01. Our First Meet

27 3 2
                                    

"Pah, gak bisa nganter aku lagi?" 

Syakilla diam sejenak untuk menunggu jawaban sang ayah. Tapi ya gitu, ayahnya tetap fokus menatap ponsel nya tanpa melirik putrinya sedikitpun. "Yaudah, aku berangkat sen—"

"Tunggu, biar abang aja yang nganter Sya!" Cegah Taeyong sambil berlari dari lantai atas ke lantai bawah dengan terburu - buru. "Jangan ganggu orang yang sok sibuk." sindir lelaki tampan itu sambil menatap ayahnya sinis.

Masalahnya hari ini tuh hari pertama Syakilla masuk SMA, dan 5 menitan lagi gerbang sekolah ditutup. Masa dia harus jalan kaki ke sekolah. Jangankan mobil, ngendarain motor aja dia gak bisa.

Syakilla mengangguk setuju dan langsung masuk kedalam mobil fortuner milik abangnya. "WOY TAEYONG, CEPETTAN!" 

Taeyong menghela nafas, lagi lagi adiknya bertingkah seolah ia yang lebih tua. "Way woy way woi, gue tuh abang lo dodol! panggil yang bener, kalo enggak, gak bakalan gue anter."

Syakilla udah kesel sendiri di tempat. masa masalah kayak ginian doang di debatin, tambah telat yang ada. 

Tapi bukan Syakilla namanya kalo dia gak keras kepala. "Yaudah, sekalian aja gue gak sekolah. Enakan dirumah, bisa nonton film," katanya sambil pura - pura turun dari mobil.

Taeyong membeku ditempat saat melihat Syakilla yang sudah melepas sepatunya. "Astagfirullah apa dosa gue di masa lalu sampe bisa punya adek kaya gini... YAUDAH CEPET NAIK!"

Syakilla pun tersenyum puas. "Nah gitu dong, baru abang gue,"

Taeyong mencibir. "Nih giti ding, biri ibing gii, buru naik!"

***

"Mah, Echan berangkat dulu ya" salim Haechan sopan kepada ibundanya.

"AIH KAMU TEH BARU BERANGKAT?? INI UDAH JAM BERAPA HAECHAN DIRGANTARA?! BUNDA GAMAU TAU KALO SEMISALNYA NANTI KAM—"

Cup! 

Hechan mencium kening ibu nya. "Bun, ngomel nya di pause dulu ya, yang ada nanti Haechan tambah telat," kata Haechan dan langsung menaiki motor vespa kesayangannya.

Setelah dirasa sudah menjauhi area rumahnya, lelaki itu mengambil ponsel nya dan menelpon seseorang. "Woy jemput gue, gue ada di depan komplek."

tut!

"Halo, No, Jeno. Woy!" teriak Haechan kepada ponselnya tanpa mengetahui bahwa sambungannya telah terputus. 

Haechan menatap ponselnya dan tersenyum masam. "Subhanallah, punya temen gini amat"

"...Eh bentar, celurit gue mana. KOK ILANG?!" kaget Haechan sambil meraba tas nya.

Tak lama kemudian Jeno datang dengan mengendarai motor sport berwarna merah. "Cepet naik. Anak - anak udah pada nunggu. Lagian lo kenapa gak langsung kesana aja sih, terus ini kenapa malah bawa vesp—"

Haechan yang udah pusing gara - gara kehilangan celuritnya dibikin tambah pusing oleh Jeno yang memberikan rentetan pertanyaan. "Aih maneh teh cicing heula. CELURIT AING KETIGGALAN, KUMAHA DONG NO?!" panik Haechan sambil menatap Jeno.

Jeno menghela nafas, sudah terbiasa dengan sifat Haechan."Ribet banget lo jadi manusia, udah buruan naik, gue bawa celurit lebih." 

Mata Haechan langsung berbinar seketika, menatap kagum sahabatnya. "Ya Tuhan, terimakasih telah mengirimkan Jeno. Kalau tidak ada dia, mung—"

"LO SEKALI LAGI NGOMONG GUA TINGGAL CHAN, BENERAN INI MAH." teriak Jeno yang sudah kehabisan kesabarannya.

***

Lee Haechan | Preman GadunganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang