Chapter 06

307 19 0
                                    

Runepun meletakkan taplak di rumput untuk mereka duduk, ia memberikan 1 botol teh pada William dan mengeluarkan beberapa scone.

"William, apa pekerjaanmu?"

Setelah William duduk dan menerima tehnya, Rune segera kembali mengintrogasinya.

"Umm... saya mengelola toko bunga di sini. Unn.. kalau anda?"

"Aku bermaksud menuju daerah teritorial Earl Harold. Aku dengar ada hama di sana. Aku seorang ahli sihir... Aku ingin melihat berapa parah kondisi di sana."

Tidak ada kebohongan dari perkataan itu. Rune memang ahli sihir... Ia sempat bekerja di Black Tower bahkan. Tapi ya pekerjaan utamanya memang putra mahkota.

William mengangguk tanda ia mengerti dan percaya pada perkataannya bahwa Rune adalah seorang ahli sihir.

"William mengelola toko bunga? Pantas kau sangat tahu soal bunga." Rune mencoba memuji William.

"Huum... saya sangat suka dengan bunga... hobi saya juga merangkai bunga..."

William nampak agak tidak nyaman, tapi akhirnya ia berkata, "Unn...saya tidak bisa menggunakan sihir tapi saya harap... saya bisa membantu dengan apa yang saya bisa...".

William tidak bisa menggunakan sihir... Wajar sebenarnya bila dia hanya civilian, tidak semua orang bisa menggunakan sihir. Hanya penyihir yang bisa melahirkan penyihir. Bahkan bila darah penyihirmu sedikit maka kemungkinan mereka tak akan bisa menggunakan sihir.

"Kau sangat baik hati." Rune menanggapi kemurah hatian William, karena ingin membantu desa lain. Ia kembali menggenggam tanga William.

"William... Saya tertarik pada  penelitianmu." Rune juga mengelus pipi William dengan tangannya yang lain.

"Ahh..ummm..."

S...sepertinya... William pernah mengalami hal ini. unn- tapi kapan dan dimana?

"Mmm... terima kasih... s..saya minum ya...?"

William meneguk teh yang sedari tadi ia pegang. Rune mendekatkan dirinya pada William.

Rune mencoba mengenang kejadian di pesta itu, ia masih ingat dengan jelas soal malam itu. Saat ia mencicipi tubuh William. Saat ia memasukki tubuh anak ity. Ah... Rune menginginkannya lagi.

Di hutan ini hanya ada mereka berdua... Ia bisa saja melakukannya lagi.

Rune pun menrangkulnya.

"Kau harus coba sconenya juga."

"Umm.. i..iya..." William berkata dengan gugup sambil mengambil satu kue itu dan melahapnya, ia juga meneguk habis teh yang dipegangnya.

"Unn...se..sekarang saya harus melanjutkan kegiatan saya... terima kasih atas jamuan ini..."

Rune menahan tubuh William agar ia tidak bangun dari posisinya.

"William." Rune kini berlutut di depan William. "Aku masih ingin kau bersamaku di sini."

Ia menggelus kedua pipi William dengan kedua tangannya.

Rune dapat melihat pipi William agak memerah "Umm..." Dipandangi seperti oleh Rune ini pasti membuat William agak malu.

"William." Rune memanggil nama pria di depannya dengan lembut. "Bolehkan aku memanggilmu dengan sebutan Liam?" Rune mempertemukan mata mereka, dua mata biru dengan shade yang berbeda. Aquamarine untuk Rune dan baby blue untuk William.

Keduanya nampak tertegun memandang mata yang ada di depan mereka. Mungkin William agak menyadari mata itu- pernah di lihatnya.

"Mmm..." William bergumam disertai anggukan. Belum pernah ada yang memanggilnya begitu, unn- kecuali Ibundanya, beliau memanggilku Willy.

"Atau kau lebih suka aku memanggilmu dengan nama lain?"

Rune masih dengan sikap lembutnya. Setiap melihat William, Rune merasakan adanya perasaan de javu. Apa ia pernah bertemu dengan Liam sebelum di pesta itu? Selalu ada keinginan untuk bersamanya... Memeluknya...

"Unn... tidak apa-apa..." senyum tipis merekah dibibir William. Namapaknya ia cukup senang dengan nama panggilan itu. Tapi tak lama kemudian William nampak merogoh jam bundar disakunya. Ternyata sudah jam empat lewat... gawat, sebentar lagi hari akan gelap.

"Unnn...anu... maaf, saya harus segera bergegas," kata William sambil merapikan pakaian dan hendak mengambil keranjang rotan berisi beberapa tangkai bunga.

"Tunggu, Liam, apa kau mau berkencan denganku?"

Nampaknya jika Rune berbasa basi lebih lanjut, ia akan kehilangannya lagi. Rune langsung saja memintanya menjadi kekasihnya. Untuk urusan lain bisa ia urus nanti.

William jelas nampak terkejut dengan perkataan Rune, ia nampak agak gelagapan, "Unn..umm..."

Orang ini...meminta William menjadi kekasihnya...?

"Umm... saya.. sangat menghargai perasaan anda tapi unn... maaf, saya tidak bisa menerimanya...."

Ini...pertama kalinya... seseorang menyatakan suka pada William tapi ung... Ia tidak bisa...

"Kenapa?" Rune memandangnya tak percaya?

Kenapa ia tidak mau? Rune cukup yakin ketampannanya, ia tidak pernah di tolak siapapun. Apa yang membuat William tak mau menjadi kekasihnya?

"Umm..." William menatap Rune dengan penuh iba, tapi William yakin, belahan hatinya berada di luar sana...

"Kita... baru saja mengenal dan unn... a..aku sudah punya kekasih...." William berkata.

Rune saat mendengar hal itu entah kenapa menjadi agak marah? Apa ada orang yang William sukai? Siapa? Malam itu William bilang tidak tertarik terhadap belahan jiwa? Apa karena ia telah memiliki belahan jiwa? Berbagai pikiran muncul di benak Rune. Sekarang ia harus berbuat apa?

Love HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang