Hai, para pembaca, dimanapun anda berada
Tutuplah telinga, dari jahatnya dunia
Bukalah mata, bukalah pintu hati anda
Lalu bukalah telinga, kepalkan tangan
Teriaklah, serukan kebaikan yang terhimpit bebatuan.Duhai, selimut peraturan, kami ini bukan siapa siapa mu
Jadi janganlah seperti meraja dihadapan kami
Karena kamu hanyalah benih tangan sebagianmu
Dan kami, adalah sekumpulan manusiawi, jiwanya hati.Inginkah kamu Dipancung oleh kami.
Karena kami gerah dengan hangatnya tubuhmu
Onggokan kalimatmu, hanyalah gembok yang dol kuncinya
Sementara kami, adalah beribu bait puisi yang mengkoyak-koyak kuasa sang raja.Hai peraturan, ingatkah dirimu semasa kecil
Dimana, pada kalimat pertama, kami masih meminummimu susunya
Dari payudara yang belum nampak lagi mungil
Dan kau merengek ingin cepat dewasa, agar kau menjilat pentilnyaKetika dewasa, kau perkosa seluruh raga nya
Hingga raja-raja bahenol itu, menungging dan menunjuk-nunjuk kami
Memenjarakan kami, dan membuat kami mendesah, menderita
Dan kau terbahak disana, sedang asik bersenggama, nafsu duniawi.Kami ambigu dalam penjaramu
Kebaikan-kebaikan Tuhan, menjelma bayangan
Hanya terpantul, tak menjadi satu
Dengan jiwa kami, yang telah dipenjarakanDan raja-raja, oh sungguh malang bersenggama denganmu
Sebab kami, sebagian kami, hilang dalam dekap pertunjukan ini.
Raja mati dalam pelukmu
Kami mati menuju surgawi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Fana
PoetryDebu-debu dari tubuh huruf akan membuat gatal hidung - hidung manusia yang kerap membenarkan hawa nafsunya.