03:24 pm
Jalan besar itu macet. Hal yang membuat para pengguna fasilitas jalan, khususnya para pengendara kendaraan bermotor, mengeluh kesal. Mereka menggerutu, membunyikan klakson, juga marah-marah tanpa tahu di sana, di pangkal kemacetan sana, ada gadis yang terduduk dengan mata membulat. Terkejut melihat apa yang baru saja terjadi di hadapannya.
Gadis itu membekap mulut. Air matanya tumpah-ruah tanpa isak. Tangannya gemetar, tubuhnya berguncang. Netranya bergerak liar pada tubuh dua orang pria yang memeluk bumi dan bersimbah darah di dua tempat yang berbeda. Lalu, sekonyong-konyong, kegelapan menyergapnya. Sang gadis pingsan, tak kuasa menahan diri untuk tetap terjaga. Meninggalkan suasana kacau yang menyelimuti tempat itu, mobil-mobil yang berhenti penasaran, orang-orang yang panik dan ribut, juga kaca cafè yang bergurat-gurat.
Kaca itu adalah saksi bisu. Retakannya menuduh, menunjuk ke arah sebuah titik. Garis-garisnya mengarah pada sebuah peluru yang tertahan di sana, seolah berkata bahwa dialah tersangkanya.
.
.
.
.
.
.
.●●●●●
Title: Another Choice
Cast : Jung Hoseok, Choi Nana, Park Jimin
Genre : Romance, Angst, Tragedy
Rate: 15+
●●●●●
..
.
.
.
.
.Jung Hoseok, lelaki tampan bermata sipit, menatap keluar jendela apartemennya yang terletak di lantai dua. Matanya menatap lurus ke arah cafè di seberang jalan. Fokus mengawasi gerak-gerik sepasang insan yang tengah asyik bercengkrama di wilayah outdoor cafè. Pada gadis yang duduknya menghadap ke arahnya dan pria yang membelakangi dirinya. Oh, sang mantan kekasih!
Ditahannya rasa sesak di dada sejak ia melihat pemandangan itu lima menit yang lalu. Namun, semakin ditahan justru semakin menyeruak---masuk ke sela terkecil di relung hati dan jiwanya. Mendesak amarah untuk memaksanya mengingat kembali kenyataan pahit sebulan yang lalu, tatkala sang mantan kekasih mengingkari janji sehidup semati mereka dengan memutuskan hubungan sepihak via telepon. Hoseok bahkan belum sempat menyatakan protes saat sambungan panggilannya diputus.
Padahal sejauh ini hubungan mereka baik-baik saja. Setiap hari Minggu mereka bertemu untuk melepas rindu di cafè langganan---yang sekarang ditempati kekasihnya bersama orang lain. Entah apa yang mendasari sang mantan kekasih ingkar. Hoseok tidak mengerti. Ia tidak pernah menerima penjelasan yang memuaskan hingga saat ini.
Hoseok menoleh ke kanan. Dipandanginya dalam diam foto berbingkai hitam klasik di atas meja kecil di sudut ruangan. Foto ekspresif memuat wajahnya dan wajah sang mantan kekasih yang sedang tersenyum. Foto yang menjadi kenangan paling indah sekaligus paling menyakitkan baginya.
Ia mendekat. Disentuhnya kaca pelapis foto. Hoseok rindu suasana yang terperangkap di dalam gambar. Suasana ceria yang mampu membuatnya sejenak melupakan beban hidup yang berat. Hidup sebatang kara memang tidak pernah mudah.
Matanya bergeser sedikit ke sebelah kiri. Pada bingkai foto lain yang berisikan potret seorang pria tua berwajah kaku. "Ayah, aku sedih. Ayah meninggalkan aku sendirian," katanya. "Hahah, iya. Sekarang aku sendirian, Ayah. Dia juga pergi meninggalkanku." Seketika wajahnya berubah sendu meski ia juga tertawa kikuk.
Pandangan Hoseok berpindah lagi. Kali ini pada sebuah pistol yang berdiri gagah di balik tabung kaca, tepat di belakang kedua foto itu. Pistol milik sang ayah yang sempat disentuh oleh sang mantan kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS: Behind The Story
FanfictionAntologi Fan Fiction Bangtan Sonyeondan (short stories). . . . . . . P.s Pernah diikutkan dalam event di grup Facebook Cover by Bts_is_bae on ZEDGE