Menatapmu adalah candu

1 0 0
                                    

Anisah, senyumnya seolah selalu membayangi pikiran Angga.
"Manda," gumamnya "gadis itu pasti bisa mempertemukan gue dan Anisah" Angga tersenyum, ia telah mendapatkan ide untuk dekat dengan gadis itu.

Dia pergi menemui Manda, gadis kecil yang akan membantunya untuk dekat dengan Anisah.
"Kemana Manda pergi? biasanya dia ngamen di lampu merah ini" Angga tak menemukan Manda "woy sini lo!" teriaknya.
"Iyah bang ada apa?" wajah anak lelaki itu pucat pasi sepertinya ia takut "aku belum dapet uang bang," ucapnya dengan polos.
"Siapa yang mau minta uang? Gue cuma mau nanya Manda mana?" tanyanya
"Manda lagi pergi sama kak Anisah bang" jawabnya terbata.
"Kemana" suaranya sungguh dingin matanya melotot menatap anak lelaki itu.
"A....ku nggk tau bang." Anak lelaki itu sungguh ketakutan hingga tanpa ia sadari celananya basah.

Angga tertawa melihat tingkah bocah itu, wajah ganasnya seketika berubah. Seorang gadis tengah memperhatikannya dari jauh, gadis itu tak menyangka bahwa lelaki yang selama ini selalu marah bisa tertawa.

"Woy, lo ngompol," ucapnya di iringi tawa "mana bau lagi." Tangannya memegang hidung lalu pergi meninggalkan anak lelaki itu.
"Dasar bocah," gumamnya.

Di sisi lain seorang gadis tengah memperhatikannya, Angga yang sadar dirinya seperti sedang di awasi pun melihat sekitar hingga netranya menangkap seorang gadis yang tertangkap basah tengah mengawasi dirinya.

"Ya Allah, bagaimana ini." Gadis itu sungguh malu, pipinya sudah seperti udang rebus. Lelaki yang ia awasi tadi berlari menuju tempat ia berada "kenapa ia kesini? aku harus segera pergi." Baru saja gadis itu akan pergi tiba-tiba seorang lelaki memegang tangannya, ia terkejut dan segera melepaskan genggaman tangan lelaki itu.
"Jangan kurang ajar kamu!" bentaknya.
"Kurang ajar lo bilang, lo lupa, lo yang kurang ajar ngawasi orang tanpa izin," ucapnya lelaki itu, matanya menatap manik coklat milik Anisah "entah perasaan apa ini, namun setiap gue menatap mata lo rasanya hati gue tenang," batinnya.
"Astagfirullah." Anisah segera memalingkan wajahnya, ia akui ada perasaan aneh ketika ia menatap Angga.
"Hei, lo kira gue setan" ucap Angga dengan kesal.
"Maaf bukan seperti itu, saya permisi assalamualaikum." Anisah segera pergi karna ia tak ingin terus menerus bersama Angga karna di dekatnya jantung Anisah berdetak dua kali lebih cepat.
"Nama gue Angga," teriaknya, Anisah hanya menoleh lalu pergi begitu saja "dasar cewe aneh, untung aja manis jadi gue miss you," gumamnya sambil tersenyum.

****
Hari itu, hari di mana Angga bertemu dengan Anisah sedikit merubah hidup Angga, ia lebih sering tersenyum dan ia tak lagi memalak di pasar.
"Anisah, entah mengapa menatapmu menjadi candu bagiku," gumam Angga sambil memandang poto Anisah, yang ia ambil dengan diam-diam ketika Anisah mengajar mengaji.
"Manda" Angga segera pergi dan menemui gadis itu.

Di gelapnya jalan Angga mendengar teriakan seorang gadis.
"Tolong! Lepas, saya bilang lepaskan!" teriak gadis itu.
"Suara siapa itu." Angga segera mencari sumber suara, hingga Angga melihat seorang gadis tengah di hadang preman.
"Anisah." Angga segera berlari dan memukul preman itu.

Bugg!

Satu pukulan mendarat di pipi salah satu preman itu, darah segar mengalir di ujung bibirnya.
"Kurang ajar," ujar preman itu sambil mendorong Anisah.

Bugg!

Preman itu memukul Angga, perkelahian pun tak dapat di hindari. Angga kewalahan karna lawan yang tak sebanding yaitu dua lawan satu. Dirinya tersungkur ketanah, preman itu tertawa dan menarik Anisah kembali.
"Tolong!" teriaknya "Angga bangun Angga, tolong Angga." Tiba-tiba angga bangun dan memukuli preman itu, entah bagaimana namun Angga berhasil mengalahkan preman itu.
"Pergi kalian!" teriak Angga, preman itu pergi meninggalkan Angga dan Anisah "lo gx papa kan" tanya Angga.
"Saya tidak papa, apa kamu baik-baik saja Angga," ucap Anisah sambil menatap Angga.

Angga tersenyum, ia menemukan ide agar dirinya bisa dekat dengan Anisah.
"Menurut lo apa gue baik-baik aja?" tanya Angga.
"Maaf, lalu apa yang bisa saya lakukan untuk membalas kebaikanmu," jawab Anisah.
Angga menyusun strategi untuk bisa selalu dekat dengan Anisah.
"Lo harus tanggung jawab." Anisah menatap Angga, ia takut Angga akan berbuat hal buruk terhadapnya "loe gx usah takut, gue gx minta macem-macem kok gue cuma mau minta lo obati luka gue," tegas Angga, wajah Anisah berubah sepertinya ia kesal.

"Ya sudah, kita ke rumah sakit aja" jawab Anisah kesal.
"Siapa yang mau ke rumah sakit? lo sakit?" tanya Angga.
"Tadikan kamu bilang mau aku obatin." Anisah bingung dengan sikap Angga.
"Ya .... gue kan bilang lo yang harus obatin gue bukan minta lo antar kerumah sakit." Angga terkekeh melihat wajah Anisah yang berubah menjadi merah sepertinya ia kesal, namun justru Angga semakin gemas melihat wajahnya "jadi gue akan ikut lo pulang biar nanti lo bisa obati luka gue." Ucapan Angga membuat wajah Anisah berubah pucat.
"Ehh, saya bisa obati kamu di warung yang ada di seberang jalan sana," ucap Anisah, ia takut kalau Angga ikut pulang dengannya pasti Abinya akan marah.

Angga melirik Anisah, ia pergi meninggalkan Anisah yang masih mematung menatap jalanan kosong.
"Woy! Lo mau ngobatin gue apa mau jadi patung disitu" teriak Angga.
Teriakan Angga membuat Anisah terkejut "ia sebentar" Anisah berlari menyusul Angga.

****
Anisah dan Angga kini tengah duduk di sebuah warung pinggir jalan. Anisah mulai mengobati luka Angga.
"Auu! pelan-pelan dong, sakit tau," ucap angga.
"Tahan ya, aku pelanin." Tangan Anisah dengan cekatan mengobati luka Angga "gimana nggk sakit kan?" tanya Anisah.

Netranya mengadu, perasaan aneh itu muncul kembali. Jantungnya berdetak lebih cepat lagi.
"ada untungnya juga gue pura-pura sakit" batin angga "gue akan terus pura-pura sakit biar selalu dekat dengan Anisah"

Anisah memalingkan wajahnya, ia segera membereskan barang-barangnya.
"Pak, ini uang kembaliannya ambil aja," ucap Anisah, ia bergegas pergi tanpa pamit pada Angga.

Antara cinta dan takdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang