Aku telah melihat berbagai macam keindahan yang terdapat di bumi ini; gedung tinggi seolah berlomba-lomba menggapai langit, lautan dengan terumbu karang serta berbagai macam spesies makhluk hidup di dalamnya, hamparan padi, gandum, serta jagung berhektar-hektar yang memanjakan indera pengelihatan. Semua sudah terekam dengan baik dalam ingatanku. Malam tadi, bumi hampir kehilangan salah satu keindahannya. Syukurlah Jisu tidak terluka, walaupun gadis pemilik eye smile itu sempat demam pukul dua dini hari, keadaannya sudah jauh lebih baik berkat sup jagung buatan wanita paruh baya yang tinggal tepat di sebelah rumahku. Kami sempat berdebat kecil, aku menawarkan pemandu wisata lain padanya sebab aku merasa bersalah, aku sudah lalai dalam pekerjaanku. Jisu tidak banyak bicara, hanya gelengan kepala yang kudapat tanda ia menolak tawaranku. Aku jadi teringat dengan salah satu penggalan kalimat di buku yang pernah kubaca, "Terkadang malaikat mengubah wujudnya menjadi manusia ketika menjalani tugasnya ...." Awalnya aku mengira pernyataan itu terlalu berlebihan. Namun, pertemuanku dengan Choi Jisu membuatku kembali memikirkan tentang hal tersebut.
Pagi itu tidak seperti biasanya, mendapati seseorang berada di sudut rumahku yang berukuran tidak terlalu besar dengan balutan hoodie baby blue sementara kedua tangannya sibuk melakukan pekerjaannya, bukan pemandangan yang bisa kulihat setiap hari. Sesekali ia menggoyangkan kakinya yang menggantung di atas kursi bar. Tubuhnya seperti tenggelam di balik hoodie-ku. Tanpa sadar aku tersenyum kecil. Dia terlihat nyaman menyantap sereal di kitchen island sampai-sampai dia melupakan satu hal; dia hampir hanyut di sungai tadi malam.
Rangkaian acara hari ini Jisu batalkan karena beberapa alasan, jadi kami akan melanjutkan petualangan esok hari, mengeksplor La Roque lebih jauh lagi sebelum berpindah ke Brive dan menetap di sana selama tiga hari ke depan. Meskipun Jisu tidak dapat berpergian jauh, aku memberi saran padanya untuk berkeliling di sekitaran sungai Dordogne menggunakan sepeda sore nanti sekaligus mengantarnya kembali ke penginapan. Jisu setuju. Akan tetapi dia masih ingin berlama-lama di tempatku, dia terkesima dengan desain interior rumahku yang berbahan dasar kayu jati, katanya lebih nyaman dibanding flat miliknya yang berada di Korea Selatan.
Aku jadi bertanya-tanya pada diriku sendiri, seperti apa kehidupan Jisu di Korea sana? Apakah dia memiliki banyak teman? Mengingat pekerjaan yang ia tekuni mengharuskan berpergian dari satu tempat ke tempat lainnya.
"Oh ya Hwang, jadi keseharianmu hanya bersantai atau sesekali membantu madam yang tinggal di sebelah rumahmu itu jika tidak ada panggilan?" Tanya Jisu. Dia mulai memanggilku 'Hwang' ketika suhu tubuhnya di atas tiga puluh enam derajat.
"Begitulah."
Jisu berdeham cukup panjang sebelum kembali berkata, "Sesuai dengan teori hierarki kebutuhan yang diungkapkan Abraham Maslow, manusia mempunyai lima kebutuhan dasar. Kebutuhan fisiologis, rasa aman dan perlindungan, rasa cinta, harga diri, dan mengaktualisasi diri," Jisu menjeda kalimatnya, dia memutar tubuhnya untuk menghadap ke arahku. "Kamu hanya bisa pilih satu, Hwang."
Aku diam sejenak memikirkan jawaban yang akan kulontarkan untuknya. Melalui sorot matanya, dapat kusimpulkan Jisu terlihat tidak sabar menantikan jawabanku. "Fisiologis." Perempuan pemilik eye smile itu terlihat tidak puas dengan jawabanku. Ia menunjukkan ekspresi meminta penjelasan lebih, kujawab dengan gelengan kepala. Dia berdecak, kembali memutar tubuhnya sambil menggerutu. "Not suprised at all."
"Memangnya kamu berharap aku menjawab apa? Toh memang betul kebutuhan fisiologis itu paling penting. Aku butuh bernapas, tidur, makan, bahkan minum," Kataku sambil beranjak dari atas sofa, berjalan menuju kitchen island, menuang air putih ke dalam gelas kemudian meneguknya hingga tandas.
Jisu menopang dagu dengan tangan kanannya. Dia berdeham panjang sebelum berkata, "Kamu aneh, Yeji."
Keningku mengerut. "Aneh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere In
FanfictionHwang Yeji merupakan pemandu wisata yang berasal dari Korea Selatan, tiba-tiba terlempar jauh ke tanah Eropa karena suatu alasan. Di barat daya Prancis, saat itu musim semi. Hwang Yeji menemukan seseorang yang berhasil membuat dadanya berdebar liar...