'Selamat datang, jiwa rapuh.'
-The Seasons : HI Raeth!-
"Kamu akan sekolah di Solingen!" Ujar Tuan Tocther kepada Schone malam itu.
Ini adalah acara makan malam pertama bagi keluarga kecil Tocther setelah 13 tahun lamanya. Bagi Schone mungkin ini adalah makan malam pertamanya dengan kedua orang tuanya.
Schone terdiam, dia berusaha mencerna ucapan ayahnya.
"Kami telah memutuskan untuk memindahkanmu ke sekolah asrama," Nyonya Tocther menyambar dengan aura wajah yang dingin tanpa menatap Schone, tangan kanannya sibuk memotong daging sapi yang telah masak.
"Tapi,"
"Besok kamu akan berangkat! Kami sudah menyiapkan semuanya, jadi jangan membuatnya lebih rumit lagi!" Potong Tuan Tocther.
Schone tak bisa mengelak, dia terdiam. Hal ini benar - benar mengejutkanya, rupanya topik obrolan itu adalah alasan mengapa Tuan dan Nyonya Tochter mengadakan makan malam.
Schone menatap makanannya yang mulai dingin, dia hanya bisa pasrah menerima keputusan kedua orang tuanya. Dirinya pun tidak mampu memberi argumen apapun.
Hidup Schone memang seperti itu, selalu saja atas kemauan dan keputusan Tuan dan Nyonya Tochter. Schone pun sudah tidak bisa bergeming lagi, sekalinya dia melakukan itu hanya akan menguras tenaganya saja.
Suasana malam yang dingin menemani Schoneyang mempersiapkan segala kebutuhan hidupnya di tempat baru nanti. Satu koper biru muda besar sudah lebih dari cukup untuk menampung semua barang - barangnya. Schone tidak membawa banyak barang, hanya beberapa pakaian, buku dan biolakesayangannya. Dalam keheningan malam, Schone terduduk diam sembari meletakkan buku- buku miliknya ke dalam koper. Pikirannya kalut, dadanya sesak dan air matasiap meluncur dari pulupuk matanya. Schone meratapi nasibnya, pertanyaan mengapa dia harus hidup seperti ini kerap kali muncul. Perlahan air matanya menetes membawa kesedihan dan perasaan - perasaan lainnya yang terus terpendamsejak lama, gadis itu kesepian, benar - benar kesepian.
♘♞♘
Kota Solingen adalah salah satu kota di negara bagian ordrhein-Westfalen, Jerman serta berada di bagian utara Bergisches Land dan selatan wilayah Ruhr. Bukan tanpa alasan Tuan dan Nyonya Tochter mengirim anak semata wayang mereka kesana. Kota Solingen bukanlah kota yang asing bagi keluarga Tochter, salah seorang leluhur mereka adalah penduduk asli dan memiliki kediaman resmi. Namun bukan kediaman resmi keluarga Tocther yang akan menjadi tempat tinggal bagi Schone, melainkan sebuah asrama.
Asrama Adhulpus Teodorico yang memiliki lambang serigala hitam adalah salah satu asrama tertua yang masih berdiri di Jerman. Asrama ini sudah ada sejak abad ke-14, namun ditutup pada abad ke-16 hingga meletusnya Perang Dunia ke-2 dan kembali dibuka. Bangunannya terlihat seperti kastil besar yang mana gerbang utamanya di hubungkan oleh jembatan batu besar, dibawahnya adalah sungai Woyr yang mengitari kastil. Jika digambarkan lebih jelas, asrama ini tampak berada di sebuah pulau yang dikelilingi laut.
Untuk sampai ke asrama, para murid biasanya menunggu di halte terdekat setelah menumpangi bus lokal. Mereka akan menunggu untuk jemputan dari asrama tiba yang berupa kereta kuda. Ini terlihat seperti dongeng, namun itulah kenyataannya. Hal ini karena pihak asrama ingin tetap melaksanakan peraturan yang ada dan juga jalan yang menuju ke asrama berupa jalan kecil ditengah hutan.
Kereta kuda tersebut dinamai Vrega mampu membawa 6 orang sekaligus dengan menggunakan dua kuda. Selain jalan yang kecil, perjalanan menuju asrama pun tidak mudah, berada di tengah hutan yang lebat membuat wilayah tersebut masih dihuni oleh berbagai fauna, pun jika hujan telah mengguyur, tanah akan menjadi licin dan menyulitkan terlebih jalan menuju asrama hanya ada satu arah.
Asrama Adhulpus Teodorico hanya memiliki 200 hingga 300 murid setiap tahunnya, selain terpencil, asrama tersebut juga bukan sembarang sekolah. Ada banyak syarat jika ingin menempuh pendidikan disana, antara lain biaya yang mahal, program pendidikan yang berbeda dari sekolah lainnya, batasan minimal dan maksimal umur, latar belakang keluarga (ini mengingat asrama Adhulpus sebelumnya adalah asrama bagi para kaum bangsawan), pernyataan bahwa murid baru siap menerima pendidikan dari asrama, persetujuan murid baru dan kedua orang tua atau wali serta kesiapan menerima konsekuensi dari apa yang telah diperbuat.
Ada beberapa tingkat pendidikan, mulai dari Elfennol yang setara dengan sekolah dasar dan terbagi menjadi 4 tingkatan kelas, Phezulu setara SMP dengan dua tingkatan kelas dan Senyer setara SMA dengan 3 tingkatan kelas. Sebelum masuk sekolah, para murid dievaluasi terlebih dahulu melalui ujian atau nilai semasa sekolah untuk mengetahui pada tingkatan mana mereka akan ditempatkan. Untuk murid pindahan, biasanya hanya melihat melalui nilai rapot dan pada tingkat mana mereka berada sebelumnya untuk menyetarakan dengan program yang ada. Pada kasus ini, Schone berada di tingkat Phezulu II.
♘♞♘
Angin berhembus dengan sangat kencang membuat daun - daun kering dan debu berterbangan. Langit sudah gelap dan awan hitam menutupi cahaya bulan purnama yang terang. Lolongan serigala dan gemuruh di langit menemani malam - malam para penghuni asrama Adhulpus.
Waktu menunjukkan pukul 10 malam, suasana asrama begitu sepi. lorong - lorong setiap lantai bagaikan kuburan dengan cahaya temaram. Tidak ada hiruk pikuk dari dalam setiap kamar, sepertinya para penghuni asrama telah terlelap. Schone menarik kopernya ditemani dengan Joseff, staf asrama Adhulpus yang akan menunjukkan kamar untuk Schone tempati.
Asrama Adhulpus tidak memiliki elevator, jadi mereka harus menaiki anak tangga. Kamar untuk Schone berada di lantai 5, lantai yang dikhusukan untuk para siswi pada tingkat Phezulu.
Keduanya berhenti di depan kamar bernomor 56. Pintu kayu coklat dengan gagang perak itu terlihat masih di gembok menandakan bahwa kamar tersebut belum memiliki penghuni satu pun. Joseff mengeluarkan kunci.
Krek..
Decitan pintu kayu tua yang tak pernah terpakai menyambut Schone sebagai pemilik barunya. Pintu terbuka lebar menampakkan sebuah ruangan yang cukup luas dengan satu tempat tidur, lemari dann rak kayu, meja belajar serta kursi. Ada satu jendela yang cukup besar dengan tirai putih tipis yang sudah menguning.
"Selamat datang di kamar barumu, semoga tidurmu nyenyak," Ujar Joseff sembari membari mengangkat koper milik Schone kedalam kamar. "Oh ya, kamu adalah pemilik pertama kamar ini," Lanjutnya. Joseff tersenyum ramah kemudian pamit pergi, dirinya juga tidak lupa memberikan kunci kamar kepada Schone.
Schone melangkah masuk dan berniat menutup pintu jika saja Joseff tidak kembali lagi dan membuatnya terkejut karena muncul dari balik dinding.
"Aku melupakan sesuatu. Ini sangat penting, jadi ingatlah selalu. Jangan lupa kunci kamarmu saat metahari telah terbenam, jangan menimbulkan suara apapun saat tengah malam dan jika bisa jangan keluar kamar sebelum matahari muncul! Apapun itu, jangan keluar kamar!"
♘♞♘
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seasons : HI Raeth
HorrorThe Seasons : HI Raeth "GELOMBANG SENDU PEMBAWA PENYESALAN," Schone Tocther gadis asal Jerman yang diikirim oleh kedua orang tuanya ke sebuah asrama tua di kota Heidelberg, Jerman. Bukan tanpa alasan mengapa gadis berusia 13 tahun itu dikirim kesana...