1. First Problem
Siang ini cuaca benar-benar terik, cahaya matahari terasa seperti membakar kulitku. Aku meringis pelan sambil menyeka keringat yang mengucur di pelipisku, lalu kembali berjalan ke kelas membawa tumpukan buku LKS, ya semester kedua telah dimulai dan buku-buku lks sudah datang tadi pagi. Batinku terus mengutuk Lana si ketua kelas, karena dialah aku harus rela berjemur seperti ini. Ia memintaku membawa buku-buku ini ke kelas dan berjanji akan membantuku tapi lihat sekarang, aku tak menemukan bocah kucrut itu dimanapun, benar-benar menyebalkan.
Aku menghela nafas lega saat sudah melihat pintu kelasku dari radius dua meter, hah akhirnya penderitaanku berakhir. Aku masuk ke dalam kelas lalu meletakkan tumpukan LKS diatas meja, dari sudut mataku bisa kulihat seseorang berjalan mendekat kearahku.
"Loh, Ran? Bukannya tadi sama Lana?"
Suara ini tidak asing. Jantungku pun berpacu.
"E-eh iya tadinya sih gitu tapi ditengah jalan Lana nya ngilang" jawabku apa adanya, lawan bicaraku terkekeh.
"Lo laper gak? Ke kantin bareng yuk, gue laper nih" ajaknya sambil tersenyum ramah.
"Hmm oke deh"
Kami pun berjalan menuju kantin bersama-sama, dalam hati aku melonjak gembira mengingat orang yang mengajakku ke kantin ini adalah Dylan, cowok yang menurutku paling manis seangkatan. Dylan ini orangnya memang ramah, manis, pinter, baik pula, gak heran kenapa banyak yang ngefans sama Dylan di sekolah ini, ya termasuk aku. Sejenak aku melupakan kekesalanku pada Lana. Dan singkat cerita, kami -Aku dan Dylan- sudah sampai di kantin, bahuku melemas seketika melihat keadaan kantin yang sudah dipenuhi puluhan atau mungkin ratusan manusia. Huh aku harus siap untuk mengantri lama setelah ini.
"Rame banget" keluh Dylan sambil memijit pelipisnya. Entah kenapa itu kelihatan keren bagiku.
"Yah mau gimana lagi, ayo pesen" ajakku lalu mulai memesan bakso.
Setelah sepuluh menit mengantri aku mendapatkan jatah baksoku, dengan riang aku berjalan menuju meja kantin, untunglah walau ramai begini masih ada satu meja yang tersisa jadi aku tidak perlu repot-repot mencari tempat lain.
"Lan, makan disana yuk!" Ajakku.
"Ehm sorry Ran, kayaknya gue ga bisa nemenin lo makan. Barusan gue dipanggil sama Radit buat kumpul eskul basket" sesalnya. Aku menghela nafas sejenak, sedikit kecewa.
"Hmm yaudah deh gapapa, buruan sana kumpul, lo ga mau kan kena omel si Radit alias toa itu?" Candaku.
"Hehe ga mau lah, yaudah gue duluan ya Ran, sekali lagi sorry" dia pun berjalan menjauh. Huh tak apalah, yang penting hari ini aku bisa jalan bareng ke kantin dengan Dylan. Aku harus menambahkan momen ini dalam catatan pentingku, ya jalan ke kantin bareng Dylan adalah hal yang penting dalam hidupku. Yeahhhh.
Aku duduk sendirian di meja paling pojok, duh berasa jones gue. Tapi mending mikirin jonesnya ditunda dulu deh, yang penting ngisi perut dulu pake bakso ayey hihihii.. aku melahap baksoku dengan rakus, bodo amat kalo ada yang lihat. Udah laper banget.
"Arran!" Seseorang menepuk bahuku cukup keras, membuatku terlonjak.
"Ish apaan sih Lana? Gue lagi makan tau!" Ketusku saat Lana duduk di sampingku, yap Lana lah yang menepuk bahuku tadi.
"Hehe maaf ya tadi gue ninggalin lo, ada urusan penting"
"Urusan penting apaan? Paling juga urusan pacar" cibirku mengingat Lana baru saja jadian seminggu yang lalu dengan Kevan.
"Hehe pinter deh lo. Eh btw tadi gue dikerjain sama Nathan tau ga, nyebelin banget ih"
"Emang lo diapain Lan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You and I
Teen FictionSosok cowok manis, pintar dan baik hati bernama Dylan telah membuat Arranne jatuh hati. Setiap hari, yang ada di pikirannya hanya Dylan dan Dylan. Namun siapa sangka, Tuhan tak merestui perasaan Arranne pada Dylan. Ya, Arranne dijodohkan oleh orang...