Coretan 18

9 0 0
                                    

Kafe biru tua yang di depannya ada pohon Cemara itu
Tak pernah hilang dari ingatan ku
Aku masih ingat kamu selalu bertanya
Kenapa aku selalu memesan teh hijau tanpa gula
Kujawab menatapmu sudah manis rasa teh ini
Gombal katamu
Aku tersenyum dan tetap fokus pada tulisan- tulisan di laptopku
Aku tak sadar itu senyum terakhir yang terbit dari bibirmu

Kamu pun tetap setia menantiku
Mengerjakan lembaran - lembaran menyedihkan ini
Hingga kita bergegas pulang
Sialan!
Charger ku tertinggal di dalam
Aku berkata padamu
Menyeberanglah dulu ke taksi di seberang jalan itu
Kamu mengikuti arah telunjukku
Dan menggangguk setuju
Aku berbalik ke arah kafe itu
Brakkkk...
Aku memutar tubuhku
Secepat itu Tuhan memisahkan kita
Tubuhku kaku membisu
Orang- orang berkerumun
Ini salahku meninggalkanmu dua detik yang lalu
Hingga gelap semua dalam penglihatanku.

Hanya satu yang kuinggat apakah aku bisa hidup tanpamu
Waktu bergulir begitu cepat
Bukan lagi hari namun kini menjadi tahun
Bayangmu tak pernah lepas
Mengusai setiap indraku

Dari sekelebat mataku kulihat ragamu
Dari Indra pendengarku kudengar alun senandungmu
Setelisik angin mengusap kulitku

Entah aku patah hati untuk apa
Kuingat jelas kita memang tak pernah mengucapkan kata putus
Kita masih sepasang kekasih
Tapi Tuhan jauh lebih mengasihimu

sabdapancar

PPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang