Chapter 7

168 33 4
                                    

Hyun Bin duduk di lantai, menghela nafas panjang sambil bersandar pada dinding. Mark juga melakukan hal yang sama tak jauh darinya, diikuti Jaehyun yang duduk disampingnya. Kepala lelaki kecil itu lantas bersandar ke perpotongan leher kekasihnya.

"Aku ingin segera keluar dari sini," bisik Mark. Ada nada putus asa dan seperti ingin menangis dari suaranya.
"Bersabarlah, sayang, kita semua akan keluar dari sini dengan selamat. Aku yakin," Jaehyun membelai rambut Mark dengan lembut.
"Apa kau ingat sesuatu? Saat aku mengajakmu pergi ke Los Angeles dengan kapal pesiar ini sekaligus merayakan malam tahun baru, sehari sebelumnya kita terlibat pertengkaran kecil karena kau tidak mau berangkat? Dan alasanmu karena kau trauma," Mark menyamankan sandarannya.
"Yeah. Aku pernah punya pengalaman tidak bagus dengan laut. Kau sendiri tahu kan," kata Jaehyun.

Mark tentu tahu. Dia jadi teringat peristiwa beberapa tahun lalu, dimana saat itu ketika Jaehyun dan keluarganya berlibur ke Hawaii, ayahnya yang sedang bermain selancar tiba-tiba terjatuh dan tergulung ombak hingga terseret ke tengah laut. Jaehyun yang sedang di pinggir pantai panik lalu segera menyusul menggunakan sebuah jetski.

Cuaca mendadak menjadi sangat buruk dan dalam hitungan menit, ketika Jaehyun dan beberapa orang lainnya melakukan pencarian untuk menolong Tuan Jung, ombak besar kembali muncul dan menghantam jetski yang ditumpangi Jaehyun. Ia pun tenggelam dan nyaris meregang nyawa, tapi Tuhan masih menyayanginya. Jaehyun bisa diselamatkan oleh penjaga pantai. Namun tidak dengan Tuan Jung, ayahnya.

Sejak saat itu Jaehyun memiliki rasa trauma dengan laut. Butuh waktu yang tidak sebentar baginya untuk sedikit melupakan ketraumaan itu. Mark sendiri memahami hal itu. Awalnya ia lupa dengan trauma milik Jaehyun akan laut saat ia mengajaknya pergi ke Los Angeles dengan menumpangi RMS Triton. Tapi kemudian Mark pun sadar dan segera meminta maaf setelahnya.

Mark mendongak menatap mata Jaehyun. Kemudian ia mencium bibir kekasihnya itu.

"Maafkan aku, sayang," gumam Mark.
"Tak perlu minta maaf. Aku senang bisa bersamamu di situasi sulit seperti ini," bisik Jaehyun.
"Seandainya saat itu aku menurutimu untuk tidak ikut kemari."
"Dan membiarkan Hyun Bin hyung pergi sendirian? Bisa saja saat ini kau sedang setengah mati khawatir padanya jika kau tak ada disini."

Mark melipat bibirnya. Apa yang baru saja dikatakan Jaehyun benar. Dilihatnya kakaknya yang duduk tak jauh darinya. Setidaknya Mark saat ini bersyukur karena melalui musibah ini bersama-sama dengan kakaknya itu.

Tak jauh dari mereka, Chang Wook muncul bersama Soo Hyun dan Kyungsoo. Haruto tidak diizinkan ikut mencari jalan lain dan hanya duduk di sudut ruangan sambil bersandar pada salah satu kursi.

"Menemukan sesuatu?" tanya Hyun Bin.
"Tidak. Tak ada pintu darurat atau jalan lain menuju ke haluan," jawan Soo Hyun, duduk di salah satu benda berbentuk kotak. Kyungsoo menghampiri adiknya dan duduk disebelahnya, sementara Chang Wook duduk di samping Jaehyun.

Soo Hyun memijat-mijat pelipisnya, berpikir keras apa yang harus dilakukan disaat mereka semua sudah sampai sejauh ini. Berulang kali ia mengusap wajahnya, tampak jelas frustasi. Hyun Bin bangkit lalu menghampirinya.

"Sungguh tak adil dalam hal siapa yang harus hidup dan mati," ujar Hyun Bin, "kau sudah berikan Jaemin kesempatan. Kau berikan setiap orang kesempatan. Itu adalah hal yang hebat," sambungnya, mengambil tempat di sebelah Soo Hyun. Ia menepuk pundak lelaki itu.

Soo Hyun menjawab dengan memberikan anggukan kecil.

"Aku hampir putus asa saat kapal ini terbalik dan aku sama sekali tak tahu bagaimana keadaan adikku," Hyun Bin kembali berkata, "mendiang orang tua kami sudah menitipkan Mark padaku dan meminta untuk menjaganya sampai ia bisa menemukan kehidupan baru yang lebih baik. Aku sangat takut dan cemas, berpikir jika aku mungkin bisa saja kehilangan Mark. Tapi Tuhan memiliki rencana lain. Aku bertemu denganmu, dengan semua orang ini, dan bisa segera menyelamatkan adikku."
"Kau berbicara seolah aku yang menyelamatkan adikmu," Soo Hyun terkekeh, "aku bahkan tidak melakukan apa-apa."
"Kau salah. Kau tentu tidak lupa aksi gilamu melompat ke dalam air penuh bahan bakar yang dilalap api, bukan? Jika tak ada aksi jagoan itu, aku dan Mark akan terpisah pastinya, karena Mark jelas akan mengejar untuk bersama dengan Jaehyun."
"Semua hanya kebetulan, Hyun Bin. Saat ini aku hanya sedang berpikir, apakah akan ada sebuah kebetulan lain yang bisa menyelamatkan kita?"
"Tak perlu ragu. Percayalah Tuhan Maha Baik untuk orang-orang yang baik," ucap Hyun Bin, "biarkan mereka semua istirahat selama sepuluh menit lagi. Dan kita mulai mencari cara lain menuju ke haluan."

TRITONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang