Satu hal yang harus dimantapkan dalam dirinya, Ia akan melanjutkan hidup dan menantang semua rintangan. Sebagai Law, bukan Rangga lagi, meskipun ia sadar, Law itu namanya juga, jadi yang perlu ia lakukan adalah menjadi dirinya sendiri. Simple.
Biasanya waktu waktu ini ia akan sholat tahajjud lalu latihan silat, 'boleh dicoba! aku hanya perlu menjadi diriku sendiri'
Tanpa pikir panjang ia keluar kamar dengan hati hati, karena bisa membangunkan yang lain. Setelah menutup pintu kamar, ia tersadar tak tahu menahu tentang rumah ini. terpaksa ia harus berkeliling mencari kamar mandi. Law menjelajahi lantai atas dan tidak menemukan apapun selain kamar, total ada 6 kamar termasuk kamarnya dan gudang, lalu ia turun ke lantai dasar. Ruang tamu yang kemarin malam ia lihat sekarang gelap, tapi ia tak risau. Turun dengan perlahan, dibalik tembok ruang tamu, ada ruang makan, meja panjang dengan banyak kursi. sebelah kanannya perpustakaan, ada sebuah zirah dan pedang yang dipajang di dinding. Sebelah kirinya, ruang kosong, dengan sebuah pintu samping rumah. Lalu sebelah tengah, arah yang kini ia hadap, terdapat dapur yang besar.
'Biasanya ada kamar madi di dekat dapur' senyum tercetak di wajah Law dan benarlah dia, setelah memasuki dapur ada pintu di sebalah kirinya, 'Akhirnya ketemu kau' ia membuka pintu dan ia kecewa meski itu adalah kamar mandi. Tak ada air di Tempat berendam dan di tong kayu besar.
'Hmm... dari mana Jean mengambil air? oh ya! dia keluar rumah!' bergegas ia ke ruangan kosong, yang cukup besar. Pintunya di palang di tengah, Law membukanya dengan hati hati, Ia ingat, 'sepatu?' memandangi kakinya, belum terlepas sejak semalam. lengkap dengan kaos kaki. Ia putuskan melepas semuanya. melihat seperti ada sandal di rak, ia ambil 'sandal kulit!' ia memakainya dan berjalan keluar tanpa masalah.
Sebelah kanannya, ia menemukan kandang kuda, lalu ada kereta barang, dengan penutup berwarna putih. Setelah menoleh ke samping kanan ia temukan apa yang ia cari. Pompa air, 'jaman dulu sekali' segera ia hampiri, mulai memompa dan menempatkannya di ember kayu yang cukup besar.
***
Jean terbangun karena mendengar decitan pompa, ia segera menuju ke jendela kamarnya, Ia sangat terkejut, melihat siapa yang sedang memompa air 'Tuan muda' ia mendesis, tapi ia memilih diam, 'Dia tak pernah bangun sepagi ini, ah tidak terlalu gelap untuk di sebut pagi! Ia seharusnya memintaku, menggedor pintu seperti biasanya ini aneh. Ia bergegas kembali ke kasurnya, terlalu cepat juga baginya untuk terbangun, melanjutkan tidur.
Law selesai dengan wudhu, ia bergegas kembali ke rumah, mengganti alas kaki rumah, sandal jerami. Menutup pintu, melewati ruang makan, sebelum tangga ia melirik ke arah lorong di sebelah tangga, ada dua kamar, kemungkinan tempat pelayan, 'Semoga ia tak terbangun' nyelonong kembali ke kamarnya.
Meskipun tak ada sajadah, ia menemukan kain panjang dan lebar 'selimut?' ia tak yakin. Yang pastinya masih berbau harum ketika ia mendapatinya di lemari, setelah melepas pakaian bangsawan, ia hanya memakai kaos putih ala orang zaman pertengahan. Tapi Law masih terlihat bingung, 'Kiblatnya kemana yah!? hmm, harus kah aku bertanya? tidak aku1 tak menemukan musholla di rumah besar seperti ini, bagaimana ini?'
Di kehidupan sebelumnya, ia menghadap ke barat, haruskah ia meghadap ke barat?
Ya, agama itu memudahkan.
***
Selesai dengan sholat, melipat lagi sajadahnya, Law berganti celana dulu, karena ia masih memakai celana yang terasa aneh, mengembang dan menutup di ujungnya, mirip badut menurutnya. Ia menemukan celana panjang yang sedikit mengcil di bawahnya, lantas ia memakainya, lumayan nyaman. Selesai dengan persiapan, ia segera turun dan keluar dari rumah langsung lewat depan, tanpa suara tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Aku Tertidur, Dan Menjadi Seorang Bangsawan Ketika Bangun"
Teen FictionSeorang Santri, berpindah ke dunia lain, tapi bukan dunia lain pada umumnya. Melainkan sebuah dunia yang hebat, alam yang luas, serta makhluk hidup yang beragam. Just Enjoy