1. Sebuah Usaha Balas Dendam

158 5 0
                                    

Prolog

Sebenarnya ia tak pernah tahu kenapa ia menjadi penulis. Diliriknya sudut kiri bawah layar komputernya. Halaman 125. Ia telah menghabiskan tiga bulan utuh berdiam diri dalam kamarnya. Keluar sesekali hanya ketika ia lapar atau membutuhkan sesuatu. Membeli air minum kemasan dalam botol, beberapa roti dan rokok dan permen untuk menemaninya menulis. Dirasakannya laptopnya mulai panas. Suara hardisk dalam perangkat itu seperti motor tua naik tanjakan, berteriak ingin dimatikan. Ia juga sebenarnya sudah pening. Malam ini ia akan menyelesaikan semuanya. Sebuah dendam yang lama mengganggunya.

***

Maka begitu sampai di ujung kalimat. Ia seperti seorang ibu yang baru saja meloloskan seorang bayi dari rahimnya. Ia menarik napas panjang. Membakar rokoknya lagi dan bersandar di kursi. Begitu menjatuhkan punggung agak keras, dirasakannya suara berderit dari setiap sambungan kursi. Kursi itu lelah, mungkin akan segera patah jika ia melanjutkan lagi duduknya tujuh atau sepuluh hari. Rampunglah sekarang. Tiga teguk terakhir dari botol air mineral di sampingnya sudah tandas. Ia membakar rokok yang hanya tersisa 3 batang. Membakarnya perlahan. Diisapnya rokok itu seperti ia sedang mengisap nyawa baru. Mengisap kehidupan.

Api dendam itu kini berkobar, lebih panas lagi dalam kepalanya.

Neraka Kecil: Selalu ada neraka bagi setiap laki-lakiWhere stories live. Discover now