Kara Dania Ransquif harus rela menikah di usia muda demi menyelamatkan perusahaan keluarganya. Sebenarnya Kara bisa saja menolak. Namun, Kara juga harus bisa berguna untuk membantu keluarganya.
Gilang Darren Kennedy dipaksa menerima menikah dengan s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Mansion Gilang)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Kamar Gilang dan Kara) .
Gilang dan Kara sudah berada di dalam kamar mereka. Kamar Gilang sebelumnya namun sudah berganti menjadi kamar mereka.
Gilang terlebih dahulu masuk ke dalam kamar mandi membersihkan tubuhnya. Sementara Kara, dia membersihkan makeup yang masih menghiasi wajahnya.
Kara sempat tercengang tadi ketika melihat rumah Gilang suaminya bukan-bukan rumah seperti biasa, ini lebih dari sekedar rumah bisa di sebut mansion.
Mansion besar yang akan menjadi tempat tinggal dirinya bersama sang suami.
Kara berpikir sekaya apa suaminya itu hingga bisa memiliki mansion semewah ini bahkan kamarnya lebih besar dari kamar di rumah orang tuanya.
Bukanya Kara matre mengetahui bahwa sang suami kaya. Kara hanya ingin mengetahuinya saja. Bukan ada maksud lain.
Pintu kamar mandi terbuka menampilkan suaminya dengan stelan piama warna hitam dengan wajah terlihat segar tak nampak lelah seperti tadi sehabis acara pernikahan tadi.
Gantian Kara yang membersihkan badanya. Setengah jam lamanya ia baru keluar dari kamar mandi memakai piama warna biru muda.
Kara berjalan menuju ke arah ranjang. Di sana ada suaminya Gilang yang sudah memejamkan matanya dan berbaring di atas ranjang.
Rasa lelah dan kantuk telah menguasai Kara. Ia ingin cepat-cepat tidur dan menyelami alam mimpinya.
Kara naik keatas ranjang dengan hati-hati agar tak membangunkan suaminya dan berbaring membelakangi tubuh suaminya.
Baru akan memejamkan matanya Kara merasakan tangan kekar melingkar diatas perutnya.
"Aku mau meminta hak ku malam ini. Boleh?" bisik Gilang dengan nada pelan.
Kara menegang dibuatnya.
"Ta-tapi mas Kara be-belum siap," ucap Kara terbata.
"Kamu tau kan konsekuensi seorang istri menolak keinginan suami hm?"
Kara teringat pesan dari ibunya tadi sewaktu sebelum resepsi pernikahan di mulai.
Flaskback On.
"Sayang, sekarang kamu sudah menjadi seorang istri. Mama berpesan kamu harus jadi istri yang baik buat suami kamu, melayani semua kebutuhan suami kamu. Jika suami kamu meminta haknya. Kamu berikan hak yang diminta oleh suami kamu. Jika kamu menolak itu sama saja kamu mendapatkan dosa." Fina memberi penjelasan kepada Kara tentang kewajibanya sebagai seorang istri. Mereka berada dalam sebuah kamar hotel. Kamar dimana Kara dirias untuk acara resepsi pernikahan.
"Iya ma Kara akan dengarkan nasehat mama. Makasih ma selama ini udah jadi mama terbaik buat Kara," lanjutnya memeluk mamanya dengan erat dan penuh kasih sayang.
"Sama-sama sayang. Kamu juga putri mama yang terbaik." Fani membalas pelukan Kara tak kalah eratnya.
Flashback End.
Kara tersentak ketika tubuhnya dibalikan oleh suaminya. Mereka saling berpandangan mata beberapa detik.
Kara mengangguk mengizinkan Gilang mengambil haknya malam ini.
Terjadilah hal yang biasa di lakukan oleh pengantin baru. Mereka telah menjadi pasangan suami istri sepenuhnya.
"Terimakasih." Gilang mengecup kening Kara lembut.