Dasar-dasar/Tahapan Awal Membuat Cerita Fantasi

198 23 0
                                    

Hola, minna!

Pertama-tama kenalin, aku Radel, admin materi genre fantasi yang akan menemani Rabu malam kalian~

Kalo kalian nemu akun ig radel28_ atau wattpad RaDel28, jangan kaget kalo itu aku.

***

Dasar-Dasar/Tahapan Awal Membuat Cerita Fantasi

Arti kata fantasi menurut KBBI ialah gambar (bayangan); khayalan;
daya untuk menciptakan sesuatu dalam angan-angan

Dari situ dapat kita ambil kesimpulan kalau cerita fantasi adalah cerita yang didasari pada daya cipta khayalan milik si pengarang. Ini menjadi tolok ukur perbedaan yang menonjol antara genre fantasi dengan genre fiksi ilmiah yang mengandalkan riset saintifik.

(Sedikit info. Pengarang adalah orang yang memiliki ide/gagasan cerita, sedangkan penulis adalah orang yang menulis. Pengarang belum tentu kompeten untuk jadi penulis, dan penulis belum tentu seorang pengarang [yang memiliki ide])

Seperti halnya genre novel lainnya, ada aturan-aturan atau bisa disebut patokan dalam menyusun cerita untuk memudahkan penulisannya. Ya, soalnya kan kalo gada aturan yang jelas, kita bakal bingung gimana entar ke depannya. Alhasil, cerita kita amburadul karena gada pedoman.

Untuk memulai pembuatan cerita fantasi, umumnya ada beberapa hal yang mesti kita tahu, nih. Secara garis besarnya, sih, kayak gini:

1. pengembangan cerita;
2. pengembangan karakter;
3. dunia/worldbuilding;
4. makhluk hidup & ras; dan
5. sihir & kekuatan.

Malam ini aku jelasin yang nomor 1 dulu, ya, biar gak overload otak kita semua. Kuylah simak biar bener.

***

1. Pengembangan Cerita

Untuk mengawali pembuatan cerita (apa pun itu) umumnya begini urutannya.

a. Perencanaan ide awal

Sebelum menulis satu buku utuh, kita mesti banget nulis rancangan awal idenya yang biasa disebut "premis". Mulai dulu dari satu kalimat yang menjadi dasar cerita. Buat yang anti-mainstream. Kalo dari ide awalnya aja udah basi, ke sananya juga jadi males lanjutinnya karena bosen.

Contoh tentang premis itu gini.

Putra seorang raja pergi untuk membunuh seekor naga demi membuktikan keberaniannya.

Ih gilak. Ini apa cobak? Ga banget. Kurang komplit dan jelas tujuannya. Masa iya dia cuma mau bunuh naga biar dikata berani. Heh, coba masuk ke toilet yang lampunya mati di atas jam 12 malem, dah otomatis jadi pemberani lu, yakin batt nih kita.

Coba deh bandingin sama ini:

Putra raja yang dicaci maki masyarakat berusaha untuk mencapai apa yang gagal dilakukan ayahnya; membunuh naga hitam yang menghancurkan kerajaan.

Naah, kaann. Kalo yang atas lebih nge-feel dan jelas tujuannya.

Intinya buatlah premis yang jelas, nge-feel, dan gak mainstream.

Struktur premis yang biasa aku pake itu

Contoh: TOKOH + TUJUAN + RINTANGAN (+SOLUSI)  => bisa dibolak-balik sesuai kebutuhan.

*Solusi di sini opsional yah. Bisa ditulis pas awal, bisa juga enggak.

b. Riset

Setelah ngerancang ide, berikutnya kita kudu riset.

Kenapa ide dulu baru riset?

Ya biar pas sesi riset, kita nyari yg emang nyambung sama apa yg mau kita tulis.
Ga meleber ke mana-mana, ga buang2 waktu.

Kata siapa cerita fantasi gaperlu riset? Cung, siapa yang ngomong gitu!

Riset di sini berguna buat membangun logika cerita.
Misal, kita mau nulis cerita tentang fantasi abad pertengahan (medieval). Kita riset tuh teknologinya kayak gimana, budayanya, struktur masyarakat, dll.

Riset ini penting banget kalo kita pake dunia yang gajauh beda ama dunia manusia yang kita pijaki. Contohnya kayak The Trials of Apollo-nya Pakde Rick Riordan atau Harry Potter. Di kedua novel itu kan masih beririsan sama dunia nyata, jadi penting juga buat riset keadaan dunia nyatanya, gak cuma ngebangun dunia fantasi kita doang.

Beda ceritanya kalo kita bener-bener bangun dunia alternatif yang bener-bener beda sama dunia nyata kita. Contohnya kayak Game of Thrones, di situ semuanya dibangun dari 0. Bahkan alfabetnya bikin sendiri.

Jadi itu pentingnya riset. Misalnya gini aja, pada cerita fantasi abad pertengahan, ga mungkin tahu-tahu kita munculin simsimi atau smartphone (pada zaman itu belum ada) tanpa tujuan yang jelas. Beda ceritanya kalo salah satu tokohmu punya kemampuan sihir untuk menciptakan benda masa depan (dih, ini fantasi macam apa dah 😂)

Atau misal bikin fantasy yang temanya monster singa. Tapi ... kita tiba2 bingung mau ngasi skill apa ke si monster ini.
Coba aja deh riset tentang singa. Kemampuannya apa. Seberapa cepat dia sembuh.

Nah, dari situ kita bakal dapet ide baru buat ngembangin si monster.

(Hal ini bisa diterapkan pada hal lain).

Habis kita riset, langkah berikutnya ...

c. Pematangan ide

Dalam sesi ini, kita udah buat kerangka cerita yang oke, udah nentuin point of view, udah punya dunia fantasi kita sendiri, udah punya tabel makhluk dan ras, karakter-karakter yang berperan dalam cerita, dan juga peraturan penggunaan kekuatan dan sihir.

Untuk peraturan sihir dan kekuatan, wajib banget kita punya aturan-aturan yang jelas dan konsisten dalam cerita fantasi yang kita buat.

Kalo misal seorang peri hanya bisa dibunuh dengan pisau es dari Lembah Suci Myarthea, jangan tiba-tiba karena kamu udah kesel sama karakternya, kamu main bunuh dia karena mabok es kepal milo lima bungkus. No! Itu namanya plot hole! Ganggu banget logika ceritanya. Sehebat apa pun dunia fantasi yang kita bangun, kalo si pengarang gak taat aturan sendiri, ceritanya jadi gaasik dan banyak bolongnya.

Tahapan terakhir adalah ...

d. Menulis

Yah ... akhirnyaaaa. Sesi menulis tibaaa.

Pertama-tama buat satu sampai dua paragraf, atau satu sampai dua halaman, atau satu sampai dua bab dulu. Setelah itu ... lanjut terus sampai selesai satu buku utuh.
Mintalah orang lain koreksi cerita kita. Cari yang jago komentar biar kita bisa upgrade skill, dan cari yang jago support/muji biar mental kita sehat.

Di awal-awal cerita, ga usah terlalu bernafsu buat memperkenalkan karakter atau mendeskripsikan latar secara berlebihan. Fokus dulu buat memaparkan konflik utama. Biarin setiap karakter dan latar dijabarin perlahan di tiap babnya. Soalnya ini yang suka bikin bete calon pembaca. Udah ditabokin info-info berlebihan, konfliknya juga enggak jelas apaan. So, fokus ke satu per satu dulu aja.

***

Tambahan penting nih, wah iya banget sih ini.

BANYAK BACA REFERENSI NOVEL FANTASI untuk memperkaya sumber daya kita (ibaratnya membaca itu bahan bakar untuk menulis). Selain baca novel fantasi, kita juga kudu baca referensi lainnya, baik yang berkaitan dengan apa yang kita tulis atau yang memperkaya wawasan fantasi dan ide. Misalnya pengetahuan tentang mitos, sejarah, sistem kerajaan, dll.

Segitu dulu materinya. Sekarang kita bahas secara garis besarnya dulu. Pada pertemuan berikutnya akan kita bedah lebih detail satu per satu. Doain ya semoga aku panjang umur.

.

.

.

******

Materi Genre FWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang