Jeno menempati janjinya, pria itu terus saja memotret Jaemin. Yang dipotret sampai mati gaya, senyum pun sudah kaku sekali. Maklum, Jaemin kan bukan model.
Oh iya, asal tau saja, Jeno menolak untuk menggunakan camera milik Jaemin. Jaemin sudah memaksa, tetapi lelaki yang lebih tinggi darinya itu beralasan Tanggung, sudah terlanjur ada fotomu disini. Sekalian saja. begitu katanya.
Jaemin sih tidak keberatan sebenarnya, senang malah. Ingat kan, kalau kualitas gambar camera milik Jeno itu bagus sekali?. Kan ia jadi tidak perlu repot menggunakan photoshop. Oh iya, satu lagi. Jeno menolak untuk difoto. Entah kenapa lelaki itu selalu menolak jika Jaemin menawarkan untuk bergantian memotret.
Kan Jaemin sudah bilang di awal, kalau Jeno itu pria aneh.
" Thank you, "
" Anytime sir. "
Dua orang turis bule berlalu setelah menyerahkan kembali camera hitam milik Jeno yang sebelumnya digunakan untuk memotret mereka berdua- iya, Jeno memaksa Jaemin untuk mengambil foto bersama dengan bantuan turis tadi.
Jaemin sudah jelas menolak, tapi entah mengapa sekilas mata tajam Jeno membuatnya bergidik ngeri, dan berakhir menurut untuk foto berdampingan di depan sebuah pembatas jembatan gantung di lantai dua tempat itu.
Yang lebih muda sudah menolak untuk difoto lagi. Lelah katanya. Jeno hanya bisa mengangguk menuruti. Sekarang mereka berdua sedang berdiri di samping pembatas jembatan, dengan Jaemin yang memperhatikan lantai satu, dan Jeno yang masih sibuk melihat-lihat hasil fotonya.
" Jeno. "
Panggil Jaemin yang membuat kepala Jeno otomatis menengok mendengar suara lembut yang entah mengapa sangat nyaman saat menyebutkan namanya itu.
" Iya?"
"Kau solo travel juga?" Tanya Jaemin, menghadap Jeno menantikan jawaban.
" Sepertinya?..." Jeno menjawab ragu.
Jaemin menyerngit tidak mengerti. " Dasar pria aneh." Gumamnya yang masih bisa didengar Jeno.
" Aku punya pekerjaan di sini. Yah, seperti itulah." Ucap Jeno lagi. Kali ini lebih dimengerti Jaemin.
" Kau bos nya?" Jaemin bertanya excited.
Tangan Jeno bergerak untuk kembali mengusak surai caramel Jaemin, matanya menampilkan eyesmile miliknya. " Pemimpin, Nana."
" Lalu, kenapa di sini?"
Jeno menatap Jaemin geli. " Memangnya seorang pemimpin perusahaan tidak boleh berkujung ke sini?"
"Bukan begitu, maksudku, apa kau tidak memiliki jadwal bertemu klien atau semacamnya?. Setauku pemimpin perusahaan selalu sibuk seperti itu." Ujar Jaemin memberitahu yang ia tahu.
Jeno tersenyum, yang demi tuhan rasanya Jaemin ingin berkata keras-keras padanya untuk stop menampilkan senyum yang bisa membuat jantungnya berlomba-lomba keluar dari tempatnya seperti sekarang ini.
Jeno mengangguk."Aku paham. Ada, tapi tidak untuk hari ini." Jelas Jeno singkat dan padat.
Kalau Jaemin boleh menarik kesimpulan, jeno itu irit sekali bicara, tapi pria itu adalah pendengar yang baik. Buktinya, Jaemin yang tidak berhenti mengoceh tentang ini dan itu masih saja Jeno dengarkan dengan mata yang tidak lepas sama sekali darinya. Kan Jaemin jadi salah tingkah.
Talk less, do more. Ya, begitulah.
"Bagaimana denganmu? Mengapa sendiri." Jeno bertanya balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
G for Genova.
Fanfiction-Yang Jaemin tahu, hidupnya tidak lagi aman setelah bertemu seorang Genova. . . . Mpreg!