04

16 11 7
                                    

Shafara menatap lurus ke arah laptop yang berada dihadapannya, dia benar-benar tidak bisa fokus. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 00:12 wib, namun kantuknya belum juga datang. Dia memilih mengerjakan tugas untuk menemani malamnya. Raut wajahnya terlihat sangat lelah, seolah ada sesuatu yang menjanggal dipikirannya.

Sesekali dia mengecek handphone, sambil menunggu notif dari seseorang. Namun, hasilnya nihil. Kevin tidak menghubunginya sama sekali. Semenjak kejadian malam itu, Kevin dan Shafara jarang berkomunikasi, mungkin karena rasa kecewa Kevin atau Shafara yang ingin menghindar.

Huftt....
Shafara menghembuskan nafasnya pelan, rasa lelah dan kantuk kini mulai menyerangnya. "oke, waktunya gue tidur! Ingat begadang tidak akan membuatmu memiliki nya." ujarnya.

Shafara mulai memejamkan matanya, hampir saja dia terbawa ke alam mimpi, namun bunyi ponsel membangunkannya.
Shafara berharap ada notif dari Kevin. Tanpa menunggu lama, Shafara meraih ponsel, wajahnya kembali lesu. Ternyata, bukan Kevin yang mengirimkan pesan, melainkan pesan singkat dari Fira.

Fira: Lo besok free kan? Temenin gue ke toko buku!

Shafara: Ok.

Mencintai seseorang tidak harus mengikat bukan? Mencintai seseorang juga tidak harus memiliki. Sama seperti Shafara, jujur dari lubuk hatinya, dia menaruh rasa. Namun, pikiran dan ego masih menolaknya, dia berpikir jangka panjang, apa jadinya kalau dia melalaikan segalanya karena cinta.

"Sudahlah, ini terlalu malam untuk memikirkan hal itu," gumam Shafara.

🔽🔽

"Fara bangun!" Shafara mengerjapkan matanya berulang kali, dia berusaha kembali ke alam mimpinya. Bukannya bangun, Shafara malah kembali menarik selimutnya.

"Fara! Gue hitung sampai tiga, kalau kaga bangun, air ini siap meluncur!" ancam Fira kembali terdengar, susah sekali membangunkan Shafara.

"Iya gue bangun," Shafara menatap jengkel sekilas wajah Fira, benar-benar menyesalkan, dia berani menggangu tidur nyenyak nya.

"Punya sahabat gini amat, belajar jadi mayat lo?" sindir Fira, dia mendaratkan pantatnya ke kasur milik Shafara.

"Hm, gue tidur larut malam tadi, makanya bangun siang," elak Shafara, dia meraih ponsel, wajahnya kembali lesu, Kevin belum mengabari nya, sampai saat ini.

Fira melihat sekilas wajah sahabatnya, tergambar jelas raut sedihnya, "Lo kenapa Sha? Marah sama gue?" ujar Fira menerka.

Shafara menceritakan semua hal tentang dia dan Kevin, mulai dari Kevin mengajaknya ke taman, sampai dia menyatakan perasaannya. Fira terlihat manggut-manggut mendengarkan curhatan Shafara, "Kenapa lo tolak bego!" ucap Fira, sambil memukul kecil bahu Shafara.

"Sakit bego! Lo kan tau sendiri, gue kaga mau pacaran, sebelum tujuan gue terlaksana disini." jawab Shafara, sambil mengeluh kesakitan.

"Serah lo Sha, serah!" pekik Fira dengan suara keras, detik berikutnya, mulut Fira tersumpal sempurna oleh tissue.

🔽🔽

Terlihat dua insan berjalan dan bergandengan tangan, mereka bukan sepasang kekasih, camkan itu. Mereka Shafara dan Fira, banyak pasang mata yang memperhatikan kedekatan mereka.

Bagi Shafara dan Fira, sahabat adalah hal terpenting setelah keluarga, apalagi mereka berteman sejak masa biru putih, hingga mengenyam bangku kuliah. Cukup lama bukan?

Mata mereka menyapu seluruh rak buku yang tertata rapih, "Sha, menurut lo bagusan yang mana?" ujar Fira sambil menunjukkan buku yang digenggamnya.

Kening Shafara terlihat mengkerut tanda kebingungan, detik berikutnya acuhan bahu juga ia tunjukkan. Fira merasa kesal terhadap tanggapan yang Shafara berikan, "Emang susah bicara sama batu! Apalagi minta pendapat." geramnya kesal.

"Eh sorry, habisnya gue bingung. Itu novel keluaran terbaru semua, daripada suruh pilih, mending gue pinjem aja punya lo." jawab Shafara, sambil tertawa kecil.

"Yeh, bambank! Ya udah pilih yang mana? Ntar gue kasih pinjem deh, kalau udah selesai baca."

"Beneran Ra? Makasih yah, gue pilih yang kanan deh. Itu keluaran terbaru, dan kebetulan gue pengen banget baca novel itu." terang nya panjang lebar.

Mereka berjalan ke arah kasir, untuk membayar buku yang mereka beli.

Netra Fira tidak sengaja menangkap sosok cowok yang tidak asing baginya, "Sha, liat deh. Itu Dirga bukan sih?" tanya Fira, gadis dengan sapaan "Sha" memalingkan wajahnya, mengikuti arah pandang Fira.

Shafara menganggukkan kepalanya, "Iya, dia satu kelas sama gue. Tapi gatau nama dia siapa," ungkap Shafara enteng, jelas saja Fira menggelengkan kepalanya cepat, sungguh aneh sahabatnya ini, cowok bernama "Dirga" tidak dikenalnya, padahal dia presiden kampus, sekaligus siswa yang sangat famous.

"Sebenarnya, lo di kampus, berubah jadi buta atau gimana sih Sha? Cowok seganteng dan se-famous Dirga, lo kaga kenal." jelas Fira kesal.

"Sembarangan! Sumpah gue kaga tau, itu cowok siapa namanya, gue juga baru tau kalau presiden kampus, satu fakultas sama gue, hehehe." jelas Shafara, sambil nyengir kuda.

"Udahlah, gue bisa stres ngomong sama lo! ungkap Fira frustasi.

🔽🔽

Warung "Pak Mamat" kini menjadi tempat mereka singgah, setelah pulang dari toko buku, Shafara dan Fira sengaja mengunjungi warung pak  Mamat, warung langganan mereka dulu.

Semenjak masuk kuliah, mereka jarang sekali nongkrong atau sekedar mampir di warung pak Mamat.

"Pak, biasa yah." ucap Fira lantang, Pak Mamat yang terbiasa dan sudah hafal pesanan mereka hanya menganggukkan kepalanya.

"Btw Sha, lo dapat tugas dimana?"

"Di Brebes, Jawa tengah. Dan Alhamdulillah nya, deket sama rumah gue di sana."

"Wah, kaga usah ngekos donk, tinggal balik rumah." balas Fira cepat.
"Iya, lo dimana Ra?"

"Bandung, deket Sha. Doakan lancar yah, gue juga bakal doain lo lancar sampai finish,"

"Aamiin, iya gue juga doain."

Kini pesanan mereka datang, pak Mamat yang jarang melihat mereka, "Tumben mampir kesini, udah inget lagi sama bapak?" sindir pak Mamat.

Uhukk.
Shafara dan Fira hampir tersedak, "Ehh, bukan begitu Pak. Kita sibuk akhir-akhir ini, apalagi bulan depan kita dapat tugas pak, doakan yah biar lancar," sanggah Shafara cepat.

"Oalah, begitu toh. Ya sudah bapak doakan kalian supaya lancar sampai semuanya selesai, semoga kalian sukses." ucap Pak Mamat.

"Aamiin, terimakasih pak." jawab mereka bersamaan.

🔽🔽

"Gue tidur di kost-an lo malam ini yah Sha, males banget gue lagi debat sama mamah." pinta Fira.

"Iya dah, apasih yang kaga buat lo. Izin dulu tapi yah," ujar Shafara menasehati, setidaknya orang tua Fira mengetahui keberadaan anaknya, biar tidak mencari-cari. Fira menggelengkan kepalanya cepat, "Lo yang izini yah pliss," pintanya sambil menyerahkan handphone kepada Shafara.

Huft..
Hembusan nafas terdengar dari Shafara, dia mengalah saja. Dari pada, Fira terus merengek. "Iya, gue yang izin. Lo bersih-bersih diri dulu sana, nanti gantian."

"Makasih Sha! Lo memang sahabat gue yang paling baik."

"Emang lo punya sahabat lagi selain gue?" Deg, benar-benar memprihatinkan, mereka tidak mempunyai sahabat lagi. Hanya bertiga, ingat itu, mereka cuma bertiga.

---------------------

Gimana wkwk?

SHAFARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang