Happy Reading,
Aku hanya pemeran penganti untuk mengisi kekosongan hatimu. Aku hanya pemeran penganti yang kau butuhkan ketika dia pergi meninggalkanmu. Aku hanya pemeran penganti yang kau cari ketika butuh.
Dering ponsel di atas nakasku membuatku terpaksa bangun dan segera mengambil handphone ku dan mengeser tombol hijau.
"Hallo" ucapku dengan suara khas orang bangun tidur.
"Ren, kamu masih tidur? Ini sudah jam 10 dan kamu baru bangun." Tanyanya tanpa menjawab salamku.
"Ini hari minggu Re." jawabku masih dengan mata terpejam.
"Dasar kamu ini." Jawabnya sambul mendengus.
"Kamu sudah tahu kebiasaanku kan Re jika hari libur seperti ini." Ucapku sambil terkekeh sendiri membayangkan ekspresinya saat ini.
"Pokoknya aku gak mau tahu, kamu harus nganterin aku ke toko buku sekarang!!!" ucapnya dengan nada tegas yang dibuat-buat.
"Ok, tunggu aku 30 menit lagi." Jawabku.
"Ok aku tunggu, dan awas ya kalau sampai terlambat." Ancamnya.
"Ya, aku mandi dulu. Bye" ucapku akhirnya lalu mematikan sambungan telepon dengan Rere sahabatku.
Ya, Rere hanya sahabatku tidak lebih. Kami sudah bersahabat semenjak kami duduk di bangku SD hingga sekarang kami kuliah semester akhir. Tidak ada yang berubah dari persahabatan kami. Yang berubah hanya perasaanku kepadanya, bukan perasaan sebagai sahabat lagi tetapi lebih dari itu. Aku Rendi Axello mencintai Rere Kanaya Putri yang merupakan sahabatku. Rere sudah punya kekasih yang bernama Jonathan Prasetya dan dia adalah sahabatku juga sejak SMP. Tidak ada yang tahu mengenai perasaanku ini, karena aku dengan pandainya menutupi semua yang aku rasa di depan mereka.
Mereka mulai pacarana saat kita mulai masuk SMA. Mengetahui Rere dan Jonathan saling mencintai maka aku mundur secara perlahan dan berusaha membuang perasaanku padanya. Setelah lulus SMA, Jonathan memutuskan untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Aku dan Rere melanjutkan kuliah di salah satu kampus ternama di Jakarta.
Rere sebenarnya tidak mau jika harus menjalin hubungan jarak jauh, tapi karena Jonathan berjanji untuk selalu mengabarinya dan untuk setia maka Rere pun membiarkan Jonathan mengejar pendidikannya hingga ke negeri seberang. Jonathan menitipkan Rere padauk, dia memintaku untuk selalu menjaga Rere hingga dia kembali nanti. Tanpa dimintapun Rendi akan selalu menjaga Rere, karena dia sangat mencintai Rere.
Rere selalu bergantung dengan Rendi. Kemanapun selalu meminta Rendi untuk menemaninya. Bukan Rere tidak bisa melakukan semua sendiri, hanya saja Rere benci dengan kesendirian. Dia sangat benci kesendirian, karena kedua orang tuanya selalu sibuk bekerja.
Sesampainya di depan rumah Rere, aku memencet klakson mobilku. Aku malas turun dan menunggu Rere di dalam mobil. Tidak lama kemudian Rere keluar dan masuk ke dalam mobilku.
"Mau kemana sekarang kita?" tanyaku pada Rere.
"Kita ke toko buku dulu ya. Aku mau cari bahan untuk bab dua ku." Jawabnya sambil menoleh ke arahku.
"Ok tuan putri. Kita berangkat." Balasku padanya.
Sesampainya di toko buku Rere langsung meninggalkanku untuk berkeliling mencari buku yang sedang dia cari. Aku hanya mengikutinya dari belakang sambil sesekali melihat-lihat buku yang judulnya terlihat menarik. Rere masih sibuk dengan semua judul buku yang ada di depannya. Aku senang melihatnya saat sedang serius seperti ini. Aku tidak mengalihkan tatapan mataku kepadanya hingga dia menoleh dan tersenyum ke arahku. Senyum yang mampu membuat hatiku bahagia juga sakit secara bersamaan.
"Jangan ngeliatin aku kayak gitu, ntar suka lho." Ucapnya mengodaku.
Tanpa kamu ucakan juga aku sudah suka sama kamu Re, balasku dalam hati. Aku hanya membalas pertanyaannya dengan usapan tanganku di kepalanya. Rere kemudian melanjutkan mencari buku untuk referensi tugas akhirnya.
Selesai mecari buku, aku mengajak Rere untuk makan di salah satu restoran dekat toko buku tadi. Suasana cukup ramai karena memang ini akhir pekan, waktu untuk orang-orang berlibur. Aku mengajak Rere untuk duduk di kursi paling pojok yang menghadap jendela. Akupun memanggil pelayan dan memesan makanan.
"Mau makan apa?" tanyaku pada Rere.
"Makan ......." Jawab Rere.
"Ok, mbak pesan..........." ucapku pada pelayan.
Aku menoleh pada Rere yang ternyata sudah asik dengan ponselnya. Aku melihat senyumnya merekah dan bahagia hanya dengan menatap ponselnya. Aku tahu apa yang membuat dia sebahagia itu. Tentu saja pasti Jonathan. Melihat kebahagiaan Rere yang bukan karenanya membuat hatiku sesak dan sakit.
"Seneng banget Re?" tanyaku pada Rere. Dia mendongkak menatapku.
"He he he, aku lagi chat sama Jonathan. Ouw ya, dia titip salam untukmu. Katanya jangan jadi sahabat yang sombong, mentang-mentang mau ujian akhir jadi gak pernah bales chat dia lagi." Ucapnya Panjang lebar.
"Bukan gak mau balas Re, kan kamu tau sendiri selain menyelesaikan tugas akhir aku juga harus bekerja mengantikan ayahku di kantor. Jadi tidak sempat membalas chat jika itu tidak penting." Jelasku pada Rere.
"Sok sibuk kamu jadi orang." Katanya padaku. Aku hanya bisa tertawa menanggapi ucapannya.
"Jonathan minggu depan mau pulang." Ucapnya bersemangat.
"Baguslah, berarti kamu bisa melepas rindu kamu." Kataku padanya. "Dan aku akan kembali menjauh darimu lagi." Lanjutku dalam hati.
Tidak lama setelah itu, pesanan kami datang. Kami makan dalam diam. Hatiku kembali sesak membayangkan melihat Rere dan Jonathan Bersama.
Satu tahun telah berlalu. Kami semua telah berhasil menyelesaikan Pendidikan kita. Rere dan Jonathan juga akan segera menikah. Hanya tinggal aku sendiri dengan perasaan yang masih sama untuk Rere. Aku mengerti siapa aku baginya. Aku memutuskan untuk pergi, menjauh untuk sementara untuk menata hatiku. Aku pergi melanjutkan pendidikanku lagi ke luar negeri. Berharap dengan begitu aku bisa kembali dengan hati dan perasaan yang baru.
***
LM, 02/09/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Khayal (Kumpulan Cerpen)
Short StoryKumpulan cerpen yang pernahku tulis diwaktu senggang Penasaran ? Langsung baca saja ya Murni hasil pemikiran sendiri, plagiator silahkan menjauh