Pesan dari nomor baru yang ia terima membuatnya terkejut.
+62**********
Gue tunggu di gudang kosong dekat sekolah,kalau lo mau sahabat lo Maudi
selamat!Lo siapa?maksud lo apa hah!
Kalau lo mau sahabat lo selamat lo sekarang ke tempat yang gue maksud
Ok,gue kesana sekarang!
ReadTak berselang lama seseorang pun membuka pintu gudang tersebut. Sedangkan pria tersebut hanya diam menatap gadis yang sangat berani masuk kedalam ruangan yang bisa merenggut nyawanya.
"Maudi mana?"ucapnya setelah berdiri tepat di depan pria yang memakai masker hitam tersebut.
"Gue kira lo pinter,tapi ternyata lo nggak sepinter yang gue kira."
"Maksud lo apa hah!"
"Lo gampang ditipu."
"Maksud lo?"
"Maudi nggak ada disini."
"Terus apa tujuan lo manggil gue kesini?"
"Gue mau lo mati,"ucap pria tersebut yang saat ini sedang emosi akibat ulah gadis didepannya yang telah menyakiti kekasihnya.
"Gu-gue nggak ngerti apa yang lo maksud,salah gue apa sampai lo mau gue mati?"
"Karena lo udah nyakitin orang yang gue sayang,"ucapnya semakin mendekat dengan gadis tersebut.
"Ma-maksud lo a-pa?gu-gue nggak paham,"ucapnya gugup karena pria tersebut semakin mendekat dengan belati di genggamannya.
"Riana,orang yang lo bully,"kini punggung gadis tersebut telah terbentur dengan tembok.
"Please ja-ngan,"kini pria tersebut mengambil paksa tangan dan telah siap untuk menggoreskan belatinya di lengan mulus gadis didepannya tapi sebelum ia melakukannya tiba tiba...
Pukulan keras dari kayu yang dipegang oleh orang yang ada dibelakangnya membuat aktivitasnya terganggu. Ia pun berbalik dan menatap datar pria yang telah memukulnya menggunakan kayu iapun pelan-pelan mulai mengambil pistol yang ada di balik jaketnya dan...
"ARKAN........"teriak gadis tersebut ketika melihat kekasihnya ditembak di depan matanya.
Tembakan Naufal tepat sasaran yaitu di kaki kanan dan perut Arkan kenapa bukan tepat di jantung?karena ia ingin bermain - main terlebih dahulu.
Nadia yang melihat kekasihnya tertembak didepan matanyapun berlari ke arah Arkan.
"Arkan hiks..arkan please hiks..mata kamu jangan ditutup!"
"Lia ma-afin Arkan ka-rena belum bi-sa jadi pa-car yang ba-ik buat Lia,"ucapnya terbata bata dengan sesekali batuk darah.
"Arkan udah jadi pacar yang sangat Baik buat Lia,jangan ngomong kayak gitu,"ucapnya di sela tangisnya.
"Daripada gue bunuh lo,mending gue bunuh pacar lo aja. Daripada bunuh lo gak guna."
"NGGAKK, Mending lo bunuh gue aja," pria tersebut menarik paksa Lia sedikit menjauh dari Arkan namun ia masih bisa melihatnya. Setelah sudah cukup jauh ia pun mengikat tangan Lia di belakang dengan erat setelah selesai ia pun kembali mendekat ke arah Arkan yang diambang kematian.
"Stooopppp pleasseee jangan bunuh dia,"berontak Lia.
Setelah sampai di depan Arkan Naufalpun berjongkok dan mulai menguliti lengan Arkan.
"Aaaaakkkkhhh"teriak Arkan.
"Stooooopppppp.....pleaasssseeeee....hikss"
Namun teriakan dari mereka berdua hanya dianggap alunan musik. Iapun melanjutinya dengan menusuk jantung Arkan hingga tak berdetak.
"Tolong jangan bunuh dia,gue janji nggak bakal gangguin Riana lagi,"ucapnya memohon pada psycho gila yang sedang menguliti lengan pacarnya.
Pria tersebut pun mengalihkan perhatiannya dan menatap mata Lia yang penuh dengan air mata. "Semuanya sudah terjadi,lo harus terima konsekuensi yang sudah lo perbuat,"ucapnya tersenyum dan berbalik menusuk dada Arkan menggunakan belati yang ia pegang.
"ARKAN..."teriak Lia.
"Ada orang disana!"teriak salah satu warga dari luar gudang. Pria tersebut pun menghentikan aksinya dan kabur melewati pintu gudang belakang dan tentunya tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inachevés
Non-FictionREVISI Perubahan judul yang awalnya Naufal menjadi Inachevés Kebanyakan orang menganggap masa SMA adalah masa yang paling indah namun hal itu tidak berlaku untukku, masa SMA ku yang seharusnya menjadi kenangan terindah malah berbalik menjadi kenanga...