Chapter 2

244 38 11
                                    

"Anggur apa yang ingin anda pesan, Tuan?" tanya seorang pelayan, pada Chang Wook yang sedang meneliti buku menu.
"Berikan aku sebotol Domaine de la Romanee," kata Chang Wook.
"Segera saya ambilkan anggur tersebut, Tuan," jawab pelayan itu dengan ramah.
"Wow. Jika aku tidak salah, anggur tersebut seharga hampir dua puluh ribu dolar untuk satu botol," kata salah satu lelaki yang duduk di meja yang sama.
"Apa itu tidak berlebihan, Chang Wook?" seorang lelaki lain bertanya.
"Sangat pantas untuk merayakan malam ini, bukan? Sudah sewajarnya kita menikmati anggur yang sangat menggiurkan itu," kata Chang Wook antusias.
"Terserah kau saja," Seunggi menggelengkan kepalanya.
"Yeah, lagipula aku ingin melupakan segala keluh kesah yang aku rasakan. Mencoba menghilangkan segala kenangan buruk yang terjadi di daratan Korea, lalu memulai sebuah kehidupan baru di negeri Paman Sam. Tidak buruk kukira," Chang Wook berseloroh. Namun semua orang yang ada di meja memerhatikan dia dengan serius. Nampaknya lelaki itu tampak jelas agak aneh.

"Apa kau baik-baik saja, Chang Wook?" tanya seorang lelaki dengan jas berwarna merah beludru.
"Tak pernah sebaik ini, Kim," Chang Wook tertawa kencang, "sepertinya aku butuh udara seger terlebih dulu. Setelah itu kita akan kembali bersenang-senang dengan anggur spesial itu."

Tanpa menunggu jawaban dari semua orang yang ada di meja termasuk Seunggi, Chang Wook bangkit dari kursinya, lalu berjalan melewati kursi-kursi yang berhimpitan dan menghilang di tengah kerumunan banyak orang.

Di bagian klub malam RMS Triton, banyak muda-mudi sedang menari-nari mengikuti irama musik yang berdentum memekakakan telinga dengan lampu warna-warni serta bola disko menyinari ruangan. Canda serta gelak tawa ikut meriuhkan keadaan disana. Bau minuman beralkohol jelas sekali menguar di setiap penjuru ruangan.

Mark dan Jaehyun sedang ikut menari mengikuti alunan musik dari DJ sambil tertawa-tawa, mulai dari tarian tak beraturan sampai sedikit erotis sekali pun. Sesekali tangan Jaehyun meraba bokong milik Mark yang langsung ditepis oleh si lelaki kecil.

Jaemin baru saja memasuki klub malam juga. Ia sungguh tak akan sanggup hanya berdiam diri di dalam kamar sempit dan pengap dimana ia tidur bersama dengan Jeno. Apalagi saat ini Jeno masih teramat sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga tak bisa menemaninya. Oleh sebab itu, Jaemin memilih untuk menghabiskan waktu di kiub malam saja, setidaknya ia bisa memesan minuman dan merayakan malam pergantian dengan meriah.

"Butuh minuman?" tanya bartender pada Jaemin yang duduk di salah satu kursi bar.
"Satu gelas margarita, kurasa," jawab Jaemin.
"Sebuah hal yang berani memesan minuman itu."

Jaemin menoleh pada orang yang duduk di sampingnya dan baru berbicara itu.

"Namaku Hyunjin, jika kau ingin tahu," lelaki itu menenggak minumannya yang berwarna biru kehijauan.
"Apakah sesuatu yang lumrah mengenalkan namamu pada orang yang baru kau temui?" Jaemin mencibir.
"Tidak juga. Hanya sebuah bentuk tata krama saja. Tak mungkin aku menawarkan minuman pada orang yang tidak kutahu namanya," kata Hyunjin.

Menatap lelaki dengan rambut pirang itu sesaat, Jaemin hanya menggeleng sambil menyeringai.

"Jaemin," katanya singkat.
"Nama yang indah untuk seseorang yang juga indah," ujar Hyunjin. Ia mengangkat gelasnya saat melihat wajah dingin Jaemin. "Cheers?" sahutnya.

Tak lama setelah itu, DJ yang berada di atas panggung menghentikan musiknya. Melalui pengeras suara, ia mulai berbicara.

"Baiklah. Sebentar lagi kita akan menghitung mundur untuk menuju ke tahun baru. Kalian siap?"

Semua orang bersorak gembira sambil bertepuk tangan. Banyak diantara mereka yang memegang terompet di tangan masing-masing. Muncul sebuah angka digital di layar besar di belakang DJ tersebut yang menunjukan penghitungan mundur otomatis.

TRITONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang