Birthday to me

178 20 2
                                    


Tentang malam hari yang melelahkan dan siang hari yang sibuk. Tolong beri aku ruang di hatimu untukku beristirahat.

~~~~

"Buka! Bitch! Open the door!" selama 2 menit Acha memukul keras pintu yang terkunci rapat itu. Sang pemilik kunci enggan untuk membuka kan pintu. Lantaran menganggangu. Karena saat ini ia sedang tidak ingin di ganggu.

"Icha, buka pintunya! Lo, mau gue kasih pelajaran ha?!" karena merasa terusik sang pemilik kunci membuka pintu secara kasar alhasil Acha terjatuh.

Brukk

Wajahnya datar menatap tak iba pada saudarinya. Posisi ini sangat Icha sukai, posisi saat Acha terlihat mencium kakinya.

"Bangun!" sentak Icha datar.

"Maksud lo, apaan bitch. Lo, mau bilang apa ke mama papa hm? Mereka gak akan percaya sama lo!"

"Terus? Kamu panik?" tanya Icha masih mempertahan kan wajah tenangnya.

"Lo, jangan sok bijak deh, lo itu gak guna tau gak. Seharusnya lo sadar diri. Mama sama Papa itu gak suka dan benci sama lo. Kalau lo punya otak harusnya lo pergi dari sini."

"Kamu punya otak?" tanya Icha balik.
"Ya, jelaslah!" bentak Acha.

"Jadi diamlah, mulutmu itu selain kotor juga menjijikan!" hardik Icha dengan menatap fokus pada netra Acha.

"Befikirlah Acha, jangan selalu menjadikan orang lain sebagai kambing hitam atas kesalahan kamu. Dunia ini penuh karma."

Ia melewati Acha yang menggeram marah di tempatnya. Setelah di pikir-pikir gadis itu semakin berani sekarang. Entah setan apa yang merasukinya hingga membuat seorang Icha yang lemah menjadi dingin dan berlisan pedas.

"ICHA! GUE BELUM SELESAI SAMA LO, BITCH!" raungnya menggelegar hingga menarik perhatian seisi rumah.

"Kenapa lo teriak? Ini rumah bukan hutan!" ujar Gilang yang memfokuskan tatapannya pada Acha yang sedang mengatur nafas dalam.

"Diem lo, kak!" bentak Acha. Mendengar itu Gilang membelalakan matanya sempurna beberapa saat.

"Lo, kurang ajar ya sekarang?"

Acha kikuk di tempat dengan ekspresi wajah kebingungan.

"Kenapa gilang? Acha?" tanya Devano yang telah tiba di lantai dua setelah berpapasan dengan Icha yang turun ke bawah sana.

"P-papa, gak kok Acha cuma emosi sama sialan itu. Kak Gilang, maaf ya, Acha gak sengga. Tadi Acha emosi."

Ia benar-benar bingung sekarang. Karena respon ketiga orang di hadapannya ini hanya diam seribu bahasa.

"Ada apa lagi dengan, Anak sialan itu?" tanya Devano.

"Anu pa! Dia- dia mau rencanain buat hancurkan acara ulang tahun Acha besok. Makanya Acha marah, pa, ma." Alibi gadis itu yang langsung di dengar oleh sang kambing hitam.

"Gak salah, Acha? Bukannya kamu marah dengan saya karena mengatakan bahwa yang saat itu mencelakai Gilang adalah dirimu bukan saya? Kenapa jadi berubah? Oh, saya tau. Kamu takut jika kedua orang tuamu mempercayai saya?"

ICHA, What About Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang