Prolog

27 7 1
                                    

Menurut Andini, menjadi seorang fangirl bukanlah dosa apalagi aib yang harus disembunyikan dari orang lain.

Namun, untuk saat ini situasi dan kondisi memaksanya harus diam.

"Din, lo tau Braun?" tanya perempuan berambut cokelat dengan sedikit gelombang di ujung itu pada Andini. "Boyband yang lagi diomongin mereka tuh," lanjutnya sembari menunjuk dengan dagu pada sekelompok perempuan yang heboh dengan tampilan di laptop. Andini tak ayal mengikuti arah pandang teman barunya itu.

Hampir saja Andini menjawab pertanyaan perempuan di sampingnya ini sebelum seseorang mendahului.

"Mabraun, ya?" tanya seorang perempuan berambut hitam lurus di bangku depan mereka membuat Lauria, gadis yang sebangku dengan Andini, menatapnya tertarik.

"Oh, lo tau, Cha?" tanya Lauria. Gadis yang dipanggil Echa itu mengangguk.

Benar. Sekelompok perempuan heboh itu adalah Mabraun, mereka sama seperti Andini.

Tak lama setelah itu tiba-tiba Lauria tertawa, membuat Andini maupun Echa bingung.

"Mereka lucu, ya," kata Lauria kemudian kembali tertawa. Andini yang tidak mengerti hanya cengengesan menanggapi ucapan perempuan itu, sedangkan Echa tersenyum tipis penuh misteri seolah mengerti situasi.

Hingga sesaat kemudian Andini menyadari ada yang salah dengan tawa dan makna kata Lauria pada mereka, terutama pada perubahan ekspresi perempuan itu usai tertawa.

Satu fakta terkuak yang membuat Andini terjebak dalam masalah dan harus bungkam untuk waktu yang lama. Yaitu fakta tentang Lauria yang tidak suka pada Mabraun.


"Sampai-sampai gue ilfil sama mereka."

Andini hanya berharap masa putih abu-abunya akan baik-baik saja.

to be continued.

The Silent FangirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang