O3

99 19 3
                                    

lookphaaa

"Dia manis, memang benar"

-LOVE STORY-

"Lo beneran gak mau pulang?" tanya David yang heran, pasal nya Manjari malah ingin ikut ke rumah nya. "Iya, gue males pulang"

"Gue cowok lho, emang lo gak takut ke rumah cowok asing kaya gue? Kalo lo gue apa - apain gimana?" Manjari menatap David di spion beat nya ini. "Nggak sih, sejauh ini gue udah nilai lo. Lo itu baik, soft banget, lucu, tapi ngeselin. Fiks lo itu jadi temen temen gue sekarang"

"Guw gak nerima penolakan ya, pokok nya mulai hari ini kita temen!" David hanya mengangguk - angguk kan kepala nya.

"Serah putri raja aja" ucap David membuat Manjari mengejek nya.

"Ini udah malem, lo gak pulang aja?" tamya David.

"Yaudah deh, pulang aja" ucap Manjari.

"Besok jemput gue dong pid, gue gak ada tumpangan" pinta Manjari, David mengangguk saja. Toh dia juga tak keberatan dengan permintaan itu.

"Hape lo dari tadi di cafe geter mulu, gak mau lo angkat?" tanya David.

"Biarin aja, males gue"

Dalam perjalanan, hanya terdengar suara alam. Bahkan mereka beragumen dengan otak masing - masing. Sampai akhir nya mereka sampai di depan rumah besar di komplek mawar kasih.

"Makasih ya" ucap Manjari.

David mengangguk dan menaruh helm milik adik nya di sepeda nya.

"Gue besok bawa helm sendiri"

David sekali lagi mengangguk.

"Adek!" suara barinton itu membuat David dan Manjari menatap laki - laki tampan dengan wajah yang memang tidak bisa di deskripsi kan sangking indah nya.

"Yaudah gue masuk duluan ya, bye"

David pergi menjauh.

"Siapa?" tanya Jeffrey.

"Penting?"

Manjari masuk dengan tampak kesal. Saat masuk terlihat ayah dan ibu nya yang sedang memandang nya dingin.

"Manjari, kamu kemana saja?" tanya Ibu nya.

"Ma, udah. Manjari capek" ucap Manjari sendu.

"Jawab dulu kamu kemana aja?"

"Aku pergi makan"

"Makan sampe jam segini? Kenapa gak ikut pulang sama kakak?"

Manjari berdecih, menatap sinis Jeffrey.

"Tanya sendiri, sama anak kesayangan Mama" ucap Manjari kesal dan pergi masuk ke dalam kamar nya.

Selalu begitu, dia akan selalu salah dan akan selalu begitu. Bahkan, untuk keluar beberapa jam saja akan banyak misscall dari sang keluarga nya.

Manjari juga ingin bebas seperti teman - teman nya. Itu saja.

"Dek, maafin abang" ucap nya dengan lembut.

Manjari yang sudah berada di bawah selimut pun tak merespon permintaan maaf dari Jeffrey. Jeffrey mengelus rambut lembut Manjari, adik kesayangan nya.

"Abang tadi khawatir banget sama kamu"

Manjari tetap diam, dan memejamkan mata nya. Memunggungi Jeffrey.

"Tadi Chinta kena bola basket abang, jadi dia pingsan terus mimisan. Abang bawa ke rumah sakit karena guru uks udah pulang"

"Maafin abang dek"

LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang