1. Sepasang Kaki yang Imut

5 2 0
                                    

       Hujan turun cukup lebat hari ini. Banyak orang yang menggerutu, menyayangkan kenapa hujan turun di saat yang tidak tepat. Di saat jadwal padat dan waktu yang tak henti-hentinya mengejar serta mencekik hidup manusia sampai akhir hayatnya, hujan turun begitu saja.

Hiruk pikuk orang-orang yang mengumpat seraya menyelamatkan diri dari hantaman air hujan yang keras pun terdengar semakin riuh. Meski begitu, Na Jinyoung tak peduli. Ia tetap melangkahkan kakinya di bawah derasnya hujan yang semakin menggila. Walaupun banyak orang-orang memberikan tatapan aneh kepadanya, namun ia tak bergeming.

Pemuda itu tidak peduli dengan orang-orang di sekelilingnya. Dadanya bergemuruh, perasaan marah, sedih dan kecewa meluap-luap. Ia hanya tidak mengerti dengan tuntutan dunia yang mencekik lehernya.

Ia bertanya-tanya dalam dirinya, apakah manusia harus melakukan semua yang orang-orang inginkan meskipun permintaan itu menimbulkan luka yang terasa sakit, seperti sekarat ? mau dipikir hingga rambutnya mulai beruban pun jawabanya tetap sama.

Pada dasarnya hidup manusia selalu berpusat pada penilaian. Siapa dia? Dari mana dia berasal? Kenapa dia berbicara seperti itu? Apa saja yang dia makan selama ini? Apa yang dia punya? Kenapa dia berpenampilan seperti itu?

Dan setelah manusia selesai menilai, mereka akan mulai membandingkan. Kenapa Karakter A buruk sekali, beda dengan B yang punya karakter yang elok. Lihatlah hidup A sangat sempurna, beda dengan C yang sengsara karena kondisi keluarganya. Dan bodohnya lagi, untuk menghilangkan penilaian buruk akan hal itu, mereka akan melakukan segala cara. 

Mengubah semua hal tentang hidupnya agar tidak seperti yang dikatakan orang-orang. Meski proses yang dilakukan sangat menyakitkan sampai berdarah-darah, namun hasilnya takkan pernah memuaskan pandangan orang-orang. 

walaupun keringat, darah dan air mata terkuras habis untuk mengubah semuanya, tapi disaat itu juga orang-orang akan mencari hal baru yang bisa dibandingkan dengan yang lain. Sungguh, manusia itu jahat sekali.

Semakin lama angin mulai berhembus kencang, begitupun hujan yang makin menjadi-jadi. Dingin. Dingin sekali. Tubuh Jinyoung mulai menggigil. Tapi sekali lagi, ia tak peduli dengan kondisi tubuhnya. Ia merasa, setidaknya rintikan hujan yang jatuh menimpa tubuhnya bisa sedikit meringankan bebannya. Jinyoung merasa hidupnya tidak adil. Kenapa ia harus dikekang seperti ini? Kenapa hidupnya berbeda dengan teman-temanya yang lain, bahkan mereka bebas melakukan apa yang ingin mereka lakukan. 

Kenapa?

Ia hanya ingin jemarinya menari di atas tuts piano. Tapi kenapa tidak boleh? Apa karena kejadian sialan itu? Tapi setelah 10 tahun berlalu, kenapa harus ia yang menanggung semuanya? Kenapa?

Jinyoung menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia tidak tahu apa yang sekarang dia rasakan. Apakah itu perasaan marah? Kecewa? Atau- Sedih? Dia bahkan sudah lupa bagaimana caranya menangis.

Disaat Jinyoung sedang kalut dengan perasaannya. Tiba-tiba ada sesuatu yang menghentikan langkahnya. Ia melihat sepasang kaki mungil berbalut alas kaki yang terlihat imut. Bahkan sekarang ia tidak merasakan rintikan hujan yang tadi menimpa tubuhnya. Jinyoung lantas mendongakkan wajahnya. Memastikan sosok yang ada di hadapanya saat ini. Ia tertegun.

"Akhirnya aku menemukanmu" Ucap seorang gadis yang sekarang sedang memayunginya dengan wajah yang dipenuhi senyuman. Sebuah senyuman yang menunjukan perasaan- Lega?

Jinyoung masih terdiam. Namanya Jaehwa. Jung Jaehwa. Jinyoung sudah bersama dengan gadis itu sejak ia kecil. Seorang gadis yang dengan berani mengulurkan tanganya dan mencubit pipinya ketika ia pindah rumah 15 tahun yang lalu.

"Hey... kau tidak apa-apa?" Ucap Jaehwa khawatir. Jinyoung menatap Jaehwa dengan malas.

"Tidak ada gunanya kau memayungiku. Bajuku sudah basah. Dasar bodoh, buang-buang tenaga saja."

Mendengar itu, Jaehwa membelakakan kedua netranya tak terima. Ia lantas mencecar Jinyoung dengan kata-kata pedas yang sudah dilatihnya dari tadi.

"Ya! Kau!...Dasar menara tinggi bermuka triplek! Kau tahu sudah berapa lama aku mencarimu HAH! Kakiku sudah pegal hanya karena mencarimu, bahkan tubuhku jadi ikutan basah dan menggigil karena hujan. Dan kau-"

"Tapi kau kan memakai jas hujan. Basah dari mananya?" Ucap Jinyoung memotong perkataan Jaehwa.

" YA! KAU TIDAK LIHAT HAH! JAS HUJANKU HANYA SAMPAI LUTUT. LIHAT KAKIKU BASAH. APA KAU MASIH TIDAK BISA LIHAT? CELANAKU JUGA BASAH TAU!" Protes Jaehwa sedikit berteriak sambil memperlihatkan bagian yang basah dari celana panjang yang ia gulung hingga setengah betisnya.

" Itu salahmu, kenapa kau tidak menggulung celanamu sampai lutut?" ucap Jinyoung meledek.

Semakin geram, Jaehwa memutuskan untuk mengeluarkan senjata pamungkasnya. Ia kemudian mengayunkan kaki kanannya dan menendang tulang kering Jinyoung.

"AKKKHHH!!!!" Jerit Jinyoung sambil memegangi kakinya seraya melompat-lompat kecil. Jaehwa tersenyum puas.

"Rasakan... Makanya jangan berani-berani meledekku." Jinyoung menatap Jaehwa dengan tajam.

"Sudah... Ayo pulang! Udaranya semakin dingin." Ucap Jaehwa sambil menarik tangan Jinyoung untuk mengikutinya kembali ke rumah.

 Tiba-tiba Jinyoung menghentikan langkahnya dan membuat Jaehwa juga ikut menghentikan langkahnya. Jinyoung kembali menundukkan kepalanya. " Aku tidak mau pulang," Lirih Jinyoung.

Jaehwa terdiam. "Memangnya siapa yang bilang aku menyuruhmu untuk pulang ke rumahmu?" 

Jinyoung mendongakkan wajahnya menatap Jaehwa. "Aku memang menyuruhmu pulang- Tapi bukan berarti aku akan mengantarmu kembali ke rumahmu. Aku tahu itu- aku tahu kalau kau tidak mau pulang. Jadi... apa kau mau ikut pulang ke rumahku? Lagipula bajumu banyak yang tertinggal di sana kan. Karena kau suka menginap dirumahku untuk main game dengan kak Jiwoo." 

Jaehwa menatap manik Jinyoung sambil tersenyum. " Jadi- kau mau pulang bersamaku kan?" Ucap Jaehwa sambil mengulurkan tanganya. 

Jinyoung menatap uluran tangan Jaehwa. Ia kemudian mengangguk dan tersenyum.

"Ayo!" seru Jaehwa.

-----------------------------------------------

Waiting for your love.....

see u

LET ME LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang