Four

16 2 2
                                    

Deg...

Deg...

Jantung Ji Ri berdegup kencang, matanya membelalak berusaha memercayai apa yang barusan dilihatnya.

Doyoung yang kepergok pun langsung menunduk, lantas menyuruh Jungwoo untuk melajukan mobilnya.

"Kenapa sih?" tanya Jungwoo heran.
"Hanya fans saja, sudahlah cepat cari makan."

---

"

"Ji Ri, lihat apaan sih?" tanya Mark heran karena Ji Ri tetap terpaku pada pandangannya.

"Hei Ji Ri, sadarlah. Kau kenapa Ji Ri?" Mark yang kesal pun, akhirnya mengguncang-guncang badan Ji Ri agar ia segera sadar.

"Aaaaa Mark, sumpah itu tadi a-aku lihatt aaaaa, ga percaya" Ji Ri tiba-tiba teriak dan mengagetkan Mark serta pengunjung caffe lainnya.

"Syuttt... Ji Ri inget kita lagi dimana," tegur Mark karena semua pengunjung caffe tengah menatap mereka.

"Astaga, Mark maafkan aku hehe," sengir Ji Ri menaikkan kedua jarinya ke udara.

"Tapi aku sangat bahagia sekarang," sambungnya lagi sedikit memelankan suaranya.

"Iya-iya. Emang lihat apasih?"

"Aku tadi lihat Doyoung, aku gak bohong. Tadi dia disitu tuh, dia didalam mobil lagi merhatiin kita." sahut Ji Ri menunjuk-nunjuk kearah jalanan yang merupakan tempat mobil Doyoung berhenti tadi.

"Ya ampun, Ji Ri. Aku tau kau sangat menyukainya, tapi cobalah untuk tidak berhalusinasi yang berlebihan. Suka lah, tapi sewajarnya saja. Mengerti, hmm?" tutur Mark.

"Iya aku tahu, t-tapi kan-"

"Tidak ada tapi-tapian, ayo! sekarang kita pulang." potong Mark yang membuat Ji Ri berdecak kesal.

Ji Ri masih diam ditempatnya.

"Hei, tidak mau pulang ya? hmm, baiklah. Jangan salahkan aku jika nanti kau diculik om-om." sambung Mark meledek Ji Ri.

"Hei tunggu aku. Dasar kau ya." teriak Ji Ri.

Mark pun terkekeh ditempatnya.

"Ayo cepat." ajak Mark lagi

---

"Dwaeji-gukbap disini sangat lezat ya." ujar Doyoung mengelap mulutnya dengan tissue.

Mereka membeli salah satu makanan yang merupakan sup daging babi khas Busan yang biasanya dinikmati bersama dengan nasi putih.

"Tentu saja, kan aku yang memilih tempatnya. Pastilah, enak." Sombong Jungwoo

Doyoung hanya membalas dengan deheman.

---

"Dimana dia meletakkannya ya,"
"Ah, ketemu!!!" pekik Ji Soo kegirangan.

Ia tengah mencari celengan milik adiknya. Hari ini Ji Soo mendapat bonus dari Bos nya, jadi ia berinisiatif untuk memberi sedikit gajinya kepada adiknya.

"Segini mungkin cukup, besok-besok akan ku isi lagi. Bersabarlah Ji Ri, kau pasti bisa menemuinya." gumam Ji Soo pada dirinya sendiri.

"K-kak? kau sedang apa? dan ada apa dengan celengan ku ha?" jerit Ji Ri yang membuat Ji Soo membelalakkan matanya.

Ji Ri heran, tidak biasanya kakaknya itu mengunjungi kamarnya. Apalagi dengan posisi yang tengah memegang celengan miliknya. Ji Ri mulai berpikir yang bukan-bukan.

"Kenapa kau masuk tidak ketuk pintu dulu ha? Apa kau pikir aku tidak terkejut?" sembur Ji Soo yang sengaja mengabaikan pertanyaan bertubi-tubi dari adiknya itu.

"Seharusnya aku yang harus marah kepadamu, kenapa jadi terbalik!" geram Ji Ri yang memandang sinis kakaknya.

"Sudah sini, kembalikan celenganku. Kau tau ini untuk apa, jadi kau tidak bisa meminjamnya. Aku bersusah payah untuk mengumpulkan uang ini, mengertilah sedikit," tuduh Ji Ri dan perkataannya berhasil membuat Ji Soo keheranan.

"Hei, siapa yang ingin meminj-"

"Sudahlah, sekarang kau pergi. Aku tidak ingin diganggu dulu sekarang." potong Ji Ri yang langsung berbaring ditempat tidurnya.

Ji Soo yang mengerti pun langsung keluar dan menutup pintu kamar itu dengan hati-hati

"Mungkin dia lelah," gumam Ji Soo

.

Dibalik itu, Ji Ri yang sebenarnya sudah tau bahwa kakaknya hanya ingin menambah isi celengan nya. Dia tahu dan mengerti itu.
Tetapi entahlah, pasalnya dia tidak enak hati jika kakaknya akan terus melakukan hal itu, karena pasti itu akan membebani kakaknya, ditambah dengan Mark yang tidak memercayai omongannya bahwa ia melihat Doyoung tadi. Jadilah, emosinya dilontarkan kekakaknya.

Dan kini, lagi dan lagi ia menangis.
Siapa lagi kalau bukan menangisi  Doyoung.

"Hiks-hiks, kau pasti tadi melihatku juga kan? M-mengapa kau menghindar? Hiks-hiks" isak Ji Ri yang mengajak Doyoung bicara.

Ups ralat, fotonya.

"Ayolah sebentar lagi, t-tunggu aku ya." ujar Ji Ri yang masih menangis sesenggukan.

"Ji Ri cepatlah tidur!" perintah Ji Soo.

Ji Ri tidak menjawab melainkan terus melanjutkan tangisannya.
Sampai hingga beberapa jam kemudian, ia pun tertidur sendiri karena merasa lelah.

Begitulah kebiasaanya setiap malam.

----

"Astaga!" pekik Ji Ri saat ia melihat bayangan wajahnya di cermin.

"Sepertinya aku menangis terlalu lama. Tapi mataku sangat bengkak sekarang!" cetus Ji Ri lagi.

"Ji Ri, cepatlah bersi-
"Aaaaaaa"
"Mengapa kau seperti hantu begini Ji Ri!"
teriak Ji Soo yang masih menutup matanya dengan kedua tangan.

"Kau ini lebay sekali, ini hanya kecapekan. Tapi kak, emm. Aku bolehkan tidak bersekolah hari ini?"
tanya Ji Ri berharap kakaknya memperbolehkan kehendaknya.

Ia malu jika harus bertemu dengan teman-temannya dalam keadaan  begini. Lagipula hari ini tidak ada mata pelajaran yang di ajar oleh guru killer.

"Baiklah, sekarang kau mandi dan cepat kemeja makan, kakak sudah buatkan sarapan, lalu bereskan rumah ya. Kakak berangkat dulu. Oh ya, kakak akan menelpon gurumu nanti," tegas Ji Ri yang mulai meninggalkan adiknya sendiri dirumah.

"Siap bos" Ji Ri memberikan hormat kepada kakaknya layaknya seorang anggota tentara.

"Huhh, setidaknya ada banyak waktu untuk melanjutkan halu khikhikhi." Ji Soo cengar-cengir sendiri.

.

To be continued 🌱

Jangan lupa vote and comment zheyeng💚🙂

Just Dream [Kim Doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang