PROLOG

3 2 0
                                    

Kemudian angin yang berhembus kala itu menyeruak masuk ke dalam tubuh. Membawa serta gemuruh yang berasal dari pekatnya langit karena awan yang semakin menghitam. Membuat seseorang berhenti dan mendongakkan kepala menatap langit, tersenyum kecil sembari merentangkan kedua tangan dengan kelopak mata yang mulai tertutup. 

Menunggu.

Menunggu sesuatu yang akan jatuh menimpanya dengan lembut, yang kemudian berubah menjadi butiran yang amat terasa pada tubuh. Ia masih merentangkan kedua tangannya, berharap hujan mau memeluknya barang sekali saja. Dadanya bergemuruh tatkala kedua netra pekatnya terbuka.

 Benar, 

tak ada seorangpun di sana. 

Memang seharusnya seperti itu kan?. 

Memang apa yang ia harapkan? 

Walaupun jauh didalam dirinya ia menginginkan sesuatu.

Sesuatu yang akan hadir tatkala kedua netranya terbuka. Sederhana saja, ia ingin mendapati sebuah tangan terulur kepadanya. Mendapati sosok yang ia rindukan berdiri disana dengan senyum yang sama. Seperti dulu, persis seperti dulu. Dengan netra coklatnya memandanginya lembut, senyum yang sama sekali tak pernah pudar, menunggu uluran tangannya sambil berkata "Maukah kau menari bersamaku di bawah naungan hujan? Seperti dulu lagi?".

LET ME LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang