sasaran.

Tidak bisa mentoleransi ledekan ketiga temannya, Gun hanya mendengus kesal. "Males gue ngomong sama kalian," ucapnya sebelum meninggalkan mejanya.

Mencoba untuk memulihkan suasana hatinya, Gun turun ke lantai dansa. Badannya secara otomatis bergoyang sesuai irama. Kerasnya dentuman musik dan ramainya dance floor saat ini sama sekali tidak menganggunya. Dalam sekejap, ia sudah terhanyut dalam lantunan musik yang diputar.

Padahal semester pendek yang ia ikuti baru satu minggu berjalan, tapi rasanya Gun ingin menyerah saja. Meski hanya mengambil satu mata kuliah, nyatanya hal itu masih berat untuk ia jalani. Dalam satu minggu, ia harus masuk empat kali dan mempelajari hal yang sama sekali tidak Gun mengerti. Kalau saja, New tidak mengawasinya, ia pasti akan bolos seminggu ini.

"Gue pikir lo udah gak main ke Ludens lagi."

Mendengar suara yang ia kenal, Gun berhenti menari. Matanya menatap pria di hadapannya tajam. Ekspresi kesal sangat terlihat di wajahnya. "Lo lagi, lo lagi. Kenapa sih lo ada dimana-mana," semprot Gun marah.

Sungguh, ia tidak sedang dalam mood baik untuk bercanda atau diganggu oleh orang menyebalkan seperti Off. Namun, lagi, semesta sepertinya tidak berpihak kepadanya. Setelah keluar kandang singa, kini ia malah masuk ke kandang buaya.

"Wow santai dong. Baru juga gue nyapa, udah digas aja," ucap Off jenaka.

Ekpresi marah masih terlihat di wajah Gun. "Suka-suka gue mau ngegas kek, mau marah kek, mau ngapain juga suka-suka gue. Pokoknya jangan muncul lagi di hadapan gue. Gue gak mau ketemu lo lagi," ucap Gun kasar sebelum meninggalkan Off yang mematung di tempatnya.

Anggap Gun jahat karena melimpahkan kekesalannya pada pria bertubuh jangkung itu. Namun, ia sudah tidak peduli. Salah Off sendiri muncul di hadapannya di saat yang tidak tepat. Sudah tahu, moodnya sudah jelek saat datang ke Ludens. Berani-beraninya pria itu mengajaknya bicara.

Dengan amarah yang masih menyelimutinya, Gun kembali ke mejanya dan langsung menegak minuman yang entah milik siapa. Teman-temannya yang melihat tingkah lelaki manis itu hanya menatapnya bingung. Tidak biasanya Gun semarah ini.

"Kenapa lo?" tanya Nanon, bingung.

Merasa sendikit baikan, Gun menjawab pertanyaan yang lebih muda. "Ketemu orang nyebelin tadi."

Ketiganya hanya menganggukan kepala paham. Sudah biasa bagi mereka melihat Gun sekesal ini saat bertemu orang yang menyebalkan.

"Oh ya, Kak. Tadi gue ngeliat Kak Off dateng ke Ludens loh," ucap Ciize mengalihkan pembicaraan, mencoba membuat yang lebih tua melupakan amarahnya.

Bukannya mereda, Gun malah semakin kesal diingatkan sosok mengesalkan itu. Kenapa dia lagi sih, pikir Gun sebal.

Tidak bisa membaca situasi yang ada, Ohm dengan semangat menimpali ucapan Ciize. "Iya, gue juga liat. Belakangan ini dia jadi sering main ke Ludens."

"Aneh gak sih dia jadi sesering itu main ke sini? Katanya dia tuh anaknya rumahan banget, tapi kenapa malah kesini mulu," balas Nanon, membuka acara gosip malam hari ini.

Merasa kebingungannya disuarakan, Ciize kembali dalam obrolan. "Bener banget. Padahal waktu masih kuliah, dia jarang banget main ke Ludens. Setahun sekali juga gak ada kali. Tapi belakangan ini malah kesini terus. Mana dia kayak anak ilang lagi, sendirian aja. Apa jangan-jangan dia abis putus cinta ya?"

"Mulai deh, gosipnya," ucap Ohm yang dibalas dengan delikan tajam dari pacar dan temannya secara bersamaan.

Jengah mendengar pria menyebalkan itu disebut-sebut, Gun mulai membuka suara. "Bisa diem gak kalian? Gak usah bahas dia, bisa gak sih?" ucap Gun kasar yang membuat meja mereka hening seketika. Pada saat marah, lelaki manis itu sangat menyeramkan. Wajar ketiganya, langsung terdiam di tempat seketika.

Gun tidak terlalu peduli dengan reaksi yang diberikan teman-temannya. Lelaki itu kini sibuk meminum minuman di hadapannya. Selama ketiganya berhenti membahas Off, ia tidak masalah untuk sering-sering marah seperti saat ini. Pokoknya, jangan sampai mereka membahas pria itu. Benar-benar menyebalkan. 

Suddenly Love You - OffgunWhere stories live. Discover now