Eksekusi

883 102 0
                                    

Mari Menggila bersama!!

Happy Readingg Gaaeesss!!!

.
.
.
.
.

.
.
.

.


"Jadi..... apa yang akan kita lakukan sekarang?"

Saat ini. Mereka tengah di Game Room favorit Sasuke. Dimana Hinata duduk di sebuah kursi besar yang menghadap tembok. Di depannya terdapat dua wanita dengan warna rambut mencolok. Masing - masing tangannya terikat ke atas oleh rantai besi. Namun kakinya di biarkan bebas. Serta seragamnya masih lengkap menyelimuti tubuhnya.

Sedangkan ketiga pria telungkup tak jauh dari tempat mereka berada. Setiap lehernya tertahan batang kayu yang besar beserta masing - masing lengan yang tertawan. Kondisi mereka saat ini di sebut juga. Pemasungan.

"Well.....!" Ucap Sasuke tertahan. Ia duduk di bahu kursi sebelah kiri Hinata. Menyondongkan tubuhnya dan berbisik. "Lakukan apa yang ingin kau lakukan sesuai dengan keinginan hatimu!".

Dan Hinata. Ia menatap ragu wajah tegas itu. Menelisik matanya yang terlihat berbeda. "A-aku.....!" Pandangannya beralih menuju pria - pria itu. Kilasan guncangan yang ia rasakan mulai terlintas di kepalanya. Hingga mengubah pandangannya menjadi kabut hitam legam sesuai dengan hatinya. "Ingin kepalanya putus!"

Seketika Sasuke menyeringai. Ia melompat dari duduknya. Menarik lengannya. Dan berbisik. "Let's do it..... Baby!" Menampilkan wajah senyum teduhnya di depan Hinata.

Dan tepat saat itu juga Hinata terhenyak. Senyum itu mampu meneduhkan hatinya. Menatap punggung dengan debaran jantung yang meningkat. Melirik pada tangan besar yang menyelimuti tangan mungilnya dengan nafas tertahan. 'Ne! Ada apa denganku!' Fikirnya. Hingga sampailah ia di samping para pria itu yang masih telungkup.

"Hinata!"

Suara Sasuke menyadarkannya. Menatap gerakan tangannya yang menunjuk sebuah tombol merah besar di sisi tengah dinding. "Apa itu?"

"Tombol ini terhubung dengan pisau raksasa yang berada tepat di atas tubuh mereka!" Ia menunjuk langit - langit yang tampak tak biasa. Dimana ada sebilah pisau besar, memanjang dan juga lebar. Mungkin versi mininya sama seperti pisau pemotong daging. Dan Hinata hanya terpaku melihatnya. Kedua matanya melebar. Untuk pertama kalinya ia melihat pisau dengan ukuran yang tidak normal.

"Apa...... itu bisa memotongnya!"

"Tentu saja!" Jemari besar itu kembali menarik jemari mungil. Dan membimbingnya tepat di tengah tombol. "Tekan ini!"

Hinata meneguk Salivanya kasar. Matanya kembali beralih pada wajah - wajah sangar tengah memelas padanya. Mereka terbungkam oleh kain yang menutup paksa mulutnya, namun tidak dengan mata mereka yang mulai berair. Menitihkannya dan membasahi wajahnya. Peluh bercampur air mata tengah membuat rambutnya juga lepek. Sesekali ia melirik tonjolan jakun yang terlihat bergerak berat. 'Apa aku harus melakukannya!' Fikir Hinata. Gerakannya tertahan. Masih setia dengan pandangan yang perlahan rasa iba itu tiba. Namun sayang..... satu kalimat dari Sasuke membuat tekadnya menguat.

"Mereka hampir membuatmu hancur! Dan kau tahu bagaimana kesempatan itu ada untuk orang seperti mereka.!" Bibirnya mendekat pada telinga Hinata. Dan jemari kanannya menangkup punggung tangan Hinata yang tengah berada di ambang tombol. "Mereka. Tak lebih sama. Dengan. Toneri!"

Seketika rasa amarah itu memuncak. Bertumpu pada ujung kepalanya.

"Apa mereka layak untuk hidup?" Sekali lagi Sasuke membisikinya. Masih dengan wajahnya yang tepat berada di tengkuk Hinata. "Atau.......Mati!"

99Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang