Takdir yang mempertemukan

3 0 0
                                    

Happy reading

Terkadang ekspetasi tak semanis realita, ketika hati ingi memiliki namun realita menolak.
****
Bugg!
Pukulan itu mendarat tepat di pipi seorang pedagang sayur, seorang preman pasar dengan tega memukulnya karna ia tak mau memberikan uang yang diminta.
"Cepat serahkan uangnya" Lelaki itu menarik kerah bajunya "atau"
"Atau apa?" Seorang wanita dengan hijab merah muda memotong ucapannya.
"Siapa kau? mau menjadi pahlawan untuk Pak tua ini?" Lelaki itu mendorong Pak tua itu.
"Keterlaluan, apa kau tak punya orang tua hingga kau tega bertindak seperti itu? kamu tahu, kamu adalah seorang pecundang yang pernah ku temui," ucap gadis itu seraya membantu Pak tua itu berdiri.
"Bukan urusanmu, lebih baik kau pergi dari sini sebelum aku...." lelaki itu tak melanjutkan ucapannya.
Sang gadis menatapnya, entah perasaan apa jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat dari biasanya .
"Apa? apa kau juga akan menyakiti seorang wanita? apa kau lupa kau juga terlahir dari seorang wanita?" Ucapan gadis itu seolah menjadi peluru di hatinya, Kenangan tentang kebersamaannya dengan sang ibu terlintas begitu saja. Ia lemah jika berbicara tentang ibunya, air mata seolah tak kuasa untuk di tahan hingga ia pergi meninggalkan sang gadis.
****
"Akkhhhh!" teriaknya di sebuah tempat di mana hanya ia yang tahu.
"Ibu, aku merindukanmu" lirihnya dengan berlinang air mata "bu, andai kau masih ada aku tak akan seperti ini"
Sekarang dia duduk di sebuah ruangan, ruangan yang menjadi saksi kematian sang ibu. Bayangan demi bayangan seolah terlintas menjadi sebuah film kilas balik.
"Bu, akan ku cari siapa yang telah membunuhmu? Kan ku pastikan ia akan merasakan apa yang kurasakan," ucapnya dengan penuh amarah.
****
Di sisi lain seorang gadis tengah membantu lelaki tua membereskan dagangannya.
"Kek, apa kakek baik-baik saja," tanyannya
"Tidak cu, kakek baik-baik saja, harusnya kamu tidak perlu seperti itu kasian dia," ucap sang kakek sambil mengelap air matanya yang hampir terjatuh.
"Apa kek, kasian? tapi dia sudah bertindak kriminal." Gadis itu heran dengan apa yang sang kakek ucapkan.
"ada alasan mengapa ia begitu." Sang kakek seolah mengerti dengan kebingungan sang gadis "Namanya Angga, ibunya sudah meninggal saat dia berusia 10 tahun dia tinggal bersama ayahnya. Sejak kepergian sang ibu ayahnya berubah menjadi temperamental, hingga ia di didik dengan keras" Sang kakek menjelaskan tentang Angga pada sang gadis.
"Tapi kek, seharusnya kita menasehati bukan malah membiarkannya seperti itu" ucap gadis itu.
"Semoga kamu bisa merubahnya cu," Gadis itu seolah bingung dengan apa yang di ucapkan sang kakek.
"Siapa namamu?" tanya sang kakek.
"Anisah kek," jawabnya dengan senyum mengembang "kek, Anisah pamit dulu assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, hati-hati cu," jawab sang kakek.

****

"Bismillahirrahmanirrahim" Suara seorang gadis begitu menarik perhatian Angga, ia mencari asal suara itu.
Terlihat seorang gadis sedang mengajar mengaji anak-anak jalanan.
"Gadis itu," gumamnya.
Sang gadis yang merasa sedang di awasi merasa tak nyaman hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengakhirinya.
"Adek-adek kita sampai sini dulu ya belajarnya, besok kakak lanjut lagi. Sebelum kita pulang terlebih dahulu kita mengucap hamdalah
"Alhamdulillah" ucap anak-anak dengan kompak.

Satu persatu dari mereka bersalaman.
"Kak, terimakasih" Seorang gadis kecil tiba-tiba memeluknya, air matanya berlinang.
"Sama-sama dek." Ia menghapus airmata gadis itu "siapa namamu sayang," tanyanya
"Manda kak," jawabnya dengan semangat.
"Kak, kakak mau bantu aku nggk?" tanyanya dengan wajah memelas.
"Tentu sayang," jawabnya sambil mengelus kepalanya.
Gadis itu membisukan sesuatu pada Anisah.
"Apa!" Anisah begitu terkejut dengan apa yang gadis kecil itu katakan.
"Please," gadis itu memelas, Anisah menatap lelaki yang berada di sebrang jalan.
"Bagaimana ini, apa aku harus melakukannya demi manda" gumamnya dalam hati.

"Sial, kenapa gadis itu menatapku seperti itu," gerutu lelaki yang berada di sebrang jalan. Namun entah kenapa hatinya begitu senang ketika melihat gadis itu menatapnya, apakah ini yang di namakan cinta?
"Apa yang Manda katakan pada gadis cerewet itu?" gumamnya.

"Kak, bagaimana?" Suara gadis itu menyadarkannya dari lamunannya.
"Eehh, apa" jawabnya terbata
"Apa kakak dari tadi tidak mendengarkan Manda bicara." Gadis kecil itu memajukan bibirnya, sepertinya ia merajuk membuat Anisah tertawa.
"Hei gadis manis, aku mau melakukannya demi mu," ucapnya sambil mencubit pipi Manda.
"Yeeee" soraknya begitu gembira, gadis itu pergi dengan senyum mengembang.

Di sisi lain seorang lelaki tengah memperhatikan gadis yang berada di sebrang jalan, tanpa ia sadari dirinya ikut tersenyum melihat gadis itu tersenyum.
"Manis" lirihnya.
"Cie kak Angga senyum-senyum sendiri liat kak Anisah." Suara gadis kecil membuatnya terkejut dan salah tingkah.
"Sejak kapan kamu ada di sini?" tangannya dengan nada serius.
"Sejak tadi," jawabnya polos.

Angga pergi begitu saja meninggalkan Manda, namun hatinya begitu senang ketika ia tahu nama gadis itu.
"Anisah, nama yang cantik" lirihnya

Entah mengapa dirinya selalu ingin tahu tentang Anisah, sampai ia membuat strategi untuk dekat dengan Anisah.

Kira-kira strategi apa yang akan Angga buat?

Antara cinta dan takdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang